01:34 A.M.
"Ini kalau kita keluar diam-diam dari kaca, bisa gak?"
Sejeong yang mendengar pertanyaan Jihoon langsung menggeleng, "Gak, gak bisa."
"Kenapa ga coba dulu aja?" Tanyanya lagi.
"Kita gak tau itu bahaya apa engga, jadi mending kita diam aja disini sampai permainan bener-bener selesai," jawab Sejeong.
"Bener. Kali ini gue gamau semua dari kita makan nyawa lagi," celetuk Daniel yang sedari tadi diam.
Jihoon berdecak pasrah, "Sampai kapan sih kita disini?"
"Ga yakin, tapi katanya ‘the game will run for 3 hours or more’ kita main dari jam 11 malam, dan bentar lagi jam dua. Mungkin kena tambahan waktu?" ujar Daniel sambil melihat jam tangannya.
Sejeong dan Jihoon hanya mendesah pasrah bareng-bareng.
Akhirnya mereka lanjut jalan, menyelusuri lorong ke dua dengan bantuan handicam sebagai penerang jalan.
Baru beberapa menit berjalan, Jihoon bersuara,
"Pencar yuk." usulnya.
Daniel sama Sejeong menoleh, "Jangan gila." Lalu mulai fokus dengan jalan.
Jihoon memberhentikan langkahnya, "Nyarinya pencar, biar cepat ketemu." Ia langsung berbalik tanpa memedulikan Daniel dan Sejeong.
Belum sempat Sejeong bersuara, Jihoon sudah menjauh. Ia ingin menyusulnya tapi Daniel menahannya.
"Daniel, Sejeong!" pekik Donghyun setengah bergumam kearah dua sosok yang Ia temui dilorong.
Daniel dan Sejeong yang merasa nama mereka dipanggil, langsung menoleh dan berjalan mendekat kearah Donghyun dan Donghan.
Donghyun langsung menyodorkan kantong berisi alat-alat kuno tadi kepada mereka, membuat mereka mengernyit.
"Ini apa?" Daniel bersuara.
"Alat-alat kuno yang gue yakin adalah alat yang buat bunuh enemy kita,"
Daniel langsung mengambil kantong tersebut. "Dapet darimana?"
"Dapat di tempat resepsionis,"
"Sini gue jelasin." Donghyun mulai menjelaskan tentang kegunaan alat itu.
Sedangkan Donghan sama Sejeong yang sedari tadi diam hanya menyimak.
Sampai Donghan tiba-tiba menarik tangan Sejeong, agak jauhan dengan posisi Daniel dan Sejeong.
"Napa, Han?"
"Donghyun aneh."
"Hah? Aneh gimana?"
Donghan melirik Donghyun kembali, kemudian kembali melirik Sejeong.
"Masa Donghyun tiba-tiba bisa nyimpulin dan percaya banget kalau alat-alat itu bisa ngebunuh musuh kita? Terus dia lancar banget, tau itu barang buat apa," gumam Donghan kecil.
"Lo ada nanya dia tau darimana?" tanya Sejeong.
"Ada, dia bilang karena Papanya kan dokter,"
"Lah, masuk akal dong?"
"Ya iya sih, tapi kenapa dia bisa ngambil kesimpulan kalau barang-barang kuno itu bisa ngebunuh mereka?"
"Positive thinking aja lah. Mungkin dia aneh aja ngeliat barang gituan? Mangkanya langsung ambil kesimpulan," ujar Sejeong sambil melipat kedua tangannya didepan dada.
"Tapi—"
"ARGH!!!!!"
Mereka berempat terkejut setengah mati.
"Apaan itu?!"
Mereka langsung berlari kearah asal suara.
"Itu jalan yang Jihoon lewatin bukan?!"
"AHHH! SAKIT!"
Lagi-lagi mereka mendengar suara teriakan.
"Suaranya dari.... Asal jendela?"
"Kok..... Perasaan gue ga enak?"
"Disitu!"
Mereka langsung menuju kearah kaca yang pecah.
Daniel yang berada didepan mereka kemudian menoleh belakang, menatap kearah mereka bertiga.
Daniel menghela nafas, mulai mengintip dibawah jendela.
Bener dugaan dia.
Current Status
Alive: 6 people
Dead:
— Kim Doyoung
— Kim Yerim
— Lee Taeyong
— Kang Seulgi
— Lee Euiwoong
New!
— Park Jihoon
Unknown:
2 people + 1 new people
KAMU SEDANG MEMBACA
Outlast [✔]
Mystery / ThrillerDon't trust anyone easily. I said what I said. © woobaragi, 2017.