⏳ 1 2 P M : 0 8 ⏳

82 10 9
                                    

Ten memang merasa malu menangis di depan Myu dan yang terparah di hadapan teman-teman kelas gadis itu. Tapi ia tidak bisa mencegah air matanya agar terjatuh. Akhirnya demi menyembunyikan rasa malu, Ten menyembunyikan wajahnya di atas lekukan tangan. Merendahkan diri hingga sejajar dengan meja.

Ten bingung dengan yang apa yang telah terjadi. Sebuah tepukan yang diiringi oleh elusan di kepalanya membuat Ten menelengkan kepala, dan menemukan Myu sang pelaku.

Myu menatap Ten dengan senyum lembut yang ia lemparkan. "Kamu kenapa, sih? Sini cerita!"

Ten tidak menjawab, ia lebih memilih mengamit tangan Myu hingga elusan di kepalanya terhenti. Jantung Ten seperti akan meledak merasakan tangan dengan jari mungil yang secara nyata ia genggam. Menelan saliva dengan susah, ia menanyakan tanggal berapa sekarang. "Hari ini tanggal berapa Myu?"

"Tanggal 27 April."

Jawaban Myu membuat Ten terkejut. Bukankah kemaren itu tanggal 2 Mei?

Myu yang kembali dengan sehat-sehat saja, berdiri dan tersenyum padanya. Lalu ternyata sekarang tanggal 27 dan bukan tanggal 2. Apa ini sihir? Atau Ten sedang menjelajahi mesin waktu dan mengetahui apa yang terjadi di masa depan tepatnya di tanggal 1 Mei. Atau ia sedang kembali ke masa lalu? Ini konyol dan tak masuk akal, akan tetapi ini sungguh nyata.

"Fi, gue boleh minta tolong ambilin air di tas?" tanya Myu pada temannya yang bernama Fifi yang secara kebetulan sedang lewat tadi di hadapan mereka. Fifi mengangguk.

"Tunggu bentar, gue ambilin."

"Myu,. Yakin sekarang bukan tanggal 2 Mei?" ulang Ten.

"Kalau sekarang tanggal 2 Mei, aku enggak akan ada di sini tahu!" jawab Myu santai tanpa memikirkan apa efek dari ucapannya barusan terhadap Ten.

"Jangan pergi!"

"Jangan pergi kenapa? Aku kan harus pergi."

"Pokoknya jangan, please! Aku enggak mau kehilangan kamu." pinta Ten sungguh-sungguh.

Myu menatap Ten aneh sebelum kemudian tertawa. "kamu tuh yang aneh, kamu enggak akan kehilangan aku, aku pergi olimpiadenya cuma sehari. Senin udah balik lagi."

Ten merasakan perasaan kembali gelisah. Bisa memang ia kembali ke masa kalau atau mengetahui masa depan, maka ia harusnya menghentikan Myu. Kehilangan Myu tidak boleh terulang lagi. Ten lebih rela melihat Myu bersama orang lain (yang tentu saja tidak akan Ten biarkan) dari pada harus kehilangan Myu untuk selamanya. Tidak bernapas di dimensi yang sama lagi.

"Kamu minta Qyf aja gantiin kamu," tawar Ten lagi.

Myu mulai tidak menyukai ini. Dan mengapa pula, bukankah selama ini Ten selalu mendukung apapun yang ia lakukan terutama di bidang akademik. Akhirnya Myu memilih membuka botol minuman yang masih tersegel dan mengangsurkannya pada Ten. "Minum dulu deh."

"Aku enggak haus."

Myu tak ingin memaksa atas penolakan yang Ten berikan pada tawarannya barusan. Di iringi dengan helaan napas, Myu meletakkan air minum itu di atas meja. "Aku enggak ngerti deh, kamu kenapa sih larang aku ikut. Aku udah persiapan dari beberapa bulan yang lalu dan kamu sangat tahu itu. Kamu yang menemani aku belajar, antar aku pulang dari bimbingan untuk olimpiade. Terus tiba-tiba kamu malah bilang gitu. Sadar gak sih kamu tuh bikin aku sakit."

Ten tahu permintaannya pada Myu agar dara itu mengurungkan niat untuk ke Palembang akan melukai hatinya. Tapi bagaimana mungkin Ten rela untuk kehilangan orang yang sama untuk kedua kalinya. Di saat ia mengetahui apa yang akan terjadi lalu bagaimana mungkin ia akan diam saja? Andai kata ia mengatakan hal yang sebenarnya pada Myu akankah gadis itu percaya?

"A-aku mimpi buruk, Myu." Apakah dengan beralibi mimpi buruk, bisa menjadi hal yang masuk akal?

"Mimpi gimana?"

Ten terdiam beberapa saat memikirkan skenario terbaik untuk kebohongannya. "Ada pesawat jatuh terus tiba-tiba ada kamu."

Myu terdiam menatap Ten lamat-lamat. Mimpi memang kadang aneh, terkadang mimpi hanya sebuah bunga tidur namun ada yang bermakna sebuah sinyal akan sebuah peristiwa. Tapi Myu mencoba berpikir positif. "Itu cuma mimpi, Ten. Mimpi. Bunga tidur. Everything Will be ok."

Myu boleh yakin semuanya baik-baik saja, tapi Ten mengetahui hal yang besar dan tidak menyenangkan itu.

<12PM>

OUWO. udah 9 chapter semoga bisa end tepat waktu.
Kalian percaya, pada sebuah mimpi yang berarti sebuah pertanda?
Kalau aku sih percaya sebab mengalaminya beberapa kali. Ada yang pernah?

12 PM [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang