Part XXIV

690 28 3
                                    

Baru semenit aku selesai curhat, tau-tau beberapa anak kelasku datang bawa berita heboh. Kata mereka, anak kelas 10-10 baru aja di umumin kalau Bima pindah sekolah oleh guru kelas mereka.

Nunggu Bima minta maaf apaan? Bima terlanjur pergi.

Orang yang selama bertahun-tahun kukagumi dan baru dua hari yang lalu kulempar jus sekarang pergi. Mungkin juga nggak akan pernah kulihat lagi.

Lagi-lagi. Setelah kata terimakasih yang terlambat sekarang kata maaf yang nggak akan pernah terucap.

Masa' aku minta maaf lewat handphone? Masa' aku datang ke rumahnya lagi setelah dengan sombongnya bilang ke Icha kalau aku nggak akan pernah minta maaf? Rumah Bima saja mungkin sekarang sudah kosong. Pantas saja tempo hari lalu itu ruang tamu Bima kelihatan kosong. Dingin. Pasti kebanyakan barang-barangnya sudah di bereskan.

Tapi aku harus ketemu Bima lagi. Seenggaknya satu kali aja dan satu-satunya yang terpikir saat ini juga cuma Anna.

Aku buru-buru datang ke kelas Anna. Anna nggak ada. Wajar dia selebriti lokal. Setiap ada berita menggemparkan tentang Bima pasti dia duluan yang di cari. Pantas saja dia ilang sekarang. Anak kaya' Anna pasti ngumpet. Pengecut. Pikirku kejam.

MALIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang