⏳1 2 P M : 1 2⏳

11 7 0
                                    

Ada banyak kendaraan yang berlalu lalang di depan sekolah. Ten mengedarkan pandangannya mencari sosok yang sempat ia kenali punggungnya tadi saat memasukkan Motor ke lingkungan sekolah. Ten mengenal punggung itu beserta barang bawaannya. Tadi ia melihatnya berada dekat warung kopi di dekat sekolah. Tidak mungkin ibu tempat ia membeli jam pasir secepat itu hilang, bukan?

Ketika ia berlari ke arah warung kopi, ia bertanya ke bapak-bapak pemilik warung. "Pak, lihat ibu-ibu yang jualan panci enggak?"

Bapak yang memiliki kumis tebal itu menggeleng. "Kagak tong, gua kagak lihat."

"Masa sih, Pak, tadi dia dekat sini." Kukuh Ten.

"Etdah ini bocah, gua bilang kayak lihat malah ngeyel. Lagian ngapa elu nyari tukang panci, mau praktek? Ini gua pinjamin panci punya gua, tapi balikin cepet." Bapak itu menyodorkan panci dengan pinggiran yang sudah hitam dan penyok pada Ten.

"Enggak, Pak, makasih. Saya pamit dulu."

Gue mesti nyari ke mana coba? Itu ibu-ibu cepet banget hilang.

Ten kembali lagi ke depan sekolah, mencoba mencari peruntungan di seberang. "Pancinya, Nak?"

"Eh setan! Eh! Kaget gue!" Ten terkejut ketika ada seseorang yang menepuk bahunya. Lebih terkejut lagi saat orang itu adalah orang yang ia cari. Ini ibu muncul dari mana coba? Kok gue merinding. "Bu?! Ibu kemana aja, saya cariin dari tadi?" Tapi Ten bahagia karena dia berhasil menemukan ibu pemilik jam pasir.

"Kenapa? Kamu mau beli panci? Ini ibu tawarkan murah, yang kecil 35 ribu yang besar ini 45 ribu. Jadi kamu mau beli yang mana?" Ibu itu mulai mendemokan dagangannya pada Ten dengan penuh semangat.

"Bu--"

"Atau mau yang kualitasnya bagus? Ada nih, yang warnanya ungu harganya 75 ribu. Kecil sih tapi anti lengket. Kalau yang agak besaran 90 ribu."

"Bukan bu, saya mau nanya doang." Ten segera mengutarakan tujuannya mencari ibu itu.

"Nanya apa?"

Ten membuka tasnya dan mengeluarkan jam pasir yang sengaja ia bawa hari ini. Ir menunjukkan jam pasir tersebut pada ibu itu. "Ini, ibu tahu kan?"

"Apa? Jam pasir? Kenapa kamu tanya-tanya? Saya enggak jual yang begituan."

"Tapi saya belinya di Ibu, Loh. Ibu bilang ini dapat mengobati rindu yang tidak berwujud. Tapi ibu juga mengatakan bahwa 'kamu bisa mengubah alurnya! Akan tetapi, kamu tidak bisa mengubah sebuah takdir yang telah Tuhan gariskan. Garis-garis di tangan, tak bisa manusia hapuskan'. Itu maksudnya gimana, Bu? Apa saya menang harus kehilangan Myu?"

Ten setia menunggu jawaban ibu yang melihatnya dalam sambil diam. Tapi jawaban ibu itu sukses membuat Ten ingin mencekik wanita itu. "Enggak tahu. Saya jualan panci bukan penyair yang jual sajak."

"Tapi Ibu yang bilang."

"Kapan? Saya saja baru ketemu kamu sekarang."

"Tap--"

"Sudahlah, saya mau jualan lagi."

Ten sudah akan mengejar ibu itu tapi wanita itu malah membalikkan badannya menghadap Ten. "Bila memang demikian, kamu seharusnya bersyukur bila bisa mengubah alurnya. Buat jadi sangat indah meski akhirnya tidak kamu hendaki. Manusia memang bisa mengendalikan bagaimana takdirnya. Tapi Jodoh, maut, dan rezeki tidak bisa kita rubah." Usai mengatakan itu, sang ibu langsung pergi meninggalkan Ten yang terpaku.

Dari kemaren, Ten selalu menampik karena kegamangan terhadap pemahamannya terhadap apa yang telah terjadi. Tapi setelah bertemu ibu itu, Ten seolah mulai paham dengan apa yang telah terjadi.

Seperti kisah putri Nimas yang bisa kembali mengobati rindunya, hal sama terjadi padanya. Ten ... bisa mengobati rindunya bahkan mengubah alurnya. Hanya saja, ia tidak bisa mengubah garis yang telah Tuhan torehkan.

Ten menolehkan kepala ke dalam sekolah dan masih dapat melihat Myu menunggunya di parkiran. Ya Tuhan!  Myu! Mengapa Ten baru menyadari betapa ia mencintai gadis berotak encer itu di saat mereka akan berpisah?

Tidak bisakah Myu sellau bersamanya hingga menua. Hingga mereka sama-sama lupa dengan nama masing-masing tapi tidak dengan getaran cinta itu. Tidak bisakah Tuhan berbaik hati padanya sekali ini saja? Ia sudah di tinggalkan oleh ayahnya yang dulu sangat ia idolakan. Dan janganlah Myu.

Kaki Ten terbawa dengan sangat cepat ke dalam sekolah. Myu ....

<12PM>

12 PM [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang