9

61 5 0
                                    


Sekarang gue lagi jalan menuju kantin dimana Vino lagi duduk manis di salah satu bangku yang ada di kantin. Disana dia gak sendiri, ada dua temannya yang gak gue tau namanya.

"Vin, ada cewek lo."

Bisa gue liat Vino beralih natap gue dengan senyuman yang mengembang indah di wajahnya. Akhirnya gue tiba di hadapannya.

"Ada apa sayang? Kangen sama gue?" Ucap Vino dengan percaya dirinya, jijik.

"Natasha mau ngomong sama ayang Vino nih?" Goda teman Vino yang satunya. Vino memutar bola matanya dengan malas. Ya gue tau dia lagi kesal.

"Pergi lo pada!" Usir Vino.

"Gak baik loh berduaan, jadi kita berdua nemenin lo Vin."

"Perg." Perintah Vino lebih memaksa. Tukang paksa.

"Santai bro. Eh Nat, gue sama Dodi orangnya baik jadi kita kasih kalian waktu berdua." Ucap salah satu teman Vino dengan mengedipkan satu matanya ke arah gue. Dan akhirnya teman - teman Vino pergi.

"Mereka siapa sih?" Tanya gue sambil menarik kursi di sebelah Vino untuk duduk.

"Temen gue." Jawab Vino singkat. Ekspresi dia tiba - tiba berubah.

"Ya gue tau mereka temen lo. Maksud gue namanya siapa karena gue sendiri baru liat mereka." Jelas gue.

"Gak perlu basa - basi, Nat. Ngapain lo kesini?"

"Kok lo nyolot sih, gue kan cuma pengen tau aja, Vin." Ucap gue.

"Lo mau ngomong apa?" Tanya Vino lagi - lagi gak pedulikan ucapan gue.

"Gue mau kita bikin kesepakatan." Ucap gue akhirnya to the point. Vino mengangkat alisnya dan menatap gue heran.

"Maksud lo?"

"Ucapan lo tentang orang tua kita yang gak akan membatalkan rencana konyol mereka bikin gue berpikir itu memang benar. Gue udah berpikir semalaman, karena kita akan tetap bertunangan jadi lebih baik kita bikin kesepakatan." Jelas gue.

"Bisa lebih jelas?"

Gue diem sebentar, ada rasa ragu yang terselip saat gue mau melanjutkan ucapan gue. Gue gak tau penyebabnya. Pokoknya gue jadi degdeg-an gak jelas.

"Hm, ya karena gue akan tunangan sama lo tanpa ada rasa cinta, jadi gue membuat kesepakatan seperti jangan saling ikut campur kehidupan pribadi atau yang lainnya. Kita bisa berdiskusi tentang kesepakatannya, gimana?" Akhirnya gue mampu juga ngomongnya.

"Lo ragu sama gue? Natasha Varayn, lo tau gue gak akan main – main walaupun ini rencana yang bukan gue yang buat." Ucap Vino. Gue bisa liat dia serius dengan ucapannya.

Gue semakin gugup.

"Y-ya gue tau lo gak akan main – main, gue cuma-"

"Lo tau kan? Yaudah gak perlu berpikir bikin kesepakatan gak jelas. Sekarang aja lo statusnya sebagai pacar gue, buat apa bikin kesepakatan Nat." Ucap Vino memotong ucapan gue. Gue jadi takut buat lanjutin kesepakatan yang gue mau.

"Ya gue kan cuma ngomong."

"Lo ngomong itu artinya lo emang niat, Nat. Kalau lo kaya gini karena masih sakit hati gara – gara kesalahan gue 3 tahun yang lalu, gue minta maaf." Ucap Vino.

"Bukan gitu maksud gue. Maksud gu-"

"Gue minta lo stop kekanak - kanakan kaya gini, Nat. Gue tau lo masih sayang sama gue jadi stop bertingkah seakan – akan cuma gue yang sayang sama lo. Lo mungkin berpikir lo yang gue sakiti, tapi sekali aja lo pernah gak mikirin gue juga? Lo perlu tau kalau lo itu egois." Ucap Vino. Gue gak tau kenapa dia bisa kaya gini, padahal tadi pagi dia baik – baik aja.

Saat Vino beranjak dari kursi, gue kembali bicara.
"Menurut lo, gue egois? Gitu? Terus apa bedanya sama lo 3 tahun lalu dan sekarang? Lo pikir lo ngomong gitu lo gak egois? Lo perlu ngaca, Vin." Ucap gue. Karena gue udah kesel banget, gue langsung pergi ninggalin Vino yang masih membeku gara – gara ucapan gue.

"Woy." Ucap Rey tiba – tiba datang sambil nepuk bahu gue kenceng banget.

"Apaan sih Rey, sakit tau." Gerutu gue.

"Lebay amat. Kenapa tu muka asem banget?"

"Gue lagi badmood, jangan ganggu. Bye." Ucap gue lalu berjalan cepat untuk pergi ke kelas.

Gue pikir dengan gue memutuskan untuk diam di kelas gue akan bisa menenangkan diri, namun ternyata dugaan gue salah. Di kelas, gue malah lebih terganggu dengan omongan Fasya yang gak jelas. Ngasih tau gue tentang cinta lah, bahagia lah, sampai galau. Gue gak emosi, cuma gue rasa gue butuh sendiri.

"Sya, otak gue udah bener – bener penuh. Kalau lo mau lanjutin cerita, sama Rey aja ya. Gue mohon." Ucap gue memelas.

"Iya deh iya. Yaudah gue ke kelas Rey dulu ya. Bye Natasha, jangan kangen sama gue ya." Ucap Fasya lalu berlari keluar kelas. Sahabat gue lucu banget deh.

Gak lama setelah Fasya keluar kelas, Vino masuk kelas dengan tampang sok- coolnya. Gue bisa liat adik – adik kelas yang baper cuma gara – gara liat Vino jalan. Dasar sok tebar pesona.

Vino jalan mendekat, dia bikin hati gue gak tenang. Dan seketika gue ingat, Vino itu teman sebangku gue jadi wajar dia jalan ke arah gue.

Bel masukpun berbunyi, guru juga udah masuk kelas. Di tengah pelajaran gue ngerasa HP gue juga bergetar. Dengan ragu gue cek HP gue.

My prince
Pulang sekolah tunggu gue, jangan pulang sendiri.

-TO BE CONTINUED-

Halo semua ~

Jangan lupa vote dan komentarnya.
Terimakasih :)

Don't GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang