HIKARI - 23

295 22 1
                                    

"Cinta dan kepercayaan adalah satu kesatuan yang tidak dapat berdiri sendiri. Sama halnya jika kau mencintai seseorang, tanpa mempercayainya akan sulit untuk dijalani..."

.

.

.

*HIKARI*

masamuneRei

story editor Shin

.

.

.

Hiroki yang pada malam itu masih berkutat dengan pekerjaannya tampak gelisah, sesekali dia mengintip jam dinding yang menggantung di ruangan tersebut. Pasalnya hari itu ia sudah memiliki janji untuk makan malam bersama dengan Kentaro di unit mansion kekasihnya tersebut. Janji keduanya setelah janji pertama batal karena Hiroki pulang terlambat. Mungkin saja kali ini akan batal mengingat tugasnya masih menumpuk dan menahannya untuk segera pulang meninggalkan sekolah.

Sudah berapa hari mereka tidak bertemu setelah akhirnya mereka kembali bersama seperti sediakala? Lima hari? Tujuh hari? Entahlah. Saat ini rasanya Hiroki ingin membakar kertas-kertas yang berada di hadapannya agar ia bisa segera pulang dan menemui sang kekasih yang sudah sangat ia rindukan. Namun tentu saja tidak bisa.

Tempat tinggal mereka berdekatan, hanya berbeda tiga pintu mansion. Tapi untuk bertemu sangatlah sulit. Bagaimana tidak, pekerjaan mereka menuntut lebih banyak waktu yang tersita untuk bekerja. Disaat Hiroki sedang senggang, Kentaro sedang sangat sibuk. Begitu juga sebaliknya. Malam hari pun tak menjamin mereka dapat bertemu.

Kazumi yang duduk di sebelahnya menguap, membuyarkan lamunannya. Guru P.E itu juga tak kalah sibuk menyiapkan materi untuk besok. Wajahnya serius menulis di atas buku pedoman guru, di sebelahnya menumpuk kertas-kertas yang baru saja ia selesaikan. Sesekali ia mengusap kasar wajahnya karena ingin segera pulang dan mengistirahatkan matanya yang lelah.

"Ah! Nakada-sensei, Doi-sensei. Kalian masih di sini rupanya. Ini, aku bawakan minuman kopi kalengan biar kalian tidak mengantuk," ucap seorang guru lainnya saat melihat Hiroki dan Kazumi yang masih berada di ruang guru.

"Terima kasih, Yoko-sensei," ujar Hiroki berterima kasih sambil tersenyum dan meraih sekaleng minuman dari tangan guru Matematika sekaligus Pembina ekskul seni Tari tersebut. Lui juga memberikan satu minuman kaleng pada Kazumi yang disambut dengan senyuman lebar.

"Kalian mau sampai jam berapa di sini? Sekolah sudah sangat sepi. Apa kalian tidak memiliki acara lainnya?" tanya Lui sambil duduk di bangku kerjanya dan merapikan beberapa barang bawaannya.

"Kalau aku sih tidak ada, tapi mungkin Nakada-sensei ada," jawab Kazumi sambil melirik ke arah rekan sekaligus temannya itu, suaranya terdengar sedikit menggoda.

"Heeee rupanya Nakada-sensei sudah memiliki seseorang yang menunggunya setelah pulang bekerja ya. Ah! Betapa irinya aku," celoteh Lui ikut menggoda.

"Hei, apa-apaan kalian ini. Yoko-sensei kalau kau iri denganku, segeralah mencari pendamping. Jadi kau tidak akan lagi minum bir sendirian tiap malam," balas Hiroki, matanya tak lepas dari tumpukan kertas yang sedang ia kerjakan.

"Hahaha benar itu Yoko-sensei. Cobalah lebih serius sedikit untuk mencari pendamping. Aku merasa kasihan setiap kali kau mengeluh minggu malam tidak ada yang bisa kau ajak pergi," sambung Kazumi yang diselingi tawa dari balik punggung tangannya.

HIKARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang