"Lo suka yang mana?" Ucap Vino.
Kita sekarang lagi di toko perhiasan. Vino tetap mau beli cincin pertunangan, padahal gue udah nolak mentah – mantah. Dia gak ngerti atau gimana gue juga bingung.
"Terserah lo, gue ikut aja." Ucap gue malas. Ucapan gue membuat Vino menarik tangan gue ke luar.
"Vin, ini udah toko ke-5. Kaki gue udah pegel nih." Ucap gue mengeluh. Ya benar, ini udah toko ke-5 yang kita kunjungi. Gue gak tau apa alasan Vino gak beli aja di 1 tempat.
"Dari tadi gue perhatiin gak ada sama sekali cincin yang bikin lo tertarik. Kita akan terus cari sampai ada cincin yang bikin lo tertarik." Ucap Vino, lalu melajukan mobilnya.
Mendengar ucapan Vino, gue langsung menatapnya heran, "Yaampun Vin, pilih aja yang mau lo pilih, yang lo suka. Lo yang mau tunangan kan? Yaudah lo yang pilih."
"Bukan gue, tapi kita." Ucap Vino tegas.
"Gue kan gak mau, yang mau kan lo. Jadi buat apa gue nyiapin pertunangan yang sama sekali tak diinginkan?"
"Berhenti bicara kaya gitu, Nat. Lo tau mau gak mau lo akan tetap tunangann sama gue." Ucap Vino dengan nada kesal.
"Vin, disini gue cuma mainin peran sebagai cewek yang akan jadi tunangan lo, gak lebih. Jadi lo aja yang ngatur semua karena lo yang menginginkan pertunangan itu tetap terjadi." Ucap gue. Gue tau ucapan gue ittu ngawur banget, tapi gue udah benar – benar lelah dan gak mau ngurusin tunangan gak jelas ini.
"Nat, bisa gak jalani dengan sepenuh hati? Ini bukan acara pertunangan gue aja, tapi pertunangan lo juga, Nat. Pertunangan kita!" Geram Vino. Gue hanya terdiam hingga kita berdua sampai di toko perhiasan ke-6.
Toko perhiasan kali ini sukses bikin gue terkejut.
"Vin lo yakin disini?" Ucap gue menahan Vino untuk membukakan pintu mobilnya.
"Iya." Ucap Vino singkat lalu keluar dari mobil diikuti gue.
"Lo serius ini tempatnya? Gak salah?" Ucap gue masih gak percaya. Gila aja Vino bawa gue ke toko perhiasan yang terkenal akan harganya yang sangat – sangat tinggi.
Vino menaikan alisnya dengan heran. "Lo kenapa sih, gue serius Nat." Ucapnya lalu narik tangan gue untuk masuk.
Saat gue masuk ke toko, di depan pintu ada banyak orang yang gue yakini kalau mereka itu pegawai di toko ini. Semua orang menunduk saat Vino hendak masuk.
"Selamat datang tuan muda." Ucap seorang wanita, gue yakin dia kepala di toko ini.
Wait. Dia bilang apa? Tuan muda? Vino?
"Vin mereka semua kenapa sih, lo kok dibilang tuan muda sih?" Bisik gue. Tapi sepertinya Vino sama sekali gak mempedulikan ucapan gue.
"Tolong perlihatkan cincin tunangan terbaik yang ada di sini." Ucap Vino memerintahkan pegawai disini. Gue makin bingung.
"Vin lo apa – apaan sih? Kita beli cincin tapi jangan di sini ya? Ayo pergi." Ucap gue hendak menarik Vino, namun apa daya gue sebagai perempuan yang gak akan kuat narik Vino yang berdiri kukuh.
"Ayolah Vin. Gue janji gue yang pilih cincinnya, tapi gak disini ya?" Ucap gue memohon."Kenapa? Lo gak suka tokonya?" Tanya Vino heran. Rasanya gue pengen jitak Vino yang masih dengan pendiriannya untuk beli di toko ini. Bukan masalah tokonya, tapi harganya.
Seseorang yang tadi diperintah Vino datang dengan membawa 3 pasang cincin dengan model yang berbeda. Di masing – masing cincin itu ada berlian yang cukup membuat gue takjub akan keindahannya. Namun harganya yang terpampang jelas membuat gue sadar dan sangat – sangat terkejut.
"Harganya, Vin. Lo ga liat itu cincin harganya mahal banget." Bisik gue.
"Gue tau lo suka sama cincin itu. Tapi kita gak mungkin pilih tiga pasang, pilih 1 model yang benar – benar lo sukai." Ucap Vino tegas.
"Vin.... Kita belinya tempat lain aja, ayo pergi." Ucap gue berusaha narik dia keluar. Namun lagi – lagi gagal karena kekuatan pria yang memang lebih besar dari perempuan.
Disitu gue gelisah banget. Gue juga malu diliatin dan ditertawakan semua orang disini. Walaupun hampir tak terlihat, tapi gue bisa lihat beberapa dari mereka ada yang tertawa kecil dan sebagiannya terlihat menahan tawa. tapi Vino tetap aja gak peduli bahkan dia gak dengerin gue.
Gue sebenarnya yakin kalau Vino mungkin sudah mempersiapkan uang untuk beli perhiasan di sini, tapi tetap aja menurut gue beli cincin semahal ini hanya untuk tunangan yang terpaksa terlalu berlebihan. Walaupun gue punya keinginan yang sangat besar untuk minta Vino untuk beli cincin itu, tapi gue juga masih punya malu.
Dan gue gak mau dibilang cewek matre sama Vino, 5 toko gue abaikan giliran yang mahal gue langsung mau. Gue gak gitu, gue hanya, hanya takjub aja sama keindahan cincin ini.
"Natasha!" Ucap Vino dengan nada yang meninggi.
"O-oh iya apa?" Saut gue linglung.
"Jangan melamun, Nat. Cepat pilih!" Ucap Vino.
"Vino ini harganya terlalu mahal." Ucap gue sambil tarik – tarik Vino berusaha membawanya keluar. Karena tak ada hasil, gue langsung keluar sendiri meninggalkan Vino yamg masih berdiri di dalam.
Gue terus jalan menjauh dari tempat itu. Namun seketika gue bingung, gue gak tau ini dimana. Di tengah – tengah kebingungan, tubuh gue mendadak dibalikkan dengan cengkraman yang terasa kuat di bahu gue. Itu Vino.
"Dengar! Itu toko milik tante gue, Nat. Lo gak perlu childish kaya gini. Sekarang kita masuk dan pilih salah satu dari 3 pasang cincin itu, okay?" Ucap Vino tegas. Seketika gue membeku. Bukan karena gue terkejut, melainkan karena dia yang baru bilang hal itu sekarang.
Kenapa dia baru bilang sekarang? Dia berniat bikin gue malu dengan bertindak seperti tadi? Pemikiran itu membuat gue menjadi emosi. Sekali lagi, lo bikin suasana hati gue hancur, Vin.
TO BE CONTINUED
Halo semua ~
Jangan lupa vote dan komentarnya.
Terimakasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Go
Teen Fiction[UPDATE SETIAP HARI] Natasha Varayn, perempuan yang dikenal selalu berbicara ketus tanpa mempedulikan orang lain. Selalu bersikap tak peduli pada apapun dan siapapun. Ia seperti itu semenjak keluarganya yang tak harmonis lagi dan menyebabkan...