Pagi ini gue gak ada keinginan sedikitpun untuk berangkat ke sekolah. Gue bahkan malas untuk sekedar bangun dan mandi. Sebentar lagi, sebentar lagi tepat saat gue bangun, hari – hari membosankan akan terulang lagi.
Akhirnya gue memutuskan untuk bangun dan siap – siap untuk pergi. Bukan ke sekolah, hari ini gue mau menjenguk mamah di rumah sakit. Setelah beres, gue langsung turun. Gue terkejut saat menyadari di ruang tamu ada Vino yang lagi ngobrol sama mamah tiri gue. Cih, gue bahkan ga sanggup manggil dia mamah tiri.
"Ngapain lo kesini?" Ucap gue ketus. Pagi – pagi gue udah emosi, itu bukan hal yang aneh, setiap hari memang selalu begini.
"Pagi sayang. Kok gak pake baju seragam, gak sekolah?" Ucap tante Dilla –istri kedua papah-
"Saya gak nanya tante, saya nanya Vino." Ucap gue.
"Dan satu lagi, tante Dilla gak perlu pura – pura peduli karena sampai kapapun saya gak akan pernah bisa lupa kalau tante punya hati yang busuk."Tanpa basa – basi lagi gue langsung narik tangan Vino keluar dari rumah gue.
"Maaf bikin lo harus liat kejadian gak jelas pagi - pagi, sekarang lo bisa pergi." Ucap gue lalu berbalik untuk menelepon memesan taksi. Namun tangan Vino yang megang tangan gue membuat gue kembali berbalik dan menatapnya bingung.
"Lo mau kemana?" Ucap Vino dengan tatapan dingin.
"Gue mau ke rumah sakit, kenapa?" Ucap gue.
"Ayo gue anterin."
"Gak perlu gue bisa berangkat sendiri. Lagipula lo harus cepet ke sekolah karena 15 menit lagi bel pelajaran pertama."
"Lo berangkat bareng gue." Ucap Vino penuh tekanan. Akhirnya gue nyerah.
Di perjalanan suasana begitu canggung.
"Gue gak suka liat lo kaya gitu." Ucap Vino dingin.
"Gausah diliatin." Ucap gue singkat.
"Gue gak suka sikap lo yang gak sopan kaya tadi." Ucapan Vino kali ini bikin gue tersinggung. Maksudnya dia apa, dia ngungkit kejadian tadi dirumah gue?
"Gak sopan gimana? Yang mana?"
"Tadi pagi ucapan lo itu gak sopan Nat, dia mamah lo. Lo wajib hormati dia." Ucap Vino.
"Lo salah Vin. Dia bukan mamah gue dan gak akan pernah jadi mamah gue. Gue wajib hormati dia? Gue gak akan ngelakuin hal yang gak penting sama sekali."
"Dia tetap mamah lo Natasha." Ucap Vino.
"Dia bukan mamah gue." Ucap gue dengan menekankan setiap kata.
"Walaupun dia cuma ibu tiri, dia tetap orang tua. Dia wanita yang mencerminkan seorang ibu buat lo. Lo gak tau perasaannya mungkin aja sakit gara - gara ucapan lo tadi." Ucap Vino.
Gue bersyukur karena gue udah sampai di rumah sakit. Tapi gue belum keluar dari mobilnya Vino.
"Vin lo ga ngerti rasanya gimana. Kalau lo ngajarin gue untuk tau perasaan orang lain, lo sendiri tau gak sakitnya hati gue tiga tahun ini kaya gimana? Lo sendiri ngerti gak perasaan gue saat dengar omongan lo tadi? Kalau lo gak tau apa - apa, lebih baik lo diam." Ucap gue sebelum gue keluar dari mobil.
"Dan satu lagi, dia bukan mamah gue, bukan ibu gue!" Dan sekali lagi gue menegaskan hal itu sebelum masuk ke rumah sakit untuk menjenguk mamah.
Di lorong rumah sakit para perawat nyapa gue. Di rumah sakit ini gue udah terkenal sebagai anak yang selalu datang menjenguk ibunya.
"Selamat pagi bu Lana." Sapa gue pada perawat yang ngurusin mamah gue dirumah sakit.
"Pagi Natasha."
"Mamah sudah ada perubahan?" Tanya gue dengan berharap dalam hati semoga ada kabar baik.
"Tidak ada perubahan yang menunjukkan beliau akan sembuh. Maaf Natasha." Ucap bu Lana dengan ekspresi merasa bersalah.
"Gak perlu minta maaf, bu. Makasih selalu menjaga mamah saya." Ucap gue dengan tersenyum tulus.
"Itu sudah menjadi kewajiban saya." Ucapnya sambil tersenyum.
"Kalau begitu saya jenguk mamah dulu ya, bu. Permisi." Ucap gue langsung ke ruangan ICU untuk jenguk mamah. Tentu gue pake baju khusus untuk menjenguk pasien di ICU.
"Pagi mah." Sapa gue pada mamah yang masih menutup matanya.
"....."
"Mamah gak bosan tidur terus? Mamah gak kangen sama Natasha? Natasha kangen banget sama mamah. Bangun dong mah, mamah gak kasian sama Natasha? Maafin Natasha ya mah, Natasha suka nakal. Kalau mamah bangun, Natasha janji deh akan jadi anak yang baik buat mamah, akan jadi anak yang bikin mamah bangga dan bahagia"
"....."
"Mah, Natasha benar – benar kangen suasana rumah sebelum mamah sakit. Natasha kangen dibangunin mamah setiap paginya, kangen lihat wajah mamah tepat saat Natasha bangun."
"....."
"Mah, Vino udah balik lagi kesini loh. Natasha seneng banget, tapi ternyata dia berubah jadi jahat. Natasha gak suka dia yang sekarang. Natasha akan bahagia banget kalau mamah bangun."
"....."
"Natasha terlalu paksa mamah ya? Jangan khawatir mah, Natasha akan tetap nunggu sampai mamah bersedia bangun lagi."
"....."
Gue jadi sedih banget, sedari tadi gue ngomong sendiri. Hanya suara alat pendeteksi jantung yang menemani gue.
"Natasha pulang dulu ya, Mah. Besok Natasha kesini lagi setelah pulang sekolah. Love you mah." Ucap gue lalu mengecup pelan dahi mamah dan pergi dari ruangan ICU.
Saat keluar dari ruang ICU, gue lihat ada Vino lagi duduk di depan ICU. Vino natap gue tanpa ekspresi, gue jadi bingung.
"Lo ngapain disini?" Ucap gue datar. Tanpa ngomong apa – apa, Vino langsung seenaknya narik tangan gue keluar rumah sakit dan maksa gue masuk ke dalam mobilnya.
"Lo apa – apaan sih. Buka pintunya Vino!!!" Ucap gue berusaha membuka pintu mobil yang sudah dikunci Vino. Tanpa peduli ucapan gue, Vino langsung menjalankan mobilnya menjauh dari rumah sakit.
"Lo baru aja tadi pagi ceramah tentang sopan santun tapi sekarang malah lo yang gak punya sopan santun. Maksud lo apaan bawa gue pergi? Belum puas dengan perkataan lo yang belagak tau itu? Belum puas ceramahin gue yang gak penting?" Ucap gue dengan emosi yang sudah memuncak. Vino ga jawab omongan gue.k
"Vino berhenti." Lagi – lagi Vino ga pedulin omongan gue.
"VINO BERHENTI!" Dan akhirnya Vino memberhentikan mobilnya di pinggir jalan.
"Dengar ya Vino Alterio. Gue sama sekali gak punya sedikitpun keinginan untuk ngomong bahkan ketemu lo lagi setelah ini. Makasih." Ucap gue lalu melepaskan seat belt bersiap – siap untuk turun dari mobil. Saat gue mau keluar, Vino narik gue ke dalam pelukannya. Dan untuk kesekian kalinya emosi gue menghilang hanya karena pelukannya.
"Lo bener, gue memang ga tau apa – apa dan gue minta maaf atas itu." Ucap Vino.
Mendengar ucapan Vino tadi malah membuat emosi gue naik lagi. Setelah dia ngerendahin gue dan sekarang dia dengan mudahnya hanya bilang maaf. Gue langsung lepas pelukannya dan keluar dari mobilnya.
-TO BE CONTINUED-
Halo semua ~
Jangan lupa vote dan komentarnya~
Terimakasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Go
Teen Fiction[UPDATE SETIAP HARI] Natasha Varayn, perempuan yang dikenal selalu berbicara ketus tanpa mempedulikan orang lain. Selalu bersikap tak peduli pada apapun dan siapapun. Ia seperti itu semenjak keluarganya yang tak harmonis lagi dan menyebabkan...