5

62 7 0
                                    

Dalam kemanisan persahabatan terdengar tawa dan berbagi kesenangan. Karena dalam embun hal-hal kecil, jantung menemukan pagi dan segar.

***

Pagi ini gue bangun dengan rasa syukur karena pagi ini orang yang pertama gue liat bukan tante Dilla alias mamah tiri gue. Dan bukan seperti pagi biasanya, pagi ini gue awali dengan senyum semangat karena akan sarapan bareng kak Kevin. Setelah sekian lama akhirnya gue ngerasain juga yang namanya sarapan di rumah.

Semenjak papah nikah lagi, gue selalu melewatkan sarapan. Gue enggan untuk makan satu meja sama tante Dilla. Walaupun ga suka sarapan, gue ga pingsan atau sakit di sekolah karena gue udah terbiasa.

Setelah mandi dan siap – siap, gue langsung keluar dari kamar. Bibir gue membentuk senyum melihat kak Kevin lagi menyiapkan sarapan.

"Pagi kakak gue yang ganteng. Masak apa kak?" Ucap gue sambil berjalan mendekat ke kak Kevin yang lagi di dapur.

"Pagi adik jelek. Cuma telur dadar seperti biasa. Lo taulah gue cuma bisa masak telur sama mie."

Gue tersenyum.

"Makasih bang-ke. Oops, bang Kev." Ucap gue bercanda lalu duduk di meja makan.

"Pagi ini gue yang anter lo kesekolah kan? Makannya cepetan." Ucap kak Kevin dengan membawa dua piring telur dadar.

Gue cuma tersenyum dan langsung menyantap telur bikinan kakak gue.

***

"Gilaaa cerah banget tu muka." Ucap Rey saat gue baru datang. Dan sekarang gue jalan di koridor sekolah bareng Rey.

"Gue lagi bahagia. Pagi ini cerah, aman dan tenang." Ucap gue. Rey mengangguk mengerti maksud gue.

"Kalau lo kaya gini pastinya semalam lo gak pulang kerumah melainkan lo pulang ke apartemen kakak lo."

"Yap." Ucap gue singkat. Dan akhirnya gue sampai di kelas.
"Gue duluan ya Rey."

"Wah pagi – pagi senyumnya cerah banget, mba. Dateng bareng Rey kira – kira ada apa ya." Celetuk Fasya saat gue baru aja duduk di bangku. Gue langsung jitak kepalanya.

"Apa – apaan sih main jitak pala gue." Ucap Fasya sambil meringis kesakitan.

"Gausah mikir yang enggak - enggak deh. Semalem gue pulang ke apartemen kak Kev makanya hari ini gue cerah banget." Jelas gue sambil ngelus kepalanya Fasya yang gue jitak tadi.

"Ya mungkin aja lo ada niatan nikung gue." Ucap Fasya.

"Rey buat lo aja." Ucap gue. Fyi, Fasya memang suka sama Rey.

"Pagi Natasha." Ucap Vino yang baru aja dateng dengan senyuman bodohnya. Gue ga bales sapaannya, gue cuma memutar bola mata dengan malas.

"Khhmm." Fasya berdeham. "Lo waktu itu pergi setelah pelukan sama dia, ada apa?" Tanya Fasya.

"Waktu itu kapan?"

"Waktu teman sebangku lo ini jadi murid pindahan terus lo pelukan sama dia di taman belakang terus lo malah pergi dan ga balik – balik hari itu." Ucap Fasya.

"Oh itu... waktu itu gue gak enak badan makanya gue pergi. Lo tau kan kebiasaan gue kalau minta jemput kak Kev pasti di cafe." Jelas gue bohong.

"Lo bohong. Waktu gue telepon, kak Kevin bilang lo lagi gak sama dia."

"Natasha waktu itu gue bawa pulang." Celetuk Vino.

"Lo gak apa – apain sahabat gue ini kan?" Tanya Fasya dengan nada curiga.

Vino langsung rangkul gue.

"Sahabat lo ini akan aman sama gue, dia cewek gue." Ucap Vino dengan percaya diri. Seketika gue langsung mengingkirkan tangannya dari bahu gue.

"Dia bukan pacar gue." Ucap gue. Fasya mandang gue dengan tatapan –ga percaya-

"Terselah lo mau percaya atau enggak, Vino bukan pacar gue." Ucap gue. Fasya masih dengan tatapannya dan Vino seakan tak peduli.

Dan akhirnya bel pelajaran pertama berbunyi.

***

Saat ini gue, Fasya dan Rey lagi duduk kumpul di kelas gue sama Fasya. Sedangkan Vino katanya ada urusan jadi dia pulang duluan.

Rey dan Fasya natap gue dengan penuh tanda tanya. "Jadi, lo beneran pacarnya anak baru itu?" Tanya Rey atas penjelasan Fasya tentang gue sama Vino.

"Ga tau." Ucap gue singkat. Sebenarnya memang gue gak tau. Hubungan gue sama Vino sama sekali gak jelas.

"Kok gak tau, kan lo yang jalanin." Ucap Fasya.

"Gue sendiri juga bingung. Dan sekarang gue lebih bingung harus gimana jelasin ke kalian."

"Jelaskan." Ucap Fasya.

Dan akhirnya gue jelasin kejadian 3 tahun yang lalu.

"Wah brengsek. Eh btw dia itu cowok yang lo tabrak waktu itu." Ucap Fasya.

"Cowok yang lo bilang perhatiin Natasha waktu di kantin itu?" Tanya Rey.

"Iya. Lo gak tau kalau Vino itu cowok yang liatin dia di kantin?" Tanya Fasya balik.

"Gue gak tau."

"Kudet lu."

"Stttt... berisik lo pada." Ucap gue geram. Ini masalah gue atau masalah mereka sih, ribet banget.

"Istirahat gak mau ke kantin? Gue laper." Ucap Fasya.

"Gue udah makan tadi pagi, lo ke kantin bareng Rey aja." Ucap gue. Sebenarnya bukan karena gue udah makan pagi, tapi kali ini gue biarin mereka berdua aja.

"Lo yakin gak mau makan siang? Kalau lo sakit nanti gue yang kena marah kak Kevin." Protes Fasya.

"Gue gak akan sakit. Udah sana kalian berdua aja hush hush"

"Yaudah gue sama Fasya ke kantin. Awas lo kalau sakit, gue juga pasti kena marah kak Kevin." Ucap Rey.

"Gak akan." Ucap gue lalu mereka berdua pergi ke kantin. Perlahan senyum gue mengembang. Setidaknya gue juga ikut berusaha bikin mereka bisa pdkt.

TO BE CONTINUED

Halo semua ~

Jangan lupa vote dan komentarnya~
Terimakasih :)


Don't GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang