"Kak!" Ujar Sinka.
"Sinka, udah selesai kelasnya?" Tanya Naomi.
"Iya. Hari ini kelasnya selesai agak cepat." Jawab Sinka.
"Gitu. Tapi, kamu tungguin kakak dulu ya. Kakak mau ada yang diurus di kantor dosen." Ucap Naomi.Sinka hanya mengangguk tersenyum.
Sambil menunggu kakaknya, Sinka pun melihat-lihat mading sekitar kantor dosen. Mata Sinka terpaku pada sebuah pengumuman yang membuatnya tertarik. Yaitu, lomba pidato Bahasa Jepang yang akan diselenggarakan dua hari lagi.
"Sinka, kamu lihat apa?" Tanya Naomi yang mengagetkan Sinka.
"Eh kakak, ini aku lagi liat pengumuman tentang pidato Bahasa Jepang." Jawab Sinka.
"Kamu tertarik? Kalok kamu tertarik, biar kakak daftarin kamu." Ucap Naomi.
"Beneran kak? Wah, aku sangat senang!" Ujar Sinka memeluk Naomi.
"Udah akh! Yuk pulang. Nanti terlalu malam." Ajak Naomi tersenyum.***
Rumah Andre.
Terlihat Andre sedang duduk di pekarangan rumahnya sambil melihat selembar foto di tangannya.
'Ma, mama disana apa kabar? Andre kangen sama Mama. Aku harap Mama bahagia disana ya.' Batin Andre.
"Dre, kakak mau keluar sama temen kakak. Kamu jaga rumah ya." Pesan Anin, kakak dari Andre.
"Ke tempat biasa ya kak?" Ledek Andre.
"Enak aja! Kakak mau ngerjain tugas sama temen-temen kakak." Balas Anin.
"Hahaha! Yauda, hati-hati ya kak." Ucap Andre.Setelah memakai sepatunya, Anin pun berangkat dengan terburu-buru.
Andre hanya tersenyum melihat tingkah kakaknya itu. Setelah menghela nafas sejenak, setelah itu dia beranjak masuk ke rumahnya untuk mempersiapkan pesta yang akan diselenggarakan besok.
***
Kediaman Prasetya.
"Sampai juga di rumah." Ucap Sinka.
"Mandi dulu gih." Perintah Naomi.
"Bentar lagi kak. Masih mager." Jawab Sinka.
"Dasar kamu. Yaudah, kakak ke dapur dulu ya. Mau masak." Ucap Naomi.Naomi pun mempersiapkan segalanya buat mulai memasak.
'Ting Tong!' Bel pintu rumah mereka berbunyi.
"Sinka, tolongin kakak bukain pintu dong." Sahut Naomi dari dapur.
"Duh, siapa sih?! Ganggu istirahat orang aja." Gerutu Sinka.Pintu dibuka dan...
"Ngapain lo kemari?!" Tanya Sinka ketus.
"Gue kemari cuma berkunjung kok. Dan gue gak bakal lama." Jawab Andre.
"Kehadiran lo gak diterima disini! Pulang gak lo?!" Bentak Sinka.
"Sinka, siapa yang ada di depan pintu?" Tanya Naomi.
"Bukan siapa-siapa kok kak. Hanya pengemis yang sering datang kemari minta uang." Jawab Sinka.
"Pengemis?! Wow! Gue gak nyangka ya cewek secakep lo mulutnya itu sangat busuk." Ucap Andre.
"Emang lo itu pengemis kan?! Lonya aja yang gak nyadar!" Bentak Sinka.
"Ckckck! Tidak baik cewek secakep lo ngomong begitu." Rayu Andre.
"Pergi gak lo! Muak gue liat muka lo lama-lama!" Usir Sinka.
"Ok, ok, just chill. Gue akan pergi, tapi jangan lupa dengan undangan gue ya." Ucap Andre beranjak pergi.Sinka menutup pintu tanpa melihat Andre pergi.
"Siapa tuh Sin?" Tanya Naomi.
"Andre." Jawab Sinka singkat.
"Andre?! Mau ngapain dia kemari?!" Ucap Naomi.
"Tau. Katanya dia ngundang gue ke acaranya." Jawab Sinka.
"Dia juga ngundang kakak. Tapi kakak belum tau mau pergi atau tidak." Timpal Naomi.
"Berarti dia mengundang kita berdua? Akal bulus apa lagi yang mau dia lakukan kepada kita?" Ucap Sinka.
"Kita harus berhati-hati sama dia. Dia itu mencurigakan." Timpal Naomi.
"Yauda nih makan dulu. Kakak udah siap masak." Lanjut Naomi.Kedua kakak beradik ini pun duduk dan menikmati makanan mereka.
***
Sementara itu
Terlihat Andre sedang menikmati secangkir kopi di sebuah kafe. Andre terlihat sedang menunggu seseorang di kafe tersebut.
"Maaf membuatmu menunggu." Ujar suara tersebut.
"Tidak apa-apa. Aku juga baru sampai." Balas Andre.
"Jadi, apa rencana kita?" Tanya suara tersebut.
"Kalok untuk itu, sepertinya tidak perlu lagi. Karena setelah kupikir, lebih baik kubatalkan aja rencanaku itu." Jawab Andre.
"Itu terserah padamu. Tapi, aku akan tetap menjalani rencana ini tanpamu." Ucap suara tersebut.Andre hanya tertunduk diam sementara sosok tersebut telah pergi menghilang dari hadapan Andre.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, My Sister
FanfictionNaomi dan Sinka bertengkar gara-gara satu hal dan mereka saling tidak berbicara selama sebulan penuh. Hingga akhirnya kejadian tragis menimpa Sinka.