Bagian 16

3.3K 192 4
                                    

Matahari terbenan sore itu terlihat indah meski hanya dinikmati sembari berkunjung dimakam seseorang. Angin yg berhembus tenang, menarikan beberapa helaian rambut pria itu."aku berkunjung lagi, ibu."ucap pria itu duduk disamping nisan berukiran nama Hatake Izumi.

Pria yg juga memiliki marga yg sama dg orang yg sudah lama bersemayam itu meletakkan sebuket lily putih diatas makam nya. Disamping nya juga terdapat makam dg marga yg sama, Hatake Sakumo. Tapi Kakashi tidak memperdulikan makam itu. Sakit hati nya masih mendarah daging hingga sekarang.

Setelah mengucapkan doa, Kakashi segera pergi dari pemakaman. Kini dia bingung harus kemana. Pulang ke rumah Aoba atau ke rumah Sakura. Lama dia berfikir, akhirnya dia mengambil keputusan.

# # #

Diraihnya bingkai foto keluarga yg ada dimeja samping tempat tidur nya. Foto itu diambil saat ulang tahun nya yg ke 12 sebelum dia lulus akademi. Disana terdapat Jiraiya yg duduk dikursi kebesaran nya dg wajah yg di buat seangkuh mungkin. Disamping kanan nya berdiri Haruno Kizazi dan Mebuki. Lalu dibarisan kiri ada Kakashi yg berdiri dg gagahnya meski menggunakan masker dan sebelah mata yg tertutup. Tak lupa juga diri nya yg berdiri disamping Kakashi sambil menggandeng lengan pria itu.

Senyum kebahagiaan begitu jelas terlihat diwajah masa kecil nya. Tidak terasa waktu berjalan dg sangat cepat. Padahal, dia rasa baru kemarin merayakan ulang tahun seperti difoto itu. Tapi ketiga orang tua itu sudah tiada. Tuhan tampak nya lebih menyayangi mereka dibanding gadis ini. Sekarang tinggal mereka berdua. Kakashi dan Sakura. Mengingat kejadian tempo hari, membuat air mata nya kembali menetes. Pandangannya berpaling pada jari manis kiri nya, benda itu sudah tidak ada lagi disana. Sakura yakin, cincin itu sekarang sudah berada pada tempat yg seharusnya. Wanita itu.

"Aku merindukan mu, Kakashi. Kapan kau pulang?"gumam Sakura sambil memeluk bingkai foto itu.

# # #

"Mau sampai kapan kau berada disini?"tanya Aoba yg melihat Kakashi sedang memejamkan mata nya disofa. Tidak ada reaksi dari pria silver yg sedang tidur. Hujan dimalam seperti ini sangat mendukung untuk tidur. Tapi Aoba tidak kehabisan akal."jangan berteriak jika mobil kesayangan mu lecet."ucap Aoba berjalan menghampiri pintu, sesekali dia melirik kearah Kakashi. Belum ada respon. Saat sampai dipintu, "mati kau, Aoba."Kakashi sudah duduk manis bersandar.

"Akhirnya kau bangun juga."Aoba menghampiri Kakashi lalu duduk disamping nya."Apa mau mu?"tanya Kakashi dg malas."kapan kau pergi dari rumah ini?"tanya Aoba dg santai. "kau mengusir ku lagi?kau tak perlu menggaji ku. Anggap saja untuk membayar sewa rumah."ucap Kakashi.

"Bukan begitu. Aku menyuruh mu untuk menemui Sakura. Selesai kan masalah kalian. Telinga mu tidak tuli kan? Atau jangan-jangan ada oli yg masuk ke telinga mu."

"Aku belum siap bertemu dg dia."

"Perusahaan itu akan hancur jika kau tidak secepatnya kembali. Aku tidak yakin gadis seusia dia bisa menangani perusahaan. Dia bukan kau, Kakashi."

"Akan aku pikirkan lagi."

"Terserah kau saja. Tapi jangan menyesal. Barusan aku melihat kawasaki ninja H2R berhenti didepan bengkel. Aku memang hanya melihat nya lewat jendela. Tapi aku sangat yakin itu motor mu."

"Dan kau ingin mengatakan bahwa Sakura sedang kehujanan? Ayolah, kawan. Sakura tidak bisa memakai motor. Sejak SMA dia membawa mobil."

Karma Masih Berlaku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang