Warning!!!
Typo dimana-mana..
.
.
." Sssshhhh... Hhhh "
" Tahan sayang.."
"ssshhh argggghhhhh.."
" Kamu ngerasa apa?."
" Ss--sak..itt... "
" Maaf, maaf.. oke, ini pelan nih.."
" Aku masih perawan.."
" Iya tau kok, udah keliatan sayang.."
" Berarti kalo kamu ngelakuin ini ke aku, tandanya nanti aku gak perawan ?."
" Kamu mau aku tidurin?.''
" Aku gak mau kalo kamu gak tanggung jawab."
" Aku bakal nikahin kamu cintaaa.."
" Beneran, tapi namaku Melody Lids..?."
" Iyalah, bodoamat Mel.."
" Dih, mau lanjut gak?."
" Nanti aja deh, kalo udah resmi. Sekarang main yang lain aja yaa.."
" Iya iyaa.."
Pada akhirnya percakapan itupun harus mereka akhiri dan mereka ganti dengan permainan yang lebih lucu ketimbang yang nikmat seperti tadi.
.
." Gimana? Mau main lagi?." Lidya menaik-turunkan kedua alisnya. Berniat menggoda kekasihnya yang sedang memangku kepalanya di paha miliknya.
" Gak ahh, leher aku merah-merah.." Jawab Melody malas.
" Ya lagian kamu kalah, perjanjiannya apa coba tadi?."
" Yang menang bebas cium di bibir, dada sama leher.."
" Itu inget, aku menang terus kan tadi. Jadi wajar dong." Ucap Lidya santai.
Gadis itu hanya mendengus saat mendengar ucapan orang yang kini sudah bangkit dari pahanya itu.
" Ck!' pasti pengaturan di komputernya udah kamu macem-macem'in kan?." Katanya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
" Enak aja, mana ada.. aku menang karena aku hebat."
" Terserah, aku gak mau main lagi. Udahan pokoknya titik!!." Ucap Melody tegas.
" Yahh, dasar macan payah." Ejek Lidya sepelan mungkin.
" Coba ulangi? Ngomong apa kamu?." Tantang Melody dengan wajah garang. Lidya langsung meneguk ludahnya susah payah.
" Aku gak mak--"
" Diem!! Inget ya.. kamu gak dapet jatah seminggu, Catet!."
Dengan begitu Melody meninggalkan Lidya yang hanya mematung di atas kasur bersama ponsel yang menunjukkan game Ludo yang masih menyala.
" Argggghhhhh, masa harus nahan sih!." Erangnya kesal.
.
.
." Sayang, udah seminggu lebih masa gak dapet juga sih??." Lidya merengek pada Melody yang masih sibuk dengan gadget miliknya. Tangannya menusuk-nusuk pipi gadis mungil itu jahil. Keduanya sedang berada di atas kasur apartemen milik mereka.
" Diem ihh, "
" Galak banget, padahal aku udah lembut gitu."
Seketika saja wajah Melody menoleh pada Lidya yang sedang mengerucutkan bibirnya. Gadis itu tersenyum melihat wajah Lidya yang masih tetap seperti itu.