2

75 10 0
                                    


Hari ini gue berangkat lebih pagi untuk menghindar dari keributan pagi hari yang pastinya dibuat Fasya. Telinga gue butuh istirahat sejenak. Gue masuk kelas, hanya ada satu temen gue yang udah datang.

"Dateng pagi Nat?"

Gue memutar bola mata dengan malas.

"Menurut lo?" Ucap gue.

"Iya."

"Ya iyalah gue datengnya pagi. Kalau gue datengnya siang gue gak akan ada disini saat ini, Dika." Celetuk gue.

"Bener juga ya." Gue hanya mengabaikannya lalu memakai earphone.

Yang gue harapkan gue bisa menikmati pagi dengan tenang, namun sayangnya ketenangan gue cuma bertahan sampai setengah jam.

"PAGI SEMUANYA!!" Baru aja masuk kelas Fasya udah teriak – teriak. Gue menekan tombol untuk menaikan volume lagi di HP gue.

"PAGI NATASHA!!"

Seharusnya gue cabut earphone dari tadi, gue lupa akan fakta bahwa sekencang apapun musik di HP gue gak akan bisa mengalahkan teriakan Fasya di pagi hari.

"Pagi Sya." Ucap gue tersenyum.

"Lo udah ngerjain PR Bu Windi belum Nat?"

"Udah Sya. Lo sendiri udah ngerjain?" Gue tanya balik.

"Belum." Jawab Fasya sambil nyengir. "Gue nyontek ya?"

"Seperti biasa, nih contekin aja." Ucap gue sambil kasih buku gue ke Fasya.

"Thank you Natasha." Ucap Fasya dengan senyuman 5 jari lalu mengerjakan Prnya.

Akhirnya bel masuk pelajaran pertama berbunyi, pelajaranpun dimulai.

Ditengah – tengah pelajaran temen sekelas tiba – tiba ribut, gue ngangkat kepala dan ternyata kelas ribut karena kepala sekolah di sekolah gue masuk ke kelas dengan laki – laki yang gue yakini super ganteng. Laki – laki itu belum membalikan tubuhnya karena lagi ngomong sama guru, tapi dilihat dari belakang tubuhnya, gue yakin dia ganteng.

"Perhatian semuanya, hari ini kita kedatangan murid baru." Mendengar ucapan kepala sekolah, laki – laki itu memutar tubuhnya dan tersenyum.

Mata, hidung dan bibirnya yang tersenyum lebar sempat membuat gue terpesona, namun seketika gue tersentak, laki – laki itu mirip seseorang. Gue harap dia bukan seseorang yang gue maksud.

"Selamat pagi semua. Perkenalkan gue Vino Alterio, kalian semua bisa panggil gue Vino."

Gue kembali tersentak. Dia... itu benar dia. Seketika muka gue pucat.

Semuanya masih sama, yang berbeda hanyalah dia yang tampak lebih dewasa. Setelah sekian lama berpisah, apa dia akan mengenali gue? Lalu jika dia lupa, apa yang harus gue lakukan?

Diam - diam, perasaan rindu terselip di hati gue.

Walaupun sudah lama tak bertemu, dia tetap lah dia, waktu tak bisa mengubah fakta bahwa seseorang merindukannya.

"Baiklah perkenalan bisa kalian lanjut secara pribadi nanti setelah pelajaran selesai. Saya permisi dulu." Ucap kepala sekolah lalu keluar dari kelas gue.

Gue sendiri masih mematung. Gue harusnya senang ketemu dia lagi, tapi kenapa gue seakan – akan gak mau pertemuan ini terjadi. Gue yakin gue baik - baik aja, gue hanya perlu bersikap biasa.

"Rani." Panggil guru.

"Iya bu." Jawab Rani.

"Bisa kamu pindah duduk dengan Dika?" Seketika gue tersadar, kenapa Rani harus pindah?

Don't GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang