Part VIII

239 38 6
                                    

Esoknya aku langsung cerita ke Icha soal kejadian aku di cegat Anna dan soal Gibran ngaku terang-terangan ke aku kalau dia naksir Anna.

Reaksi Icha? Dia lempeng-lempeng aja. Soalnya Icha termasuk dalam kubu yang daridulu percaya kalau sebenernya Bima dan Anna pacaran. Termasuk yang percaya kalau siapa sih yang nggak naksir Anna? Dia ibarat hidangan mewah sebelum berbuka puasa.

"Wajarlah kalau Anna peduli ma pacarnya." Kata Icha tanpa sekalipun mengalihkan perhatiannya dari kesibukan menyalin PR.

"Mereka nggak pacaran." Tolakku sewot.

"Mal, lu buta apa? Anak cewek satu-satunya yang paling deket sama Bima dari zaman dahulu kala itu siapa? Anna! Kamu kan liat sendiri mereka berdua sering banget kelihatan bareng!"

"Sering kelihatan bareng kan belum tentu pacaran!"

"Loh? Kan kamu sendiri yang bilang kalau cewek-cowok nggak mungkin temenan."

"Iya sih." Aku menggigit bibir.

"Mungkin aja Bima dan Anna sengaja nyembunyiin status mereka."

Aku mendengus," Ngapain di sembunyiin segala?"

"Mana aku tau. Alasannya apa kan cuma mereka yang tau. Lagian ngapain bahas ini terus sih? Berapa kali kita udah bahas ini? Bosen kali' Mal. Bahas yang lain kenapa?"

"Mau bahas Gibran gitu?" Seruku jengkel.

"Halaaaah, kamu kan tau sendiri Anna terkenal cuek bebek sama semua cowok. Apa bedanya sama Gibran? Palingan Gibran di cuekin juga. Lagipula kalau Gibran berhasil bukannya yang enak kamu? Artinya Anna lepas dari Bima, jadi kamu lebih punya kesempatan."

Aku bengong," Iya juga ya? Kok aku nggak kepikiran ya?"

"Nah, doain aja tu anak berhasil narik perhatian Anna."

Setelah itu beneran loh, aku betul-betul setiap hari doain supaya Gibran berhasil narik perhatian Anna entah gimana caranya.

Aku nggak pernah tau.

Gimana caranya juga aku tau? Yang jelas Gibran nggak pernah kelihatan cari perhatian kayak kebanyakan anak cowok lain yang berusaha narik perhatian Anna dengan pura-pura sok tasbihan tiap Anna lewat. Sok-sokan manggil nama Anna padahal nggak betul-betul kenal. Mana kasihannya mereka di cuekin lagi sama si Anna.

Aku sampai bingung. Kok itu anak bisa segitunya cuek bebek di godain macam apa juga sama cowok. Apa dia kebanyakan di godain cowok sampai bosen? 

Yang aku lebih bingung lagi, Gibran yang terkenal usil dan hiperaktif itu nggak pernah tampak pedekate ke Anna. Nggak ada satupun gerakannya yang terendus. Soalnya para penggemar Gibran di sekolah setauku nggak ada yang tau kalau Gibran naksir Anna.

Aku sempat curiga kalau Gibran cuma sekedar nyeplos doang kalau dia suka Anna atau dia memang suka tapi hanya seupil doang, nggak suka beneran.

Kecurigaanku langsung hilang waktu aku melihat Gibran dengan sengaja memilih duduk di belakang Anna saat Anna dan temannya duduk berdua dengan anak-anak lain menonton acara lomba 17 agustusan di lapangan. Aku lihat sendiri Gibran masang wajah bengong bego memandangi Anna dari belakang bukannya nonton acara.

Gibran bisa bengong bego mandangi kepala dari belakang itu super luar biasa untuk anak yang nggak pernah kelihatan duduk diem.

Selain itu Gibran dengan sengaja duduk di tempat paling amat tidak strategis supaya bisa duduk tepat di belakang Anna, yaitu di tanjakan batu yang banyak kerikilnya. Duh, pokoknya tempat yang diduduki Gibran nggak rekomended. Pokoknya itu tempat yang seharusnya nggak di duduki orang.

Lucunya, aku udah nungguin penasaran selama nyaris sejam, si Gibran nggak ngajak ngomong Anna sama sekali. Mana Anna sama sekali nggak noleh ke belakang juga.

Mungkin tu anak gugup makanya nggak berani ngajak bicara Anna duluan.

Lucu.

Padahal setauku Gibran nggak pernah gugup. Kata Icha sih, wajar kalau Gibran gugup, siapa juga cowok yang nggak gugup waktu mau ngajak ngomong cewek yang di taksir.

Apalagi kalau ceweknya itu Anna.

Anak secantik dan sependiam Anna.

Oh ya, aku juga lihat loh waktu matahari mulai nanjak naik dan udara mulai panas, si Gibran bukannya pergi dari tempatnya dia duduk (tempatnya di sinari matahari langsung) dia malah berdiri sampai bayangannya nutupi Anna yang duduk di depannya dari cahaya matahari.

Sumpah, aku sama Icha cuma bisa geleng-geleng kepala.

Seorang Gibran!!!

Pesona macam apa yang bisa bikin seorang Gibran mau-maunya sampai kaya' gitu untuk Anna?

Padahal setauku juga mereka nggak betul-betul saling kenal.

Yap, makanya melihat Gibran mengingatkanku pada diri sendiri.

Jatuh cinta diam-diam. Jatuh cinta sendirian.


MALIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang