Setiap pagi, ayam belanda milik tetangga sebelah selalu membangunkan Ten dari tidur nyenyaknya, tentu saja selain suara teriakan Klena yang diiringi suara pintu yang digedor-gedor wanita itu guna membangunkans sang anak. “Ten! Bangun! Kamu kebiasaannya mau dibuang kapan? Enggak akan bangun kalau enggak digedor-gedor kayak gini, malu sama cicak, Nak. Dia sudah cari nafkah jam segini. Ten, bangun! Atau enggak pintumu Mama hancurkan!” teriakan lena dari balik pintu kamar Ten selalu mengisi hari-hari tetangga di sekitar rumah mereka. Ten yang berumur belasan tahun tapi masih seperrti anak-anak yang berumur tujuh tahun.
Di dalam kamar, Ten menutup telinganya dengan bantal guna menghalau suara Klena menganggu tidur nyenyaknya. Tapi saat mendengar ancaman Klena untuk menghancurkan pintu kamarnya itu, sedikit membuat pemuda itu bergidik. Percayalah, meskipun Klena itu wanita tetapi ia sanggup menghancurkan rumah ini. Jadi, jangan heran ketika Klena juga mampu mengahancurkan pintu kamar Ten.
“Ma … ini hari minggu, Ma!” teriak Ten dari dalam kamar.
“Hari minggu gudul mu! Enggak ingat hari ini senin, kamu ada upacara, Ten. Mama udah capek ke sekolah kamu karena kasus kamu yang selalu terlambat. Heran, kenapa kamu enggak bisa kayak Myu. Dan lebih heran lagi mau-maunya Myu sama cowok kayak kamu. Lima belas menit enggak keluar, mama benar-benar menghancurkan pintu beserta kamar kamu!” Klena kemudian meninggalkan muka pintu dan kembali ke dapur membereskan sisa-sisa kegiatannya di sana.
Ten yang mendnegar nama Myu di sebut kembali merenung di dalam kamarnya. Myu …. Myu …. Myu ….
Ten terus mengulang menyebut nama Myu dan kembali merasa sakit di dadanya mengingat Myu sudah meninggalkannya. Ten sepertinya tidak akan pergi ke sekolah, sebab ia perlu menyiapkan hati untuk menerima kepergian Myu yang pasti akan sangat sulit ia lakukan. Sekolah berisi banyak kenangan mereka sekalipun lebih banyak kenangan ketika mereka beradu mulut.
Ia keluar kamar dan menemui Klena yang ia duga berada di dapur. Benar saja, wanita itu sedang membersihkan sisa-sisa air di wastafel setelah dia mencuci piring. "Ma?"
Ketika Klena menoleh dan mendapati Ten masih dalam balutan kolor dan kaos putih yang biasa pemuda itu kenakan untuk tidur. "Kamu ngapain?!" Tanya Klena setengah menjerit. Dosa apa ia memiliki anak seperti Ten yang badungnya tidak tertandingi. "Kamu kenapa belum siap, Ten? Sekolah Nak, astaga!"
"Besok-besok aja, Ma, Ten rasanya belum siap sekolah. Belum siap lihat semua kenangan tentang Myu." Napas Ten rasanya tercekat mengatakan itu. Gini banget kehilangan pacar ke dunia lain.
"Bucinnya udah leve parah, apa-apaan belum siap lihat semua kenangan? Memangnya kamu sama dia sudah putus?"
Ten menatap mamanya penuh kesedihan. "Kami diputuskan oleh maut kalau-kalau Mama lupa," lirihnya. Duh, siapa yang meletakkan bawang di depan mata Ten. Matanya jadi perih.
Klena menatap Ten aneh. "Masih belum bangun ini anak. Apanya yang dipisahkan maut, kamu masih berdiri di sini, Myu juga tadi masih nelpon Mama. Katanya kamu enggak angkat teleponnya."
Giliran Ten yang menatap Klena horor. Gila kali Myu ada nelpon? Nelpon dari alam baka? Ngobrol sama setan? Eh tapi kalau itu memang Myu, Ten mau-mau saja.
"Mama jangan becanda dong, Ma. Myu udah ninggalin kita, Ma. Jangan hibur Ten dengan kebohongan menyakitkan seperti ini," pintanya lirih pada Klena.
"Mandi, terus pake seragam yang benar. Kalau bisa mandi kembang tujuh rupa biar jin di tubuh kamu mangkat. Kata siapa Myu meninggal? Awas mulut kamu, Nak!" Kepala Klena rasanya pusing menghadapi tingkah anaknya. Dari saku baju rumahannya, Klena mengambil ponsel dan membuka sebuah aplikasi. "Nih lihat, Myu nelpon Mama!" Klena menunjukkan riwayat panggilan beberapa menit lalu. Dan di deretan teratas, ada nama Myu.
Segera saja Ten merebut ponsel Klena dan memelototi layarnya. Benar, nama dan nomornya memang milik Myu. Bagaimana bisa? Lantaran ketidak percayaan itu, Ten mendial nomor Myu dengan menggunakan ponsel Klena.
"Halo? Kenapa, Tan? Ten udah ke sekolah belum? Upacara udah mau di mulai soalnya, mana panggilan Myu enggak di jawab sama dia."
Ten membeku ketika kembali bisa mendengar suara itu. Ada apa ini? Apa ia sedang bermimpi? Atau ia sedang berhalusinasi?
"Iyah, Myu. Ten masih di rumah, sebentar lagi ke sekolah." Klena mengakhiri panggilan dengan Myu dan menatap anaknya yang mematung. "Cepat mandi sana!" perintahnya.
Namun, bukanya langsung menuruti perintah sang mama, Ten justru meminta untuk dicubit. "Cubit aku, Ma. Aku mimpi atau ngigo ini?"
Tanpa ragu, Klena mencubit perut Ten. Sebuah cubitan yang keras hingga mampu mengundang pekikan pemuda itu. "Cepat mandi! Anak kecil aja enggak degil macam kamu, mandi aja susah!"
Tanpa disuru dua kali Ten melesat ke kamarnya. Tanpa mandi dan hanya mencuci muka. Ia harus segera memastikan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
12 PM [TAMAT]
Historia Corta12 PM THE SECRET OF HOURGLASS TEENFICT (INDO) VERSION BY NYAI LEPETJ 🥀🥀🥀 Waktu, satu hal di dunia ini yang tak dapat manusia beli. Uang yang selama ini manusia gem...