Maafkan Aku

4.1K 350 74
                                    

Puter lagu yang menurut kalian paling sedih dan Baper selama membaca chapter ini :)
.
.
.
.
.
Entah mimpi apa Jaemin semalam, ia tak tahu kenapa ia bisa mengalami hal seperti ini. Baru saja mereka bahagia dan menyelesaikan satu masalah, masalah lainnya muncul dengan sangat cepat. Jaemin yang duduk di sebuah bangku dekat pintu UGD, terus menundukkan kepalanya sambil menangis terisak-isak. Seharusnya, ia tak menyuruh Mark menyebrang untuk membeli ice cream. Sehingga, Mark tidak akan berada di dalam sana dan sebuah mobil dengan supir mabuk itupun tidak akan menabrak Mark.

"Mark.. maafkan aku"

Kalimat itu terus menerus terselip di tengah-tengah sesaknya dada. Air matanya juga semakin turun dengan derasnya jika Jaemin kembali mengingat apa yang baru saja Mark lakukan padanya.

Baru saja Mark membuatnya bahagia, Mark kembali membuatnya menangis.

"Tuhan, kumohon selamatkan Mark"

Jaemin terus memanjatkan doanya untuk Mark. Ia ingin Mark keluar dari sana dalam keadaan hidup. Ia belum siap kehilangan Mark. Sungguh belum siap sama sekali. Bahkan tak ingin.

"Jaemin !"

Haechan datang sambil meneriakinya. Jaemin langsung berdiri dan memeluk Haechan dengan sangat kuat. Haechan pun, membiarkannya karena ia tahu Jaemin sedang ketakutan.

"Tak apa, tenanglah"

Jaehyun yang juga datang, mengelus puncak Jaemin. "Mark akan baik-baik saja"

Jaemin sebenarnya tak percaya jika Mark akan baik-baik saja. Darah mengucur cukup deras dari kepala Mark. Belum lagi, kening Mark yang juga terluka karena gesekan aspal. Jelas-jelas bahwa kekasihnya itu tidak sedang baik-baik saja. Oh tuhan ! Jaemin sungguh menyesal sudah menyuruh Mark membeli ice cream.

Pintu UGD itu akhirnya terbuka. Jaehyun segera menghampiri dokter Kim. Ya, Jaehyun mengenal dokter ahli bedah terkenal itu. Namun, bukan itu masalahnya. Wajah dokter Kim yang sama sekali tidak menunjukkan wajah tenang atau senang, membuat Jaemin kembali ketakutan.

"Bagaimana keadaan Mark ?"

Dokter Kim melepas maskernya. "Kami berhasil menghentikan pendarahan pada kepalanya. Tapi..."

Mereka bertiga baru saja menghela nafas lega, namun kembali tercekat ketika mendengar kata tapi itu. "Tapi apa ?"

"Ia kritis. Benturan di kepalanya terlalu keras sehingga membuatnya hanya memiliki harapan hidup 55% saja"

Deg!

Mendengar kalimat itu, Jaemin tak mampu lagi berdiri dengan tegak. Tubuhnya melemas dan ia kini langsung terduduk di lantai. Haechan yang tentu saja sama-sama terkejut, juga tak mampu menahan tubuh Jaemin agar berdiri cukup kuat.

"Mark..." Kata Jaemin lirih.

Sebelum akhirnya, semuanya gelap. Jaemin tak sadarkan diri.

***

Jaemin membuka matanya. Sinar mentari yang menyelinap dari balik gorden, membuatnya terusik. Setelah benar-benar mengumpulkan kesadarannya, Jaemin mulai mengubah posisinya menjadi duduk.

"Haechan~ah"

Tangan Jaemin yang dingin itu, menyentuh lengan Haechan yang terlipat dan digunakan sebagai bantal oleh pemiliknya. Haechan pun terbangun dan mulai menegakkan duduknya.

"Ah, kau sadar juga"

Jaemin tersenyum tipis. "Hm"

Marriage (Markmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang