Our Last Day

3.9K 340 77
                                    

Long chapter !

Senja berganti dengan malam. Bulan dan bintang berada di posisinya masing-masing untuk menyinari malam hari ini. Pemandangan gemerlap lampu kota dari atas sini, membuat Jaemin terpukau sendiri. Ia duduk di teras villanya sambil menikmati pemandangan malam hari ini.

Sebuah senyuman tertarik saat ia kembali mengingat semua yang terjadi hari ini. Kenangan yang Mark buat, pasti akan Jaemin ingat sampai kapanpun. Kenangan itu seolah menggambarkan betapa indahnya kehidupan Jaemin bersama Mark dan yang lainnya. Menggambarkan betapa beruntungnya Jaemin terlahir di dunia ini. Hari ini juga, membuat Jaemin semakin bertekad untuk berjuang hidup lebih keras lagi.

Ya, ia harus sembuh !.

Terutama, demi Mark.

Jaemin berpikir, apa ada alasan untuknya pergi ?. Tentu saja tidak ada. Banyak orang yang masih mencintainya. Lalu, untuk apa ia pergi dan menyia-nyiakan kasih sayang semua orang padanya. Jaemin benarkan ?.

***

Mark hanya diam mematung memandangi Jaemin disana. Pikirannya ikut melayang kemana-mana saat melihat Jaemin yang entah kenapa tersenyum. Tidak, Mark kali ini tak tersenyum saat melihat Jaemin tersenyum. Mark malah semakin sakit ketika melihat senyuman itu muncul.

Akankah senyuman itu muncul esok hari ?

"Mark"

Jaehyun datang dan menyentuh pundak Mark sangat lembut. Ia merasakan apa yang Mark rasakan sekarang. Mark pasti berada di posisi yang paling membingungkan bak labirin tanpa pintu keluar. Susah untuk menentukan harus kemana dan harus apa untuk pergi.

Iyakan ?

Mark menghela nafasnya saat menyadari bahwa seberapa ia berpikir, ia tetap tidak menemukan jalan keluar. "Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan"

"Kau benar. Aku juga begitu, Mark"

Jaehyun pastinya lebih tak karuan lagi. Ia tak tahu harus menyetujui Mark atau menolak permintaan Mark. Seberapa dewasa pikirannya, itu bukan masalah yang mudah untuk ia selesaikan. Ini berhubungan dengan hidup dan mati seseorang. Jaehyun tentu saja tak boleh salah memilih.

"Mark"

"Hm"

"Aku yakin, Jaemin akan memilih mati daripada harus melihatmu mati"

Tak perlu Jaehyun bilang, Mark tentu saja sudah tahu itu. Mark yakin, Jaemin pasti akan menangis karena kehilangan dirinya. Tapi, bukankah ini demi hidup Jaemin ?. Jaemin saja bisa merelakan hidupnya untuk Mark. Kenapa Mark tidak ?. Jaemin saja selalu berkorban untuk Mark. Kenapa Mark tidak melakukannya juga ?.

"Aku hanya ingin dia hidup karena hidupnya adalah alasanku untuk hidup selama ini"

"Dia yang selalu berkorban untukku. Kini adalah giliran ku"

"Aku ingin membuat ia melihat betapa aku sangat mencintainya selama ini"

"Dan..". Mark berhenti untuk menarik sebuah senyuman ke arah Jaemin di luar sana. Walaupun, jutaan pedang mengiris hatinya sedang perlahan. Sakit.

"Ini juga sebagai balasan atas perasaannya selama ini"

Dan tak terasa, butiran bening bak berlian, jatuh dari mata Mark yang hampir tidak pernah menangisi siapapun kecuali Jaemin. Ya, hanya pendamping hidupnya itulah yang mampu membuat Mark menangis dan tersenyum. Namja manis itulah yang mengubah Mark hanya dengan perasaan lembut Jaemin saat mencintainya.

Menyakitkan saat mengingat betapa Jaemin mencintainya, tapi Mark yang tak bisa membalasnya dengan setimpal.

"Aku benar-benar ingin membalas cintanya dengan setimpal"

Marriage (Markmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang