Sampai detik ini, semuanya masih sama. Mark masih menutup matanya dan tak kunjung terbangun dari sebuah mimpi yang berjalan selama berhari-hari itu. Apa mimpi lebih indah dibandingkan dunia nyatanya ?. Kenapa ia tak kunjung membuka mata bahkan satu detik saja untuk sekedar menyapa seseorang yang masih setia menunggunya.
Jaemin, ia sekarang sudah benar-benar lelah menangis. Ia hanya berusaha berdamai dengan kenyataan yang Tuhan berikan. Ia memilih untuk merawat Mark saja dan melupakan hal lainnya. Termasuk, kondisi tubuhnya sendiri.
Setelah lelah memandangi Mark, Jaemin mengalihkan pandangannya ke arah beberapa botol obat kecil di atas nakas. Itu benda yang paling ia benci untuk sekarang. Ia sama sekali tak ingin menyentuhnya. Walaupun, Jaehyun terus memohon padanya untuk terus menelan bundaran kecil di dalam botol itu.
Ini memang buruk. Tapi, bagaimana bisa Jaemin mempedulikan tubuhnya saat orang yang ia sayang sedang ikut bertarung nyawa juga ?.
"Mark sedang kritis, apa kau mau kritis juga ?"
Jaehyun yang sepertinya juga lelah memarahinya, hanya mengucapkan itu. Ingin tahu jawaban Jaemin ? Tentu saja iya. Jika selama ini ia ingin hidup bersama Mark, maka matipun juga bersama jika saja bisa.
Jaemin menjatuhkan kepalanya di atas lipatan tangannya yang ia lipat di tepi ranjang Mark. Ia kini hanya diam memandangi bunga di dalam vas di atas nakas, di depannya. Bunga tulip yang beberapa hari lalu Jaemin beli untuk Mark, mulai terlihat layu. Warna mahkota bunganya sudah tak lagi putih bersih. Warnanya menjadi coklat karena kering.
Sama seperti perasaan Jaemin sekarang. Semuanya kusam dan layu. Bunga di dalam hatinya yang kemarin berusaha untuk tetap ia buat mekar, pada akhirnya layu juga. Bersamaan dengan jutaan air mata di setiap lukanya. Menyedihkan.
Entah sampai kapan Jaemin terus begini..
***
Jaehyun mulai membuka pintu kamar inap Mark dan masuk ke dalam sana. Langkahnya ia buat sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara dari benturan antar sepatunya dengan lantai dingin ini. Karena ia tahu, seseorang yang masih setia menunggu Mark, kini tertidur.
Jaehyun duduk di bangku yang masih kosong di samping Jaemin. Ia bisa melihat wajah Jaemin yang terkena sinar mentari jingga samar-samar. Wajahnya yang sudah pucat, semakin terlihat saat sinar jingga samar-samar itu datang. Ada guratan lelah disana. Cukup membuat Jaehyun iba terhadap namja satu ini.
"Seandainya saja aku bisa membuat Mark bangun, aku akan melakukannya demi membuatmu kembali tersenyum"
"Sungguh, aku ingin melakukannya"
"Untukmu"
***
Untuk pertama kalinya, setelah sekian lama Jaemin tak pernah berniat kemari, ia akhirnya melangkahkan kakinya disini. Gereja.
Sesuai agama yang ia anut, ia mulai berdoa dengan cara keyakinannya. Ia duduk di bangku yang disediakan sambil menatap sebuah patung besar yang mereka semua panggil 'Tuhan'. Lalu, menggenggamkan kedua tangannya dan mulai menutup mata.
Untuk Tuhanku..
Aku mengaku banyak melakukan dosa...
Aku sering membuatmu marah..
Tapi, bisakah kali ini jangan menghukumku seperti ini ? Aku sangat tersiksa. Sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage (Markmin)
Fanfiction[Complete] Jaemin dan Mark menikah. Tapi orang ketiga muncul dan menghancurkan segalanya. Bahkan sampai orang keempat juga. cast: Mark × Jaemin Jaehyun × Jaemin Mark × Haechan Other member of nct dream ❤ Rate ? Just T Warn! YAOI