Typo dimana-mana..!!
.
.
." Seharusnya kalau kamu mau keluar tolong hubungin aku, aku bakal anterin kamu kemanapun." Lidya menatap Melody dengan tatapan datar.
Gadis itu hanya diam, maksudnya gadis itu bukan menyimak apa yang Lidya katakan, justru malah memperhatikan wajah tegas Lidya yang masih menatapnya.
" Kamu dengerin aku atau enggak?" Kesal Lidya mengubah posisi duduknya menjadi bersandar pada sofa itu.
" Ahh, maaf. Kamu bicara apa barusan?" Kaget Melody tersadar.
Lidya hanya menggelengkan kepalanya sambil menghela nafasnya berkali-kali. " Kenapa selalu kaya gitu?! kenapa gak pernah denger aku? Kenapa kamu selalu ceroboh?!" Marah Lidya meninggikan suaranya.
Sedangkan Melody, dirinya hanya bisa mengedipkan matanya berulang kali dan menatap Lidya tidak percaya.
" Kamu ini kenapa?" Tanyanya pelan, sebenarnya ia sangat ingin menangis sekarang, tapi ia urungkan. Dalam hatinya ia bertanya kenapa orang di sampingnya tiba-tiba saja membentaknya. Akhirnya ia memilih untuk meraih tangan Lidya yang bebas.
" Justru kamu itu yang kenapa?!, kamu gak pernah dengerin apa yang aku bilang. Aku udah ngasih kamu Handphone dan kenapa kamu gak gunain ini sama sekali?"
" Aku tidak bisa memakainya."
" Itu karena kamu gak nyimak apa yang aku ajarin, aku udah kasih tau kamu cara pake handphone, Melody." Ucap Lidya lagi. Nafasanya naik turun.
" Maaf."
Tanpa mengatakan apapun, Lidya langsung berdiri dari sofa dan berjalan pergi menuju kamarnya. Meninggalkan Melody yang menatapnya dengan bersalah.
****
Lidya menyandarkan kepalanya pada bahu tempat tidur, entah kenapa hari ini rasanya begitu emosional. Ia tahu jika apa yang ia lakukan pada Melody adalah kesalahan, tapi jauh di dalam hatinya ia sudah merasa bersalah karena menjadikan gadis yang tidak tahu apa-apa itu sasaran kekesalannya. Lidya mengusap wajahnya kasar.
" Hhhhh."
Tok..tok..
" Masuk."
Melody melangkahkan kakinya menuju kasur yang kini terdapat Lidya di atasnya. Ia sedikit menunduk karena tidak berani melakukan kontak mata dengan Lidya.
" Aku."
" Aku."
Mereka akhirnya saling bertatapan, tidak menyangka kalau mereka bisa berbicara bersamaan. Lidya akhirnya menarik tangan Melody dan menyuruhnya agar duduk di sampingnya. Gadis itu menurut tanpa menolaknya.
" Kamu ke sini pasti buat minta maaf?" Tebak Lidya. Melody mengangguk mengiyakan, kepalanya ia tundukkan lagi.
" Gak apa-apa, ini salah aku. Aku cuma terlalu khawatir kalau kamu Kenapa-napa di luar sana." Lanjut Lidya mengangkat wajah Melody dengan jari telunjuknya. Akhirnya gadis itu mendongak dan melihatnya.
" Tapi aku benar-benar merasa bersalah, aku tau seharusnya aku tidak keluar sembarangan. Tapi aku bersumpah jika aku sempat mencari alamat kantormu tadi, dan.. tidak ketemu." Penjelasan dari Melody membuatnya percaya. Lidya juga merasa lucu dengan tingkah gadis mungil ini, bagaimana bisa Melody mencari alamat kantornya. Sedangkan ia bahkan tidak pernah memberitahu tempat kerjanya. Lagipula banyak sekali gedung besar di Negara ini. Bukan hanya miliknya, tapi juga milik pengusaha lain di luaran sana.
" Kamu gak usah ngerasa bersalah, aku yang minta maaf udah bentak kamu tadi." Ucap Lidya menarik Melody ke pelukannya. Awalnya Melody merasa terkejut, tapi ia membiarkannya.