Episode 04

414 25 0
                                    

Naomi masih menunggu hasil pemeriksaan Sinka. Sudah dua jam lebih Sinka berada dalam ruang UGD.

"Semoga tidak terjadi apa-apa terhadap Sinka." Batin Naomi.

Tak lama kemudian, dokter pun telah keluar dari UGD dengan ekspresi yang sangat serius.

Naomi berdiri dan berlari menghampiri sang dokter.

"Dokter, apa yang terjadi pada adik aku?" Tanya Naomi.
"Lukanya sudah sangat parah. Salah satu sarafnya putus dan harus segera dioperasi." Jawab sang dokter.
"Si.. Sinka! Ti.. Tidak! Ini tidak benar kan dok?" Isak Naomi.
"Anda tenang saja. Saya menjamin kalau adik anda tidak akan kenapa-kenapa." Hibur sang dokter.

Naomi hanya mampu menangis terisak di rumah sakit. Dia tidak menyangka luka Sinka bakal separah itu.

***

Sementara itu...

Terlihat Andre sedang berada di sebuah kafe. Wajahnya terlihat sangat memelas sekali.

"Kenapa lu manggil gue malam-malam begini ke kafe?"
"Aku... Aku tidak tau harus darimana memulainya." Balas Andre.
"Sialan! Harusnya lo terkejut kek ngeliat gue yang tiba-tiba muncul."
"Bukan saatnya untuk becanda Fan, gue lagi serius." Gerutu Andre.
"Hahaha! Ok-ok, lo ada masalah apa? Cerita ke gue." Ucap Fandi.
"Ini tentang kakak gue." Jawab Andre.
"Kakak lo kenapa? Bukannya kakak lo baik-baik aja?" Timpal Fandi.
"Bukan itu masalahnya!" Sahut Andre.
"Lah trus?" Tanya Fandi.
"Gue rasa kakak gue udah gila!" Jawab Andre.
"What?! Demi apa lo bilang kakak lo udah gila?" Ucap Fandi yang kaget.
"Dia..." Ucapan Andre terpotong.
"Disini rupanya lo! Udah kakak cariin juga daritadi!" Sambar Anin.
"Kakak, ngapain kemari?!" Tanya Andre.
"Mau nyuruh lo pulang!" Jawab Anin.
"Fan, gue boleh nginep rumah lo gak hari ini? Gue teringat ada tugas kuliah gue yang belom gue kerjain." Ucap Andre.
"Eh?! Kenapa tiba-tiba..."

Andre membelalakkan matanya menatap Fandi.

"Eh ya, boleh. Lagian untuk malam ini aja kan dan sekalian mau buat tugas juga." Ucap Fandi kemudian.
"Bagus! Kak, hari ini aku nginap di rumah temen." Ucap Andre beranjak.
"Tunggu! Andre!" Bentak Anin.

Andre menghentikan langkahnya.

"Kalau kamu pikir kakak seorang psikopat, kamu salah! Kakak melakukan ini untuk nama keluarga kita!" Lanjut Anin kemudian.

Andre tidak menghiraukan Anin dan beranjak pergi.

Anin hanya mampu berdiri dan menggerutu.

***

Rumah Sakit...

Operasi yang dilakukan terhadap Sinka sedang berlangsung. Sementara Naomi masih setia menunggu hingga dokter selesai mengoperasi Sinka.

Operasi yang berlangsung selama berjam-jam membuat Naomi tertidur di kursi ruang tunggu. Seorang suster yang melihat Naomi tertidur pun mengambil selembar selimut dan menghampiri Naomi.

Merasa ada yang menyentuhnya, Naomi pun terbangun.

"Maaf sudah buat Mbak terbangun. Saya hanya mau memberi selimut ini." Ucap sang suster.
"Tidak apa-apa. Lagian disini juga dingin sekali." Balas Naomi.
"Ngomong-ngomong, sekarang jam berapa ya sus?" Lanjut Naomi bertanya.
"Sekarang jam... 01:23." Jawab sang suster kemudian.
"Apa?! Sudah jam segitu aja. Operasinya gimana sus?" Tanya Naomi lagi.
"Operasinya udah selesai. Saat ini adik Mbak sudah dipindahkan ke kamar biasa. Mbak kalau mau jenguk udah..."

Tanpa memberikan suster kesempatan melanjutkan perkataannya, Naomi langsung beranjak untuk melihat keadaan Sinka.

"Kamar 107 lantai 2 ya, Mbak!" Ujar suster tersebut.
"Semoga aja dia mendengar apa yang barusan aku teriakin." Gumam suster tersebut.

***

Naomi berlari menelusuri koridor rumah sakit. Dia mencari-cari kamar dimana tempat Sinka berada. Dia sudah tidak memperdulikan hawa dingin koridor rumah sakit. Yang dipikirkannya sekarang adalah kondisi Sinka pasca operasi.

Setelah mencari cukup lama, akhirnya Naomi menyerah dan berjalan kembali ke resepsionis.

"Sus, hosh! Mau tanya. Kamar adikku di lantai berapa dan nomor berapa ya? Hosh!" Tanya Naomi dengan napas satu-satu.
"Lantai 2, kamar 107." Jawab sang suster sambil tersenyum lucu melihat ekpresi panik Naomi.
"Kenapa sus? Kok senyum-senyum?" Tanya Naomi.
"Oh. Gak kok Mbak. Hanya kita lucu aja lihat wajah Mbak yang khawatir tapi tidak tau kamar nomor berapa." Jawab sang suster.

Mendengar jawaban suster, Naomi hanya mampu tersipu dan segera beranjak pergi ke kamar Sinka.

***

Kediaman Fandi Renal Putra.

Andre sudah sampai di rumah sahabat lamanya.

"Sudah lama sekali sejak terakhir kali gue datang ke rumah lo." Ucap Andre.
"Lo sombong sih. Kemarin ngadain pesta juga gue gak diundang." Ledek Fandi.
"Enak aja! Lo yang sombong kali! Gue ajak ke pesta gue kemarin alasannya ke Jepang." Balas Andre.
"Hahaha! Yauda kalok gitu, enjoy ya. Anggap seperti rumah sendiri." Timpal Fandi.

Andre pun melepas sepatu dan jaket bikernya. Setelah itu, Andre berjalan ke ruang tamu dan duduk untuk sekedar beristirahat disana.

"Siapa tuh yang datang?" Tanya Kinal.
"Tuh, si Andre." Jawab Fandi.
"Datang lagi dia?" Kinal kembali bertanya.
"Iye. Tuh, orangnya di ruang tamu noh. Samperin aja." Jawab Fandi.

Setelah merapikan dirinya, Kinal pun berjalan keluar dari ruang keluarga menuju ruang tamu.

"Hai, mau minum apa?" Tanya Kinal tersenyum manis.
"Eh, kak Kinal. Udah lama gak jumpa. Apa kabar?" Andre balik bertanya.
"Kabar aku baik. Eh, jangan panggil kak dong. Panggil Kinal aja biar akrab." Jawab Kinal.
"Ngomong-ngomong, lo mau minum apa?" Lanjut Kinal.
"Apa aja deh. Yang penting bisa basahin kerongkongan gue yang udah kering." Jawab Andre.
"Ok! Tunggu bentar ya." Ucap Kinal.

Kinal pun beranjak ke dapur untuk membuatkan minuman.

Setelah selesai, Kinal pun membawa minuman racikannya ke ruang tamu.

"Nih!" Ucap Kinal meletakkan minuman tersebut ke meja.
"Makasih." Balas Andre meneguk minuman tersebut.
"Jadi, apa yang membuatmu kemari? Kamu berantem lagi sama kakakmu?" Tanya Kinal membuka percakapan.
"Hmm!" Hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Andre.
"Wew! Kenapa sih kalian kok berantem mulu?" Tanya Kinal lagi.
"Gimana mulainya ya? Gue juga gak tau harus bagaimana menceritakan ini semua." Ucap Andre.
"Coba cerita. Siapa tau gue bisa bantu." Balas Kinal.
"Tapi lo jangan ketawa setelah mendengar alasan kenapa gue berantem sama kakak gue." Ucap Andre.
"Iya." Balas Kinal.
"Ok! Jadi gini, gue rasa kakak gue psikopat!" Andre memulai ceritanya.
"Hah?!"

***

Kamar inap Sinka, pukul 01.35.

Terlihat Sinka masih terbaring lemah di ranjang pasca operasi. Sementara Naomi berada di samping ranjang memegang tangan Sinka berharap dia cepat sembuh.

"Sinka, kakak disini. Kakak mohon, bukalah matamu dan berbicaralah. Kakak gak mau kesepian lagi. Kakak gak mau sendiri lagi. Kakak tidak sanggup! Kakak tidak sanggup." Isak Naomi.
"Kenapa bukan aku saja yang terbaring di ranjang ini? Kenapa? Ini semua terlalu tidak adil." Lanjutnya.

Karena kecapekan, Naomi pun tertidur di samping ranjang Sinka.

***

I Love You, My SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang