Bab Dua Puluh Tujuh

17.4K 1.4K 235
                                    

Gatau masi ada yg nungguin cerita ini apa gakk... Tapi buat yang nungguin... Selamat membaca pokoknya! Wkwkwk

Btwww, aku abis nonton fight for my way jadi keinget agam-kirana masaa 😝😝😝

***

Agam

"Gam, itu kereta kita datang!" seru Kirana ketika sebuah kereta datang. Cewek itu tersenyum lebar. Matanya berbinar-binar. Deretan giginya yang tertata rapi sampai terlihat. Dalam hati gue bertanya-tanya darimana energi yang Kirana dapatkan sampai dia masih kuat untuk cengengesan malam-malam begini.

Melihat Kirana yang sudah siap untuk berjalan menuju gerbong, gue cepat-cepat menarik tangannya.

Kirana terlihat kaget waktu gue menahannya. Cewek itu menatap gue. Matanya mengerjap. Gue bisa melihat rona merah muncul di kedua pipinya.

"Ke... Kenapa?"

"Tunggu sampai keretanya berhenti dulu aja, baru kita ke sana."

"Oh..." Kirana menunduk seraya melepaskan tangannya dari tangan gue.

Gue tersenyum melihat pemandangan Kirana yang malu-malu begini. Dengan kaos pink bergambar spongebob serta tas kecil berwarna pink metallic yang dia bawa di punggungnya... Kirana kelihatan bocah banget. Tapi juga lucu banget.

"Udah berhenti, tuh!" Kirana berdiri. "Yuk, masuk!"

Gue mengangguk, mengikuti langkah-langkah semangatnya masuk ke dalam kereta.

Kereta menuju Jogja yang kami tumpangi hari ini lumayan ramai. Karena long weekend kayaknya, jadi orang-orang memanfaatkan waktu libur yang berharga ini untuk pergi ke luar kota. Sama seperti gue dan Kirana. Sebenarnya dari kemarin gue sudah bertanya-tanya ke mana kira-kira Kirana akan membawa gue. Tapi tiap kali gue tanya, Kirana selalu menjawab dengan meletakkan jari telunjuknya di depan bibir seolah berkata, "Nanti juga lo tau!" Karena itulah akhirnya gue akhirnya berhenti bertanya. Percuma. Nggak akan dijawab juga.

"Gue yang dekat jendela, ya?" tanya Kirana ketika dia sudah berdiri di depan kursi yang terletak tepat di samping jendela. Gue masih mengangkat tasnya dan tas gue ke kabin atas.

"Tapi kan gue yang ulang tahun?"

"Ya iya, sih..." Kirana akhirnya keluar lagi. Cewek itu mengedikkan kepalanya ke arah kursi. "Gih, lo masuk duluan."

Gue terkekeh. Nggak nyangka Kirana meladeni permintaan gue. Tapi yang kemudian gue lakukan adalah mendorongnya masuk kembali. Seumur-umur gue kenal dan sahabatan sama Kirana, gue lebih dari tahu bahwa cewek itu suka banget sama tempat duduk di dekat jendela. Dia bisa bete kalau dapat tempat duduk di tengah-tengah. Nggak enak katanya, karena selain nggak bisa lihat pemandangan, duduk di tengah membuatnya nggak bisa bersandar juga. Gue sempat meledek dan berkata "Punya cowok makanya, biar bisa punya tempat bersandar!" ketika mendengar alasan terakhirnya itu, tapi terakhir kali gue meledek dia seperti itu, cewek itu menjambak rambut gue karena kesal. Beringas banget emang. Jadi tentu saja, kali ini, seperti kali-kali sebelumnya juga, gue membiarkan Kirana duduk di dekat jendela.

"Lho, nggak jadi?" tanya Kirana. Dia menatap gue bingung. "Gue pikir lo mau duduk di dekat jendela..."

"Nggak. Nanti lo bete lagi kalau nggak dapat kursi di samping jendela."

Kirana nyengir. "Thanks Agaaam! Lo emang paling pengertian sama gue!"

Yah... Hampir seluruh hidup gue dihabiskan untuk mengenal dia, gimana nggak jadi pengertian? Sama seperti Kirana yang juga seperti itu ke gue.

Gue masih asyik memperhatikan Kirana ketika tiba-tiba cewek itu menguap. Dia cepat-cepat menutup mulutnya. Matanya jadi sayu setelah itu. Gue tertawa. Tadi semangat banget, taunya sekarang ngantuk. Cepat sekali perubahan cewek satu itu.

CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang