Our Painfull

5.8K 544 62
                                    

Hari itu...

Haechan keluar dari ruangan Johhny dengan muka yang sulit dijelaskan. Ada kesedihan dan rasa kecewa disana. Tentu saja, ini semua karena Mark. Ia yang tiba-tiba keluar dari ruangan sambil membanting pintu setelah mendengar rencana Johhny untuk membiarkan Mark berangkat ke Kanada bersama Haechan.

Apa sebegitu bencinya Mark pada dirinya ?.

Haechan rasa, iya. Ini semua karena dirinya sendiri. Ini semua karena kesalahan Haechan sendiri. Ia yang telah meninggalkan Mark begitu saja dulu. Tapi, Haechan juga punya alasan. Itulah sebabnya Haechan kembali kemari dan ingin memperbaiki semuanya. Sayang, Mark sudah menjadi milik Jaemin.

Haechan tersenyum miris mengingat nama itu. Bukankah namja polos itu ternyata pengkhianat ?.

"Jalang" lirihnya sambil meremas tangannya sendiri.

Tak terasa, Haechan berjalan tadi kini sudah sampai di mejanya. Tepat di sebelah mejanya adalah meja kerja Mark yang terlihat kosong. Haechan rasa, pemilik meja itu sepertinya sudah pulang. Tapi, apa secepat itu ?.

"Apa Mark pulang ?"

Haechan tak ingin ambil pusing. Tugasnya masih banyak yang menumpuk di meja kerja. Ia pun hendak duduk di kursi kerjanya. Namun, ia urungkan niatnya saat melihat sesuatu terjatuh di bawah meja Mark. Di lantai itu, ada sebuah pigura yang terjatuh lengkap dengan pecahan kacanya dan selembar foto. Karena berniat untuk mengambilnya, Haechan pun berjongkok dan mulai mengambil lembar foto itu.

Haechan lagi-lagi hanya bisa tersenyum miris melihat foto itu. Di foto yang ia pegang sekarang, ia bisa melihat Mark yang sedang memasang cincin pernikahan mereka di jari Jaemin. Dan yang pahitnya, mereka berdua terlihat sangat senang dan saling tersenyum haru.

Apa sebahagia itu mereka ?. Haechan harap tidak. Karena ketika dirinya tahu bahwa mereka bahagia, dirinya malah kesakitan. Ada jutaan jarum yang sedang menusuk dirinya sekarang. Itu hanya karena sebuah foto yang menunjukkan seberapa bahagia pemiliknya.

Tak terasa, Haechan malah meremas foto itu. Ia seolah menyalurkan rasa sakit di hatinya melalui foto itu.

-&-

5 tahun yang lalu...

Semua keluarga Haechan sedang berkumpul di ruang makan. Suasana malam itu benar-benar sangat kaku. Mereka semua tak ada yang menyentuh makanan di meja makan. Termasuk Haechan sendiri. Ia hanya duduk sambil menunduk sedalam-dalamnya. Dan pasrah akan apa yang orang tuanya katakan setelah ini.

"Ini demi perusahaan kita, kau harus menikah dengan anak tuan Jung"

Haechan tak menanggapi apa-apa. Ia hanya diam dan tetap menunduk. Ia tahu, keputusan ayahnya ini memang sulit. Jika ia menolak, keluarganya akan mati. Namun, jika ia menerimanya, itu akan menyakiti dirinya sendiri. Bukan hanya Haechan sendiri yang sakit, tapi Mark juga.

Mengingat semua yang pernah ia lakukan dengan Mark, membuat hatinya semakin terluka dan menangis.

"Mark ! Ayo makan ini ! Aaa !"

Ditanam itu, Haechan menyuapi Mark yang malah sibuk bermain game di ponselnya. Haechan sudah susah-susah membuat makanan tapi Mark malah menolaknya.

"Ayo Mark! Buka mulutmu ! Satu suapan saja.."

Mark melirik Haechan sejenak. Akhirnya, ia pun membuka mulutnya dan membiarkan Haechan menyuapinya.

Marriage (Markmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang