Part XIII

221 29 0
                                    

Selayaknya kenyataan kalau aku nggak bisa menghentikan hujan turun, aku juga nggak bisa menghentikan para anggota cewek kelompok 12 untuk pada akhirnya mengklarifikasi kalau Anna hanya nembak Gibran bohongan.

Kurang lebih percakapan yang kebanyakan terjadi kaya' gini:
a : si Anna beneran tuh nembak Gibran?
b : Ngg (canggung) enggak sih cuma bohongan. Jadi tadi kita main UNO terus bla bla..
a : Masa' ? Tapi kok mukanya Gibran betulan bahagia gitu ?
b : ( ngangkat bahu sama-sama bingung )
a : Ini beneran nggak sih? Tapi kok aneh? Bukannya Anna pacaran sama Bima ya? ( Makin bingung).

Singkatnya, ekspresi Gibran lah yang bikin semua orang susah percaya kalau ini bohongan. Beruntungnya lagi, si Anna bukan tipe orang yang jago ngomong. Setiap kali ada anak tanya ke Anna soal  kejadian itu, Anna hanya menggeleng sambil bilang 'nggak'. Hanya kata 'nggak' titik nggak pakai koma.

Aku ingat ekspresi Bima saat melihat kejadian waktu itu. Bima membeku marah. Dalam sekali lihat orang bego pun tau kalau Bima marah besar.

Detik itu juga mau nggak mau aku harus mengakui, Bima memang suka Anna.

Betul-betul suka Anna.

Terlepas status mereka entah betulan hanya teman atau memang diam-diam pacaran.

Harusnya sejak dulu aku sadar kenyataan bahwa Bima memang suka Anna. Aku yang terlalu buta untuk ngelihat. Aku yang terlalu sombong untuk mengakui.

Tapi terus gimana?

Aku ingat, malam itu juga di barak, aku diam-diam menyusup ke kasurnya Icha (dia masuk kelompok 17, setiap anak harus tidur mengelompok berdasarkan kelompoknya masing-masing). Si icha ngomel-ngomel terus begitu aku selesai cerita.

Dia bilang ,"Kamu tuh yaaa. Kan aku udah seratus juta kali bilang sampai bosen. Si Bima itu naksir Anna. Kenapa sih baru sekarang kamu percaya?"

Itu masih juga di lanjutkan : "Ngapain juga sih kamu nyuruh si Anna nembak Gibran segala? Kamu nggak liat apa kalau mukanya Bima langsung berubah ngeri gitu?"

Aku mengangguk-angguk pasrah campur setuju. Pernah dengar pepatah 'bila pandangan bisa membunuhmu? Nah itu dia. Pandangan mata Bima waktu itu bikin yang ngeliat sesak nafas kejang-kejang saking ngerinya.

"Aku memang nggak ngeliat sendiri ekspresinya Bima waktu itu Mal, tapi kan aku denger dari banyak orang. Berapa coba yang jadi saksi mata? Bima marah besar Mal, orang bego juga sadar! Untungnya si Gibran nggak di tonjok."

"Bima nggak mungkin nonjok orang sembarangan."

"Ya aku tau." Semprot Icha kecut,"Tapi itu orang udah mau maju ke depan Anna. Kalau bukan gara-gara Anna tau-tau lari balik ke barak cewek mungkin kejadiannya bakal lebih heboh lagi."

"Heboh gimana?" Seruku.

"Gimana kalau tiba-tiba Anna nunjuk mukamu sebagai biang kerok? Gimana kalau saat itu juga Bima tau kalau kamu yang nyuruh Anna nembak Gibran?"

"Tapi ini kan cuma bercandaan."

"Bima kaya'nya nggak nganggap ini lucu Mal. Setauku juga dari cerita yang beredar Gibran juga nggak nganggep Anna sekedar bercanda."

"Gibran pura-pura bego Cha! Dia sebetulnya tau tapi pura-pura nggak sadar."

"Lah terus? Mau dia percaya atau nggak percaya efeknya sama aja kan? Si Gibran sekarang kayaknya nganggep Anna pacarnya beneran."

"Biarin aja kan Gibran ngganggep Anna apaan. Itu kan haknya dia."

"Lah kan Anna pacaran sama Bima. Kamu segitu ngebetnya pingin misahin mereka?"

"Mereka nggak pacaran! Tadi aku waktu hiking bareng Anna aku sempet tanya sebenernya Anna punya pacar atau enggak. Si Anna jawab enggak. Lagian Anna kayaknya bukan tipe orang yang suka bohong."

"Oke, anggap aja mereka nggak pacaran tapi masalahnya kamu sendiri aja sampai sadar kalau Bima suka Anna. Sekarang semua orang juga jadi tau kalau Gibran juga suka. Aah pokoknya ribetlah. Aku sampai bingung gimana jelasinnya."

"Lah terus aku harus gimana sekarang?" Rengekku.

"Udahlah, nggak usah ngeribetin hubungan Anna sama Bima. Kalaupun memang mereka sekarang nggak pacaran cepat atau lambat mereka bakalan pacaran juga."

"Kenapa kamu bisa mikir kayak gitu?" Sergahku sewot.

"Kemana aja kamu Mal? Masa' seupil aja kamu nggak pernah merhatiin hubungan Anna sama Bima? Versi lebaynya nih mereka kaya' seakan-akan udah di takdirkan bareng. Dua orang yang sama-sama 'aneh' tapi bisa nerima satu sama lain. Kamu pikir deh, belum tentu juga ada cowok yang memang mau pacaran sama Anna karena sifatnya. Tuh Anak kan pendiem dan misterius banget. Paling-paling cowok naksir dia gara-gara fisiknya doang. Sama kaya' Bima, coba kalau yang ngasih kamu jus waktu itu Bima versi lain yang giginya tonggos, pendek, keriting, galak, jelek lagi apa kamu masih mau?"

"Maksudmu mereka betul-betul ngerti satu sama lain? Sok tau amat kamu Cha. Kaya' kamu kenal aja."

"Emang nggak kenal. Tapi kan aku bisa ngeliat Na dan bisa denger juga dari cerita orang-orang lain kaya' gimana hubungannya mereka."

Aku meringis,"jadi, baiknya gimana Cha?"

"Masih banyak cowok lain Mal, jangan terpaku sama Bima doang! Mau sampai tua kamu suka sama Bima?"

"Aku masih mau berusaha bikin Bima suka sama aku kok!"

"Caranya gimana? Di santet? Di doain? Kalau kamu memang pingin Bima suka ma kamu kenapa nggak kamu lakuin dari dulu? Kamu cuma buang-buang waktu selama tiga setengah tahun Mal."

"Habisnya aku nggak tau gimana caranya pedekate ke cowok Cha."

"Ajak aja Bima ngobrol, gampang kan?"

"Iya, teorinya gampang."

"Saranku, lupain aja Bima. Tapi kalau kamu betul-betul keras kepala pingin dapetin Bima kamu harus betul-betul totalitas. Jangan setengah-setengah."

"Iya aku mau berusaha."

Icha mendengus, "Kamu masih mau berusaha padahal pernah di tolak dan tau kalau Bima naksir cewek lain? Kenapa sih kamu nggak bisa berhenti suka sama Bima?"

"Aku nggak tau." Jawabku pasrah.

"Kalau kamu memang segitu sukanya sama Bima, mulai dari sekarang kamu harus ngelakuin sesuatu supaya Bima tau kalau kamu ada."

MALIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang