"Nih, minum dulu. Tenangkan diri kamu ya." Ucap Sinka menyerahkan segelas air putih kepada Zara.
Zara dengan segera meminum air pemberian Sinka hingga tegukan terakhir.
"Sekarang ceritain ke aku, sebenarnya apa yang terjadi. Kenapa kamu bisa ada dilemari dengan mulut tertutup dan tangan yang terikat?" Tanya Sinka.
"Jadi gini. Setelah kamu pergi tidak lama, Andre datang ke rumahku membawa 2 orang laki-laki berbadan besar. Dia datang kemari mencariku dan mengajakku bernegosiasi. Tapi aku menolak dan akhirnya rumahku diberantakin oleh dua orang yang dibawanya." Jawab Zara lirih.
"Terus, Papa sama Mama kamu mana?" Tanya Sinka lagi.
"Mereka disekap dikamarnya dan dikunci." Jawab Zara.
"Keterlaluan si Andre! Tidak puas-puasnya dia berbuat onar!" Geram Sinka.
"Apa yang akan kamu lakukan terhadapnya, Sin?" Tanya Zara.
"Kamu tenang saja, Zar. Aku bakal habisin Andre." Jawab Sinka.***
Setelah beberes, Naomi balik ke kamarnya dan membaringkan diri dengan mendengarkan musik favoritnya.
Teringat lagi kenangan saat bagaimana dia dan Sinka sangat akrab sekali. Diapun meneteskan air matanya kembali.
"Naomi, kamu sudah tidur, nak?" Sahut ibunya dari luar kamar.
"Belum, Ma. Naomi masih belum tidur kok." Jawab Naomi menghapus air matanya.Sang ibu pun membuka pintu kamar Naomi.
"Minum susu dulu, nak." Ucap ibu Naomi.
Naomi pun mengambil segelas susu dari tangan sang ibu dan meminumnya.
Sang ibu pun duduk di samping Naomi dan menghela napasnya.
"Mama tahu, kamu kangen kan sama Sinka?" Tanya ibu Naomi.
"Mau gimana lagi, Ma. Tugas kuliah Sinka tergolong banyak dan memang harus memakan waktu lama untuk mengerjakannya." Jawab Naomi.
"Kalian... Sedang tidak bertengkar kan?" Tanya ibu Naomi tiba-tiba.
"Eh? E..enggaklah, Ma. Kita rukun-rukun aja kok." Jawab Naomi berbohong.
"Baguslah. Karena jika kalian bertengkar, Papa kalian pasti sedih melihatnya dari atas sana." Timpal ibu Naomi lirih.
"Mama yang tabah ya. Kita semua kangen kok sama Papa." Hibur Naomi.
"Papamu pergi terlalu cepat. Mama juga belum sempat mengucapkan selamat tinggal." Lanjut ibu Naomi.
"Besok kita ke makam Papa ya, Ma. Kita mengunjungi Papa di rumah barunya. Udah lama juga kan kita gak ke rumah barunya Papa." Ucap Naomi.Sang ibu hanya bisa menganggukkan kepalanya.
Setelah berbincang cukup lama, sang ibu pun kembali ke kamarnya dan beristirahat. Begitu juga Naomi.
***
Keesokan harinya...
Naomi dan sang ibu datang berkunjung ke makam sang ayah.
"Sayang, hari ini Naomi dan aku datang berkunjung ke rumah barumu. Kamu senang kan?" Ucap ibu Naomi lirih.
"Iya Pa. Udah lama gak dateng ke rumah barunya Papa. Papa gimana kondisinya? Bahagiakah disana?" Tambah Naomi.Naomi pun membersihkan makam sang ayah dan menaburkan bunga yang baru.
"Sayang, kamu harus tetap tersenyum ya melihat perkembangan anak-anakmu dari sana. Aku janji aku akan menjaga mereka dengan sepenuh hatiku. Seperti kamu menyayangi mereka dulu." Ucap ibu Naomi.
"Ya Pa. Papa baik-baik juga ya disana. Hari ini Sinka gak bisa dateng karena lagi ngerjain tugasnya di rumah temennya." Timpal Naomi.Setelah mendoakan sang suami dan Ayah, Naomi dan ibunya pun beranjak pulang.
***
Macetnya kota Jakarta, membuat Naomi dan sang ibu harus bersabar.
"Ma, Mama laper gak? Mau makan dulu?" Tanya Naomi memecah kesunyian.
"Emm boleh deh. Kita makan di kafe biasa aja ya. Tempat Mama kumpul sama temen-temen Mama." Jawab ibu Naomi.Naomi pun membelokkan mobilnya ke sebuah kafe yang tidak asing lagi baginya.
Setelah memarkirkan mobilnya, Naomi dan sang ibu pun keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam kafe.
"Naomi!" Sahut seseorang.
"Kinal!" Balas Naomi.
"Apa kabar?" Tanya Kinal.
"Aku baik. Wah, kebetulan sekali kita bertemu disini." Jawab Naomi.
"Kamu juga mau makan di kafe ini?" Tanya Kinal.
"Iya nih bareng Mama aku. Kamu juga? Bareng siapa?" Tanya Naomi.
"Ini aku bareng adik aku, Lintang." Jawab Kinal.
"Wah kalian berdua akrab ya." Ucap ibu Naomi.
"Akh tante bisa aja nih." Balas Kinal tersipu.Mereka pun mengobrol sejenak sebelum akhirnya masuk ke dalam kafe tersebut.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, My Sister
Fiksi PenggemarNaomi dan Sinka bertengkar gara-gara satu hal dan mereka saling tidak berbicara selama sebulan penuh. Hingga akhirnya kejadian tragis menimpa Sinka.