Typo dimana-mana bray.. Maaf yaa😊
.
.
.
.Jam dinding sudah menunjukkan pukul 11:24 malam, padahal jam-jam waktu tidur bagi manusia wajarnya adalah pukul 10. Tetapi lain hal dengan Lidya, Dirinya masih betah mengerjakan lembar demi lembar berkas di meja kerjanya. Tak lupa secangkir espresso yang berada di sisi kanan mejanya.
Dahinya selalu berkerut ketika matanya menangkap sesuatu yang menurutnya tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan.
Srek.
Beberapa lembar di antara kertas itu ada yang berjatuhan ke bawah hingga mau tak mau membuatnya harus melepas tubuhnya dari cengkraman tempat kebesarannya.
Saat akan mengambil kertas itu, Tiba-tiba di dekat kertas terdapat sepasang kaki mungil yang membuatnya harus mengurungkan niatnya mengambil lembar kerja miliknya. Saat tahu siapa si pemilik kaki, Lidya mendongakkan kepalanya.
" Ada apa?" ucapnya langsung berdiri. Membiarkan kertas itu di lantai dan memilih gadis dengan wajah sleepy nya.
Sebelum menjawab pertanya Lidya, Melody justru malah memperhatikan wajah panda Lidya. Terdapat sedikit kantung mata disana. Juga beberapa goresan merah dan luka lebam akibat ulah Lidya kemarin yang belum dirinya ketahui. " Kenapa kamu tidak tidur?" dia balik bertanya. Membuat Lidya menghela nafasnya.
" Kamu tidur aja, Aku masih punya banyak kerjaan.." Ucapnya lalu berjongkok dan membereskan kertas tadi.
" Aku tidak akan bisa tidur kalau kamu belum berada di sampingku." Ucapnya lebih lembut. Sesaat Lidya berhenti dan memandang lurus kedapan. Dia merasa aneh, sejak beberapa hari menggunakan panggilan Aku dan Kamu yang merupakan tuntutan Melody untuknya, itu membuat jantungnya selalu bergemuruh tak karuan.
" Besok aku mau presentasi.. Jadi aku harus selesain semuanya malam ini." Dia mencoba memberi pengertian dengan tersenyum sangat manis pada Melody.
Melihat gadis itu memanyunkan bibirnya membuat Lidya terkekeh. Kemudian tangannya berpindah pada kepala Melody dan mengacak-acak rambutnya pelan.
" Jangan tunjukin muka nyebelin itu sama aku, keliatan aneh." ledeknya.
Di luar dugaan, tangannya terhempas begitu saja ke bawah saat gadis di depannya mulai merajuk dan pergi meninggalkannya tanpa sepatah kata pun dan keluar kamar. Lidya menatap pintu kamarnya dengan helaan nafas lelahnya.
Dirinya memilih kembali mengerjakan pekerjaan yang belum selesai.
Baginya sangat percuma membujuk seorang perempuan yang sedang dalam keadaan tidak baik, Walaupun memang itu karena dirinya sekalipun. Karena membuat hati wanita agar luluh kembali itu harus penuh dengan kelembutan, Jika tidak' pasti akan lebih parah.
Jadi dia memilih untuk diam dan tidak ingin gegabah.
.
.
.
.
.Sekarang Lidya sudah berada di ruang kerjanya menunggu client yang akan membantunya untuk melakukan pengambilan hak atas masalah kemarin.
Entah hanya perasaan atau bukan, Wajahnya terlihat sangat pucat dan kurang tidur. Penampilan terbaiknya juga tidak ia tunjukkan hari ini. Biasanya dirinya akan sangat sibuk memilih pakaian simpel khasnya saat akan bertemu dengan tamunya.