11

43 2 0
                                    



Gue benar – benar percaya kalau keajaiban benar adannya. Buktinya saat gue didesak Vino untuk cerita, malah ada telpon masuk dari kak Kevin, gue akhirnya sibuk sama kak Kevin hingga sampai di rumah sakit. Terimakasih Tuhan atas keajaibannya.

Jujur, setelah semua yang terjadi dalam kehidupan gue, gue rasa keajaiban gak akan pernah datang untuk gue. Tapi kali ini gue rasa keajaiban memang datang, walaupun hanya sebentar dan sederhana.

"Thanks Vin." Ucap gue sambil membuka pintu mobil dan turun.

Gue sempat berfikir Vino akan ikut turun, ternyata tidak. Karena biasanya Vino yang keras kepala itu selalu maksa untuk nunggu gue tapi kali ini berbeda. Gue gak berharap, cuma sempat berfikir. Itu beda kan?

"Gue gak bisa nunggu dan jemput lo karena gue harus pergi. Lo bisa telpon kakak lo kan?" Ucap Vino.

Jujur, gue sedikit terkejut dengan apa yang Vino ucapkan. Gue perlu sadar, gue terlalu berlebihan.

"Iya gue bisa minta kak Kevin jemput, lo gak usah khawatir." Ucap gue.

Vino mengangkat alisnya sebelah menatap gue heran. Gue jadi bertanya – tanya apa maksud dia natap gue gitu.

"Gue gak bilang gue khawatir," Vino menggantung kalimatnya.
"Gue ngerti. Lo kasih gue kode biar gue khawatir sama lo?"

Ucapan Vino membuat mata gue membulat sempurna. Gue tau gue salah ngomong, tapi bukan itu maksud gue. Ya gue takut aja dia khawatir gue pulang sendiri. Gue membuat kesimpulan, Vino dengan kepedeannya yang besar itu memang luar biasa gila.

"Gausah kepedean, udah sana pergi." Ucap gue dengan jengkel.

"Bukan kepedean, gue tau nyatanya emang lo niat ngasih kode kan? Ngaku aja kali." Ucap Vino.

Gue memutar bola mata dengan malas. Dia bilang dia gak kepedean tapi dengan dia bilang gitu menunjukkan kalo dia kepedean.

"Terserah lo. Udah sana pergi." Ucap gue.

Gue gak mau debat sama dia untuk sementara ini, capek. Lebih baik mengalah sama anak yang keras kepala ini.

"Yaudah gue pergi ya. Nanti lo pulangnya hati – hati. Pastikan lo pulang cuma sama kak Kevin, ngerti?" Ucap Vino dengan nada tegas.

Ni anak apa – apaan sih, tadi dia bilang gak khawatir buktinya dia memang khawatir.

"Gue pulang sama siapapun bukan urusan lo. Udah sana pergi, lama banget." Ucap gue.

"Iya – iya gue pergi." Ucap Vino lalu menlajukan mobilnya pergi dari rumah sakit ini.

Gue akhirnya jalan memasuki ruangan mamah. Sama seperti biasanya, hanya bunyi alat – alat yang terdengar. Mamah masih belum bangun, seperti biasa gue cerita semua yang gue alami hari ini. Setelah selesai, dokter kasih tau gue kalau mamah belum ada perubahan apapun., dan kemungkinan kesempatan untuk sembuh sangat lah kecil.

Sedih? Tentu gue sedih. Tapi gue juga gak bisa maksa dokter yang statusnya hanya membantu orang yang sakit untuk mendapatkan perawatan, untuk saat ini yang bisa gue lakukan hanyalah berdoa.

Setelah bertemu dengan dokter, gue menelpon kak Kevin.

"Ha-" Belum selesai, omongan gue udah dipotong.

"Halo Nat. Baru aja kakak mau nelpon kamu. Kakak mau minta tolong kamu untuk liat keadaan Endi di apartemen kakak sekarang."

" Eh? Kenapa gak kakak, itu kan apartement kakak?" Ucap gue heran.

"Kakak lagi di jalan mau ketemu pacarnya Endi, sayang. Kamu tau kan pacar kak Endi ribetnya minta ampun dan jarak rumahnya jauh banget, pasti lama. Jadi kakak minta kamu buat ke apartemen sekarang."

"Kak Endi kan punya mobil atau bisa naik taksi sendiri, kenapa harus aku yang kesana?"

"Dia lagi gak dalam keadaan sadar."

"Maksud kakak?" Tanya gue dengan seriburasa penasaran.

"Dia lagi ada masalah sama pacarnya dan tadi datang ke apartement dalam keadaan mabuk. Kamu ke apartemen kakak jangan sendiri, sama Vino."

Sambungan telepon terputus tiba – tiba.

Gue jadi bingung harus gimana, Vino lagi ada urusan. Masa gue kesana sendiri? Ya gapapa sih, cuma kan gue juga jadi ngeri kalo harus liat keadaan cowok yang lagi mabuk. Gue masih terdiam dengan sejuta pemikiran. Gue yakin gak akan terjadi apa – apa karena gue cuma bantuin temen kakak gue, tapi di sisi lain gue juga khawatir karena gue gak pernah liat orang mabuk secara langsung depan mata.

Gue nonton di youtube aja kaya ngeri gitu efeknya, kalo gue liat langsung depan mata kaya gimana ya.

Setelah berpikir lama, kak Kevin juga telpon gue terus, gue akhirnya memutuskan untuk ke apartemen kak Kevin, sendiri.

Hhmmm.... ya sendiri.

-TO BE CONTINUED-

Halo semua ~

Jangan lupa vote dan komentarnya.
Terimakasih :)

Don't GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang