Bab Dua Puluh Empat

8.2K 1.2K 132
                                    

Kirana

ULTAH AGAM TIGA HARI LAGI!

SHIIIT. Salah banget ternyata memasang reminder ulang tahun jam empat pagi begini. Aku sampai terantuk tembok saking kagetnya. Walaupun sedikit pusing karena campuran antara bangun tidur dan kepentok tembok, aku akhirnya berhasil duduk di atas kasur.

Mungkin karena beberapa waktu lalu kami sempat bertengkar, aku jadi sama sekali tak ingat tentang ulang tahun Agam. Padahal tahun-tahun sebelumnya aku selalu menyiapkan kado sejak jauh-jauh hari, jadi ketika reminder H-3 ini berbunyi, aku sudah tak kaget lagi.

Kalau ulang tahun Agam sudah tinggal tiga hari lagi, berarti ulang tahun Mama juga sudah tinggal sepuluh hari lagi. Itu artinya, aku harus menyiapkan dua buah kado spesial. Dan oh, ulang tahun Rena! Aku diundang ke acara ulang tahunnya, itu berarti aku harus membeli kado untuknya, kan?

Ugh... Kenapa sih ulang tahun orang-orang terdekatku jaraknya berdekatan begini?!

Otakku cepat memikirkan sisa uang yang ada di dalam rekeningku. Sudah berjalan lima belas hari sejak gaji bulan ini turun, itu berarti aku nggak punya banyak uang untuk membeli tiga kado sekaligus. Padahal beberapa waktu lalu Mama sudah kode pengin dibelikan Kate Spade keluaran terbaru, dan Rena... Aku merasa harus memberikan kado spesial untuk cewek itu karena dia sudah berjasa menjaga Katy selama ini.

Tapi apa? Apa sesuatu spesial dengan harga terjangkau yang bisa membekas dalam hati penerimanya?

Sedikit putus asa, kubuka ponselku, mengetikkan kata 'promo tujuh belas agustus' di google. Aku juga nggak tahu kenapa tiba-tiba bisa kepikiran keywords itu, tapi dalam keadaan kere, otak kita memang cenderung lebih kreatif, kan?

Jantungku berdebar ketika aku membaca sebuah judul artikel dari sebuah situs web ternama.

Tujuh Belas Agustus, Harga Tiket Kereta Api hanya Rp. 17rb untuk Semua Kelas!

Dengan gemetar, kubuka artikel itu. Pemesanan bisa dilakukan mulai besok. Jumlah seat-nya juga terbatas, mengingat diskon ini gila-gilaan.

Aku tahu untuk mendapatkan tiket diskon itu tentu tak akan mudah, dan probabilitasku untuk gagal pasti lebih besar daripada untuk berhasil, tapi tak ada salahnya mencoba, kan? Dengan tiket kereta api, aku bisa mengajak Agam traveling. Mungkin ke Jogja atau Malang. Tujuannya masih kupikirkan. Yang pasti sekarang, aku harus berdoa semoga aku bisa mendapatkan tiket promo ini besok!

***

Resha

Gue tiba-tiba ngantuk, padahal sekarang baru jam setengah sepuluh. Jadi gue memutuskan untuk pergi ke pantry sebentar, menyeduh kopi. Tapi ketika gue masuk pantry, gue dikejutkan dengan keberadaan Fanny di sana.

Mukanya pucat, matanya terpejam, sementara kedua tangannya sibuk memijat-mijat kepalanya. Gue bahkan nggak yakin kalau dia menyadari kedatangan gue.

“Lo kenapa, Fan?”

Fanny membuka matanya sedikit, melihat ke arah gue. Mata yang biasanya berbinar ketika sedang menjelaskan isi kepalanya kepada gue itu kini kehilangan binarnya. Dia terlihat terlihat sangat kesakitan. “Nggak apa-apa kok, Res.”

Nggak apa-apa gimana?! Jelas-jelas dia sedang kesakitan!

“Kepala lo pusing?”

Fanny mengangguk. “Nggak tau kenapa, tiba-tiba gue pusing banget,” jawabnya. “Lo punya minyak aromaterapi, nggak?”

“Nggak ada. Coba gue–”

“Sori, permisi, Res!” Fanny memotong kalimat gue, lalu berlari meninggalkan pantry sambil menutup mulut.

CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang