Episode 07

376 20 1
                                    

Rumah sakit...

Naomi terlihat menunggu hasil operasi dengan wajah yang pucat panik.

"Semoga saja adik gue nggak kenapa-kenapa." Batin Naomi.

"Kak, kakak tenang ya. Aku yakin operasi pasti berjalan dengan lancar." Hibur Zara.
"Terima kasih ya, dek Zara kamu udah mau ikut nemenin kakak di rumah sakit." Ucap Naomi lirih.

Zara hanya tersenyum. Sebenarnya, Zara juga tidak ingin melihat sahabat baiknya menderita dan masuk rumah sakit terlalu lama.

"Dek, kita sama-sama berdoa agar Sinka nggak kenapa-kenapa ya." Lanjut Naomi.

Zara hanya mengangguk.

Tidak lama kemudian...

"Saya mencari keluarga saudari Sinka!" Ujar sang dokter.
"Saya, dok! Saya kakaknya" Ucap Naomi.
"Adik anda sedang dalam kondisi yang begitu parah dan..." Dokter tidak melanjutkan perkataannya.
"Dan apa dok?" Tanya Naomi.
"Dan mungkin, adik anda tidak akan bertahan dalam waktu satu hari." Jawab sang dokter.

Mendengar pernyataan dari dokter, Naomi pun hampir pingsan. Beruntung Zara menahan tubuh Naomi.

"Si... Sinka." Lirih Naomi.
"Dokter, apakah anda bercanda?! Kalok dokter lagi bercanda, ini sangat tidak lucu!" Ucap Zara.

Dokter pun menghela nafas sejenak.

"Nak, kita tidak bisa menentukan hidup seseorang. Kondisi saudari Sinka sangatlah parah. Dan saya sebagai dokter juga sudah mencoba semampu saya." Jawab sang dokter.

Zara hanya bisa terdiam dan menenangkan Naomi yang terisak.

***

Sementara itu...

"Si Kinal hari ini kenapa sih?! Kayak bukan Kinal yang gue kenal!" Gerutu Anin.
"Lo kenapa, Nin?"
"Itu tadi sahabat gue, si Kinal. Dia datang-datang nemuin gue dan langsung nampar gue tanpa sebab." Jawab Anin.
"Ada ya sahabat kayak gitu jahatnya."
"Gue emang udah males banget temenan sama dia. Tapi teringat aja dulu bokapnya pernah nolongin keluarga gue disaat keluarga gue lagi kesusahan." Fitnah Anin.

Anin pun menceritakan bagaimana keluarga Kinal datang ke rumahnya dan membantu keluarganya disaat lagi kesusahan.

***

Kinal sedang termenung di dalam sebuah kafe. Dia memikirkan perkataannya yang terlalu kasar kepada Anin.

Disisi lain, dia juga tidak ingin menyakiti perasaan sahabat yang telah dikenalnya dari kecil.

Secangkir cappucino panas yang dipesannya telah menjadi dingin akibat tidak diminum olehnya.

"Gue harus gimana dong?! Naomi dan Anin sama-sama sahabat gue. Gue harus bisa nentuin mana yang harus gue bela." Batinnya.

Disaat Kinal sedang dalam keadaan dilema, masuklah sebuah pesan ke ponselnya.

'Nal, gue butuh bantuan lu. Cepat datang ke rumah sakit.'

Membaca pesan dari Naomi, Kinal pun bergegas menuju ke rumah sakit dan tidak lupa untuk membayar cappucino yang dipesannya.

***

Rumah sakit...

Naomi terlihat terisak setelah mendengar keputusan dari dokter yang sangat mengejutkan dirinya.

Zara masih setia di sampingnya dan menghiburnya.

"Kakak yang tabah ya. Dokter juga udah berusaha semampunya untuk menyelamatkan nyawa Sinka." Hibur Zara.
"Tapi.. kenapa harus sekarang?! Satu hari, itu bukan waktu yang lama." Isak Naomi.
"Aku tahu kak. Aku juga nggak mau Sinka kenapa-kenapa." Timpal Zara.

I Love You, My SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang