"Eh ada om." Ucap Vino.
"Kalian ngapain?"
"Nat hampir jatuh ke lantai, Vino dorong Nat ke kasur biar gak jatuh. Iya kan Vin?" Ucap gue sambil kode - kode Vino bilang jawaban dia sejalan sama jawaban gue ini.
"Natasha bohong om. Yang bener itu waktu Vino ngajak dia untuk sarapan dia malah minta Vino buat peluk dia. Sebagai calon yang baik ya Vino turutin om." Ucap Vino yang sebenarnya sama aja berbohong. Dasar gila.
"Bohong! Papah jangan percaya sama makhluk gak jelas ini, gak masuk akal banget." Ucap gue berusaha meyakinkan Papah untuk percaya sama gue. Ya gila aja kalau Papah sampai percaya sama apa yang Vino bilang. Mati gue.
"Apaan sih kok aku yang salah, ngaku aja sayang kamu kan tadi minta aku peluk waktu aku bangunin kamu." Ucap Vino sambil tersenyum jail.
"Apa - apaan sih lo, gak usah so manis deh. Sejak kapan lo pake aku-kamu, jijik tau gak. Tadi aja masih pake lo-gue, gak usah so manis depan Papah deh. Cara lo basi."
"Kok kamu gak mau ngaku depan Papah kamu sih sayang, ngaku dong." Ucap Vino yang membuat gue jijik untuk kesekian kalinya.
"Sayang sayang palalu peyang."
"Kkhmm." Papah berdeham sukses bikin gue takut.
"Kayaknya Papah harusnya nikahin kalian juga." Ucap Papah gue.
"Jangan Pah, masalah nikah nanti aja okay." Ucap gue.
"Lebih cepat lebih baik om, anak om udah berani minta peluk di kasur sama Vino. Lama - lama makin parah gimana om"
Gue langsung jitak kepalanya.
"Lo ngomong dijaga dong, sejak kapan gue mau dipegang sama lo? Lo megang gue dikit aja gue udah jijik. Gak usah bikin cerita busuk, basi." Ucap gue dengan penuh emosi. Gila aja gimana kalau Papah beneran percaya, bisa - bisa beneran dinikahin."Kelakuan kamu dijaga dong Natasha, Papah gak pernah ajarin kamu buat kasar kayak gini. Minta maaf sekarang." Ucap Papah dengan tegas.
"Pah dia tuh yang kurang ajar, bohongnya keterlaluan Pah." Gue mengeluarkan pembelaan. Gue gak terima disalahin okay, ini bukan salah gue.
"Cepat minta maaf! Lagi pula kalau benar juga gak apa - apa." Ucap Papah lalu pergi.
"PAPAH!!!!" Teriak gue.
***
Setelah debat panjang antara gue dan Vino, akhirnya gue yang ngalah. Dan sekarang gue lagi diemin dia, pusing lama - lama ngomong sama dia. Bikin gue stress.
"Nat."
"Apaan?" Tanya gue.
"Jalan yu."
"Kemana?"
"Lo maunya kemana? Gue ikut aja." Ucap Vino. Aneh dia yang ngajak gue dia yang nyuruh gue milih tempat.
"Kalau gitu ada 1 tempat yang gue pengen datengin." Ucap gue.
"Apa? Dimana?" Tanya Vino penasaran.
"Kamar gue." Ucap gue dengan penekanan. Males banget gua jalan sama dia, ya lebih baik gue diem dikamar dari mada harus jalan sama dia.
Gue jalan ke kamar dan di belakang dia ngikutin gue.
"Nat lo mau ngapain di kamar? Jangan jangan."
"Apaan sih. Gak usah mikir yang enggak - enggak, gue sibuk." Ucap gue.
Gue gak bohong kok, gue emang lagi sibuk. Lebih tepatnya gue lagi asik chatting sama Rafi, mantan senior gue. Gue deket banget sama dia karena dia enak diajak bicara. Tiba - tiba kak Rafi VidCall gue. Ya tentu gue terima dong.
"Kak Rafi!!!!" Ucap gue dengan antusias. Gue liat Vino natap gue dengan tatapan yang tajam.
"Natasha!!!" Ucap Kak Rafi meniru gaya gue.
Gue gak pake earphone, jadi suara kak Rafi pasti terdengar oleh Vino. Gue sengaja, gue pengen liat reaksi dia.
"Kak lagi apa? Lagi dimana? Kok kayak rame gitu." Ucap gue.
"Lagi vidcall sama kamu, lagi di cafe."
"Wah enak tuh. Sama siapa?" Tanya gue antusias.
"Sendiri. Kenapa? Mau kesini?"
"Boleh? Asik."
"Boleh, mau kk jemput?"
"Ma-" Belum selesai gue jawab, Vino udah ambil handphone gue.
"Halo Rafi. Kenalin gue TUNANGANnya Natasha. Gak perlu jemput, Natasha gak jadi ke sana. Bye." Setelah itu Handphone gue hancur tak berbentuk.
TO BE CONTINUED
Halo semua ~ Gue kembali yeeaayyy~~~~~ Pada kangen gak ni? Kangen dong ya~
Jangan lupa vote dan komentarnya.
Terimakasih :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Go
Fiksi Remaja[UPDATE SETIAP HARI] Natasha Varayn, perempuan yang dikenal selalu berbicara ketus tanpa mempedulikan orang lain. Selalu bersikap tak peduli pada apapun dan siapapun. Ia seperti itu semenjak keluarganya yang tak harmonis lagi dan menyebabkan...