We Are Liar

4.4K 404 71
                                    

Mark berjalan masuk ke sebuah rumah sakit, lengkap dengan sebuah buket bunga mawar putih, favorit Jaemin. Ia tersenyum dengar lebar karena tak sabar akan memberikan sesuatu yang lebih indah dibanding bunga yang ia bawa. Sesuatu itu, berada di dalam saku jaketnya dan tersimpan rapi. Itu yang akan Jaemin terima dengan penuh senang hati. Mungkin, Jaemin akan langsung sehat melihatnya.

Kini, Mark sudah berada di depan pintu ruang inap Jaemin. Tangannya sudah hampir memegang kenop pintu. Namun, sebuah suara lirih terdengar dari dalam sana.

"Apa kau mau melakukannya ?"

"Tapi haechannie, aku tak punya banyak waktu"

"Tidak. Kau masih punya. Aku akan melakukan apa yang kau suruh jika kau benar-benar tidak punya waktu lagi. Kau sekarang masih mempunyai waktu"

Mark mengurungkan niatnya untuk membuka pintu itu. Ia kini sedang menguping dari luar sini. Saat mendengar pembicaraan itu, Ia mengerutkan keningnya. Apa maksud Jaemin tentang waktu ?. Kenapa Jaemin tidak punya banyak waktu ?. Waktu untuk apa memangnya ?.

Jutaan tanda tanya mulai terukir di kepala Mark.

***

Dritt.. Dritt.. Dritt..

Ponsel Haechan yang ia letakkan di atas nakas, berbunyi. Haechan pun meraihnya dan melihat sebuah nama orang yang menelepon. Sejenak, ia mengerutkan keningnya. Namun, tak lama ia berdiri dari kursi.

"Aku keluar sebentar. Aku ada telepon"

Jaemin mengangguk. "Tak apa"

***

Ceklek!

Baru saja Haechan keluar dan menutup pintu, seseorang menarik tangannya cukup keras. Haechan terkejut dan berniat untuk melepaskan tangannya dari cengkraman tangan namja ini. Tapi, niatnya urung dan Haechan malah terdiam saat melihat siapa yang menarik tangannya.

"Mark ?"

Mark sejenak menoleh ke belakang untuk melihat Haechan. "Ada yang harus aku tanyakan padamu". Mark kembali menyeret Haechan.

Setelah melewati beberapa tangga, sampailah mereka berdua di rooftop rumah sakit. Mark membawa Haechan ketengah rooftop. Setelah sampai, Mark langsung melepas tangan Haechan dan berbalik menghadap Haechan.

"Katakan padaku ! Apa yang kalian rencanakan ?!"

Haechan mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu ? Rencana apa ?!"

"Jangan berpura-pura ! Katakan padaku ! Aku mendengar kalian tadi"

Deg!

Haechan terkejut mendengar pernyataan Mark. Ia tak menyangka bahwa Mark sedari tadi mendengarkan dirinya dan Jaemin. Astaga, apa yang harus ia katakan setelah ini ?. Haechan benar-benar tak mampu menjawab.

"Kenapa Jaemin mengatakan bahwa ia tak punya banyak waktu ? Apa maksudnya ?"

Mark kembali bertanya. Tapi Haechan masih saja terdiam karena tak mampu menjawab. "Ayo katakan !"

Haechan langsung membuang muka saat Mark kembali membentaknya untuk kesekian kali. Wajahnya terlihat kesal dan tegang. Tapi sejujurnya, dalam hati Haechan kini, ia sedang ketakutan. Ia bisa saja menjawab pertanyaan Mark, tapi ia sadar bahwa bukan haknya untuk membuka rahasia ini. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak berbicara tentang kenyataan bahwa ia tahu penyakit Jaemin pada Jaemin sendiri. Bahkan Mark juga.

Marriage (Markmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang