HIKARI - 1

3.8K 142 26
                                    

"Cahaya yang hadir  menerangi setiap langkahku adalah kau yang aku cintai. Tak pernah sedikitpun aku membayangkan jika kau tak ada disisiku. Tidak, kau akan terus bersamaku. Denganmu, akan kita gapai masa depan yang indah." 

"Kau akan selamanya menetap di hatiku, tak terganti oleh siapapun..."

.

.

.

* HIKARI *

masamuneRei

story editor Shin

.

.

.

Matahari mengintip dari sela-sela jendela salah satu unit mansion. Mengusik pria yang tengah tertidur lelap di ranjang. Pria itu menyipitkan matanya, membiarkan matanya beradaptasi dengan sinar mentari. Sambil menguap, dia mengusap kedua kelopak matanya agar dapat terbuka dengan sempurna. Dia menggeliat kemudian bangkit dari tidurnya ke posisi duduk di ranjang yang berspreikan serba putih itu. Dilihatnya jam weaker yang terletak pada meja di sebelah ranjangnya. Jam menunjukkan pukul 6 pagi.

Pria itu beranjak bangun dari ranjangnya. Meraih smartphone yang berada di samping jam weaker tadi sambil berjalan ke arah pintu balkon yang berada di dalam kamarnya.

Angin berhembus membelai lembut tubuh pria yang memiliki tinggi badan sekitar 180cm itu. Sambil merenggangkan otot-ototnya, dia menghirup udara segar. Dia berdiri di balkon menghadap keluar dengan menumpukan sikunya pada besi pagar balkon.

Sambil memainkan smartphonenya, dia sesekali melihat keluar dimana orang-orang sedang lari pagi atau berjalan santai. Biasanya pria itu sering melakukan hal yang sama di hari Minggu seperti sekarang ini. Namun sepertinya pagi ini dia tidak ingin melakukannya.

Matanya terus menjelajah seperti mencari sesuatu. Pria itu melihat keluarga yang sedang lari pagi bersama. Ayah, ibu dan juga seorang anak. Anaknya laki-laki. Anak itu usianya sekitar 5 tahun. Berlari tepat di depan ayah dan ibunya. Anak itu jatuh, tersandung kakinya sendiri saat berlari. Ibunya terlihat sangat khawatir, sedangkan sang ayah seperti memberi semangat pada anak itu.

"Ayo, anak ayah kan jagoan, gak boleh nangis ya." Kurang lebih seperti itu. Sang anak berdiri, tidak menangis. Menoleh pada ayah dan ibunya sambil tersenyum, anak itu kembali berlari dengan lebih hati-hati. Pria yang menyaksikan pemandangan tersebut tersenyum.

Kembali matanya menjelajah pada sekeliling taman yang tak jauh dari mansionnya itu. Matanya terhenti saat ia melihat pria yang sedang berlari dengan mengalungkan handuk kecil berwarna ungu di bawah sana. Dia memperhatikan dengan seksama. "Aku belum pernah melihat pria itu sebelumnya," gumamnya sambil terus memperhatikan setiap pergerakan pria yang berada di bawah sana.

Drrtt... Drrttt.. Drrrttt...

Lamunannya buyar saat smartphone yang masih berada dalam genggamannya bergetar. Dengan segera, ia menjawab panggilan yang masuk tanpa melihat siapa yang menghubunginya.

"Halo," sapanya tanpa mengalihkan pandangannya dari pria yang masih berlari di bawah sana.

"Kau tidak lari pagi, Hiroki?" Tanya orang dari seberang telepon.

HIKARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang