Episode 06

381 21 0
                                    

Kediaman Kinal.
Pukul 19.25

"Anin nyelakain adik gue." Kata-kata dari Naomi tersebut masih terngiang di telinga Kinal.

Kinal menghela nafasnya sejenak dan mulai mengambil ponselnya. Jarinya menekan satu nama kontak yang ada di ponselnya.

'TUT, TUT, TUT'

"Kenapa gak diangkat sih!" Gerutu Kinal.
"Kenapa kak?" Tanya Lintang sang adik perempuan.
"Eh, kamu Lintang." Ucap Kinal basa basi.
"Kok kakak keliatan penat gitu. Ada apa kak? Cerita sama aku." Balas Lintang.
"Kakak gak kenapa-kenapa kok. Cuma agak lelah aja seharian ini." Jawab Kinal.
"Oh! Yauda, kalok gitu aku ke kamar dulu ya kak. Mau ngerjain tugas sekolah aku." Pamit Lintang.
"Belajar yang rajin ya, adikku!" Ucap Kinal tersenyum.

Akibat percakapan dengan adiknya tersebut, Kinal dapat melupakan masalahnya sejenak.

"Huft! Mending gue menyibukkan diri gue aja deh! Lagian tugas akhir juga udah menanti." Batinnya.

Kinal pun beranjak ke kamarnya.

***

Rumah sakit.

Terlihat Sinka masih terbaring lemah di ranjang sementara Naomi berada di sampingnya sambil menyibukkan diri dengan menyiapkan bahan ajar.

Sesekali Naomi terlihat tersenyum memandang Sinka yang terbaring lemah. Dan kadang Naomi juga terlihat menangis.

"Sinka, cepet sembuh ya. Kakak gak tega ngeliat kamu seperti ini terus." Hanya itu yang bisa diucapkan oleh Naomi saat ini.

***

Keesokan harinya...

Kampus Y

Terlihat Anin sedang berkumpul bersama teman-temannya di kafe kampus.

"Eh! Kalian tau gak kalok gue udah berhasil membuat salah satu putri dari keluarga Prasetya masuk rumah sakit." Ucap Anin.
"Serius lo, Nin?"
"Kalok emang bener, ngeri banget!"
"Iya! Gue serius dan tidak lagi becanda. Gue berhasil membalaskan dendam keluarga gue dan juga sahabat gue kepada keluarga Prasetya." Jawab Anin.
"Wah! Trus, trus, sekarang kondisi salah satu putri keluarga Prasetya sekarang gimana?"
"Yah, paling koma di rumah sakit." Jawab Anin tersenyum sinis.

Saat sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya, terlihat Kinal berjalan memasuki kampus Y dan menghampiri Anin.

"Nin, ikut gue bentar! Ada sesuatu yang mau gue omongin." Ucap Kinal.
"Lho Nal, kenapa bisa sampai kesasar kemari lo?" Tanya Anin.
"Udah lo ikut gue dulu." Timpal Kinal menarik tangan Anin.
"Apaan sih!" Ucap Anin risih.

***

Halaman kampus.

"Ngapain lo bawa gue kemari?" Tanya Anin.

PLAK!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Anin.

"Maksud lo apaan nampar gue?!" Tanya Anin kesal.
"Denger ya, gue cuma nyuruh lo buat jauhin Andre dari kedua kakak beradik itu! Bukan malah menyelakakan mereka!" Bentak Kinal.
"Oh! Gue mengerti sekarang. Lo suka kan sama adik gue?!" Tanya Anin.

DEG!

Pertanyaa Anin membuat Kinal tidak bisa berkata apa-apa.

"Tuh, lo terdiam. Berarti gue bener." Ucap Anin.
"Ta... Tapi, lo gak boleh ngambil keputusan buat nyelakain mereka juga dong!" Bentak Kinal.
"Kinal, lo sahabat gue kan? Kalok lo sahabat gue, harusnya lo ngerti perasaan gue gimana saat orangtua gue meninggal tapi mereka malah senang-senang!" Balas Anin.
"Tapi tidak sampai nyelakain mereka! Denger ya Nin, biarpun lo itu sahabat gue, tapi gue gak setuju dengan cara lo bertindak! Biarpun mereka mau sejahat apapun, toh mereka juga udah minta maaf sama keluarga besar lo." Kinal berusaha menasehati.
"Lo berubah, Nal! Kinal yang dulu gue kenal, gak sama dengan Kinal yang gue kenal sekarang!" Ucap Anin.

I Love You, My SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang