Episode 08

395 20 0
                                    

"Ini... Tidak mungkin!" Lirih Anin.
"Itu semuanya benar, Anin. Keluarga Naomi lah yang membantumu disaat kalian terpuruk." Timpal Kinal.

Naomi berjalan mendekati Anin.

"Jangan mendekat! Aku... Tidak ingin orang yang kubenci berpura-pura untuk menjadi sahabatku!" Bentak Anin.
"Waktu itu, kita sama-sama masih kecil. Dan saat itu, kamu sedang berada di kamarmu untuk menyendiri." Ucap Naomi.
"Tidak mungkin! Ini tidak mungkin! Mana mungkin keluargamu yang menolong keluargaku!" Ujar Anin.

Naomi pun kembali bercerita masa lalu mereka di saat keluarga Anin sedang terpuruk.

***

Flashback

Jakarta tahun 2006

Saat itu, Naomi berumur 10 tahun baru saja mendapatkan seorang adik perempuan. Naomi terlihat senang dengan kehadiran anggota baru dalam keluarganya.

Sementara itu, Anin yang saat itu juga berumur 10 tahun mendapatkan kabar buruk dari Ayahnya bahwa perusahaan tempat Ayahnya bekerja tersebut bangkrut. Anin dan Sang Ibupun terkejut mendengar kabar tersebut.

Bagaimana tidak? Karena di dalam keluarga mereka juga telah dikaruniani seorang bayi laki-laki.

"Maafkan Papa, nak, Ma. Papa sudah gagal dalam menghidup kalian." Lirih Ayah Anin.
"Tidak apa-apa, Pa. Mama mengerti kondisi perusahaan Papa yang mengalami kebangkrutan." Timpal Ibu Anin.

Anin yang terpukul pun berlari menuju ke arah kamarnya dan mengurung diri.

"Pak Hartanto!"
"Eh? Pak Yudi!"

***

Sebelumnya...

"Pa, nggak nyangka aku bisa dapet adik perempuan." Ucap Naomi girang.
"Kamu harus bisa akrab sama adikmu nanti ya kalok sudah besar." Balas sang Ayah.
"Kita ke rumah Anin yuk, Pa! Udah lama nggak main kesana." Ajak Naomi.

Sang Ayah langsung memenuhi keinginan anak paling besarnya ini.

***

"Apa?! Naomi sudah dapat adik baru?" Tanya Hartanto terkejut.
"Iya! Mamanya baru saja tadi melahirkan anak kedua kami." Jawab Yudi.
"Selamat kalok gitu, Pak Yudi." Ucap Hartanto tersenyum.
"Terima kasih, Pak Hartanto. Oh ya, ngomong-ngomong aku ada sesuatu yang mau dibicarakan dengan anda." Balas Yudi.

Hartanto melihat sejenak ke istrinya. Istrinya yang tahu pandangan tersebut pun beranjak ke belakang sambil menggendong anaknya yang masih kecil.

"Kamu juga ikut tante ke belakang ya, sayang. Papa mau bicara sesuatu sama Om." Ucap Yudi.
"Nggak mau! Aku mau disini sama Papa." Rengek Naomi.
"Ya sudah nggak apa-apa, Pak Yudi. Lagian Naomi masih kecil. Dia nggak akan tahu apa-apa tentang pembicaraan kita ini." Timpal Hartanto.
"Ok! Jadi begini, Pak Hartanto. Saya dengar, kantor tempat Pak Hartanto kerja mengalami kebangkrutan. Apakah itu benar?" Tanya Yudi.
"Itu benar. Dan sekarang saya sudah tidak ada penghasilan untuk menghidupi keluarga saya." Jawab Hartanto.

Yudi terdiam sejenak. Dia turut prihatin atas kondisi Hartanto yang sekarang.

"Jadi begini, maksud kedatangan saya kemari yang juga karena permintaan anak saya, bagaimana kalau Pak Hartanto kerja di perusahaan saya?" Tawar Yudi.

Hartanto terdiam. Dia tidak menyangka bahwa Yudi akan menawarinya pekerjaan di perusahaannya.

"Kebetulan salah satu karyawan saya kemarin mengundurkan diri. Jadi saya butuh seorang kepala gudang untuk mengawasi barang-barang yang masuk." Lanjut Yudi.
"Emm, soal itu..."
"Soal gaji, kamu nggak usah pikirin. Aku bakal kasih kamu gaji yang layak. Yang penting sekarang, kamu mendapatkan pekerjaan dulu." Timpal Yudi.

I Love You, My SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang