Together For Forever

4.8K 483 30
                                    

Rasa hangat ini mulai menyebar ke seluruh tubuh Haechan. Haechan yakin, ada sesuatu yang terletak di dahinya dan rasanya itu hangat. Benda itu juga membuat tubuhnya yang tadinya menggigil mulai menjadi stabil. Haechan berterima kasih pada benda itu.

Matanya mulai terbuka. Cahaya matahari yang muncul dari selambu putih itu menyambutnya dengan sangat terang. Haechan mengedipkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke pupil mata kecilnya.

Haechan mulai mengarahkan tangannya untuk menyentuh keningnya. Benar saja, ada sebuah handuk hangat yang menempel di dahinya sedari tadi. Entah seberapa lama, Haechan tak tahu.

Haechan mengerutkan keningnya saat melihat handuk hangat ditangannya itu. Siapa yang menempelkannya ?. Kira-kira itulah pertanyaan yang muncul di otaknya untuk pertama kali. Tapi, sebuah nampan berisi semangkok bubur dan air putih lengkap dengan sebuah kertas note kecil, menjawab pertanyaan Haechan.

Haechan mengambil nampan itu dari atas nakas. Lalu meletakkannya di atas pahanya. Kertas kuning kecil itu menarik perhatiannya untuk pertama kali. Ia pun mengambil kertas note itu dan membacanya.

"Ini rumahku, jangan mengacau. Makan saja buburnya dan segera pergi" -Jung Jaehyun

Haechan sadar, ini bukan kamarnya. Ini kamar Jaehyun dan ia pasti sedang berada di rumah dokter egois itu. Membaca notenya saja, sudah membuatnya kesal. Bukankah orang sakit juga punya berhak untuk diperhatikan ?.

Haechan berusaha mengacuhkan note itu. Ia memilih untuk mulai memakan bubur yang Jaehyun masak. Dari rasanya yang sedikit kemanisan, sudah membuat Haechan yakin bahwa ini memang masakan Jaehyun.

Haechan tersenyum miring. Apakah dokter egois itu masih berusaha untuk berlagak cool ?. Padahal dirinya tahu sifat Jaehyun sebenarnya. Jaehyun masih tetap memiliki sisi hangat di hatinya. Tidak semuanya dingin seperti es.

-&-

Selambu tipis itu berhembus halus bersamaan dengan cahaya dan angin yang menembus sela-selanya. Cahaya itu mulai menyinari seseorang yang masih terlelap dalam mimpi indahnya. Seseorang dengan guratan wajah halusnya, membuat siapa saja tak akan tega untuk membangunkannya.

Namun, perlahan ia membuka matanya. Berusaha untuk mengumpulkan kesadarannya sambil mengedipkan matanya beberapa kali.

Sebuah tangan yang melingkar dipinggulnya, berhasil membuatnya bingung sendiri. Namja berparas manis itupun akhirnya membalikkan badannya ke arah belakang.

Ia terkejut melihat kehadiran Mark yang ternyata masih tertidur sambil memeluknya. Tapi tak lama, Jaemin tersenyum. Senang bisa tahu bahwa Mark ada disampingnya dan menjaganya seharian.

Tangannya itupun mulai menyentuh wajah Mark dengan sangat lembut. Jaemin mulai mengelus pipi Mark dengan sangat pelan, lembut, dan halus. Seakan semua rasa cintanya ia alirkan juga melalui setiap sentuhannya.

Jaemin memandangi wajah Mark lekat-lekat. Ia berusaha mengingat semua bagian dari wajah itu dalam-dalam di hatinya. Semuanya, pasti akan Jaemin rindukan suatu hari nanti. Terkadang, Jaemin menjadi iba melihat wajah itu yang selalu lelah karenanya. Berkerja tanpa lelah untuk Jaemin. Belum lagi Mark yang selalu berusaha menjadi teman hidup yang baik untuk Jaemin sendiri.

"Aku bersyukur Mark, bisa memilikimu sepenuhnya"

Jaemin mengucapkannya sambil tersenyum. Itu benar, Jaemin memang selalu bersyukur bisa memiliki Mark. Seorang teman sehidup semati yang sangat baik dan selalu berusaha membuat Jaemin bahagia. Mengingat itu semua, membuat Jaemin menangis karena terharu mengingat perjuangan Mark dulu.

Marriage (Markmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang