Bab 19 (Tetap)

1.4K 38 2
                                    

    Setelah puas bermain ayunan gadis kecil itu kembali merengek manja pada Fatir, memegangi ujung kaosnya. Elisa meminta Fatir untuk menemaninya pergi ke taman.

"Kak Fatir! Kita jalan-jalan bentar ke taman yuk. El udah lama nih nggak jalan-jalan di taman deket sini, dulu biasanya El bakalan pergi sama Papi sama Eyang. Tapi kayaknya hari ini Papi lagi asyik ngobrol sama Papi-nya Kak Fatir deh, Eyang juga lagi istirahat di dalem rumah kayaknya. El nggak berani ganggu"Elisa melirik ke arah Papi-nya sambil memainkan ke-sepuluh jarinya.

"Oke! Kamu yang tunjukkin jalannya ya, Saya kan belum pernah,"Fatir tersenyum diakhir kalimatnya untuk mengiyakan permintaan Elisa. Kemudian ia mengacak-acak rambut gadis kecil itu dengan gemas.

    Diiringi dengan sejuknya angin yang berembus sore itu. Elisa tanpa sadar telah menumbuhkan perasaan nyaman yang berlebih terhadap Fawtir. Dia memandang lekat-lekat ke arah wajah lelaki yang masih ada bekas goresan lukanya itu dengan perasaan menghangat.

***

     Sekitar jam sembilan malam Bunda baru saja selesai merapikan busana muslim yang telah selesai dikerjakannya. Milik salah satu langganannya, sesuai perjanjian, baju itu akan diambil 2 hari lagi. Tapi, selama ada waktu ia memang lebih senang menyelesaikan tanggung jawabnya lebih cepat. Inilah poin plus yang menjadikan langganan-langganan Bunda menyukai hasil karya Bunda, ia bukan tipe penjahit yang suka mengulur-ulur waktu. Jadi, biasanya mereka masih sempat merevisi baju mereka sebelum digunakan pada acara tertentu -yang kebanyakan formal- itu.

Tuing!

     Bunda mengambil ponselnya dari atas meja jahit. Ketika benda jadul -jauh dari ponsel smartphone zaman sekarang- itu berkedip, menandakan ada sebuah pesan singkat yang masuk.

From: Rana
Bunda..., rasanya Rana kangen pengen meluk bunda :(

     Ia jadi tersenyum sendiri saat membaca pesan manja dari anak gadisnya tersebut. Mengetikan sesuatu untuk membalasnya.

***

      Fatir baru saja keluar dari kamar mandi. Sangat memalukan memang disaat ada kesempatan untuk moment-moment romantis yang langka seperti ini perutnya malah mules dan mengajaknya BAB.

"Belum tidur?"ia duduk di samping Adiba. Dilihatnya gadisnya itu masih mengutak-atik ponselnya.

"Eh?!"Adiba terperanjat mendapati Fatir yang telah merangkul pingganya dari samping. Ia kemudian sedikit menjauh,"Ini lagi sms Bunda,"jawabnya buru-buru berbaring dan menarik selimut. Meninggalkan Fatir yang bergeming di posisi duduknya.

"Mana? Coba lihat!"Fatir merebut ponsel itu dari tangan Adiba dengan ekspresi khas anak kecil yang sedang merajuk.

From: Bunda
Kalau mau dipeluk jangan sama Bunda :) Kamu kan udah menikah, jadi minta peluk sama Nak Fatir sana!

"Oh..., jadi ada yang pengen dipeluk nih?"ledek Fatir membuat degub jantung Adiba melonjak berkali-kali lipat.

     Bodo amat! Adiba langsung pura-pura tidur sambil menutupkan seluruh selimut yang tadi hanya sebatas dada hingga ke kepalanya.

***

     "Awww!"

     Fatir tak sengaja tersandung sesuatu ketika mengantar Elisa pergi ke taman. Gadis kecil di sampingnya itu sampai ikut berjongkok, memandangi jempol kakinya yang berdarah dengan cemas.

"Kak Fatir nggak pa-pa?"

"Ah nggak pa-pa kok, ini mah luka kecil,"ia bangkit lagi dan tersenyum menenangkan gadis kecil di depannya tersebut. Tak disangka-sangka Elisa malah mengulurkan tangan untuk menggandengnya,"Ya udah mainnya nggak sekarang nggak pa-pa. Kita pulang aja dulu sambil ngobatin luka Kak Fatir."

Dear HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang