3 bulan sudah sejak kecelakaan yang menyebabkan meninggalnya Hartanto. Anin masih terlihat sedih sementara Ibunya berusaha untuk menghiburnya.
"Anin, kamu jangan sedih terus nak. Papa kamu gak bakal tenang di atas sana jika dia lihat kamu bersedih terus." Hibur sang Bunda.
"Mama juga sama saja dengan keluarga Prasetya! Mama sama sekali nggak mengerti perasaan Anin gimana sewaktu kehilangan sosok Papa!" Bentak Anin.PLAK!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Anin.
"Kamu pikir Mama nggak nangis waktu Papa kamu pergi?! Emang kamu pikir keluarga Prasetya juga tidak berduka?! Asal kamu tahu saja Anin, yang paling berduka itu keluarga Prasetya!" Bentak Ibunda Anin.
Anin terdiam memegang pipinya yang sakit akibat ditampar Ibunya tadi.
"Jadi begini?! Mama berani nampar aku?!" Ucap Anin.
"Maafin Mama sayang. Tadi Mama emosi." Lirih sang Ibunda.Sang Ibu berusaha menjulurkan tangannya untuk mengelus rambut Anin tetapi Anin menepis tangan Ibunya.
"Mama tega sama Anin!" Ujar Anin.
Anin beranjak dari kamarnya dan berjalan keluar. Sang Ibu hanya bisa menggeleng sedih melihat kelakuan anaknya yang mulai berubah.
Sesaat kemudian, terdengar tangisan dari Andre. Sang Ibu pun beranjak untuk menenangkan Andre kecil yang saat itu telah memasuki usia 1 tahun.
***
Kediaman Prasetya
Naomi dan sang Ibu terlihat sedang mempersiapkan sesuatu.
"Semua sudah disiapin nak? Gak ada yang terlupa kan?"
"Gak ada, Ma. Semua sudah Naomi siapin."Setelah memastikan semua barang yang mereka siapin telah lengkap, sang Ibu dan Naomi pun berangkat ke sebuah tempat.
Tempat tersebut adalah pemakaman ayah mereka. 1 bulan setelah kecelakaan Pak Hartanto, penyakit Pak Yudi kambuh dan tidak dapat tertolong lagi. Hasilnya, Pak Yudi pun dinyatakan meninggal.
***
Pemakaman umum
Naomi dan sang Ibu telah sampai di tempat tersebut. Mereka memakai pakaian serba hitam.
Setelah membersihkan makam dari sang Ayah, Naomi dan sang Ibupun mulai menaburkan bunga yang baru di makam sang ayah.
"Pa, Mama dan Naomi datang liat Papa. Papa gimana kabarnya disana?" Ucap Naomi.
"Papa pasti sudah bahagia ya di atas sana. Selalu jagain kita ya, Pa. Oh ya Pa, Sinka udah bisa manggil Mama loh." Lanjutnya.Sang Ibu yang berada di samping Naomi hanya bisa menangis lirih mendengar ucapan kangen anaknya yang paling besar tersebut.
Setelah dirasa cukup, Naomi dan sang Ibu pun pulang kembali ke rumah mereka.
***
"Jadi... Ayahmu meninggal satu bulan setelah kecelakaan Ayahku karena gagal jantung?" Tanya Anin.
Naomi hanya mengangguk.
"Setelah itu aku baru mengerti perasaanmu gimana rasanya kehilangan seorang ayah." Ucap Naomi kemudian.
Naomi terdiam sejenak. Dia menundukkan kepalanya. Kemudian kembali menatap Anin.
"Dan soal Ibumu, dia tidak meninggal." Lanjut Naomi.
"Apa maksudmu dengan Mamaku tidak meninggal?" Anin terkejut dengan ucapan Naomi.Naomi menarik napasnya kemudian kembali berucap, "Ibumu... Dia menjadi gila dan dimasukkan ke rumah sakit jiwa agar dia bisa tenang."
Anin kembali terkejut mendengar pernyataan Naomi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, My Sister
Fiksi PenggemarNaomi dan Sinka bertengkar gara-gara satu hal dan mereka saling tidak berbicara selama sebulan penuh. Hingga akhirnya kejadian tragis menimpa Sinka.