Bagian 12: Keputusan Final

60 9 0
                                    

“You can’t expect me to fix something when you don’t tell me there’s a problem. It’s like calling 911 and not telling them you’re dying.”
.
.
.
.
.

Orang-orang selalu bertanya ‘kenapa menyesali sesuatu yang pernah kamu inginkan?’

Jika saja dia tahu apa yang dia tahu sekarang, mungkin dia tidak akan pernah menginginkan itu. Atau mungkin tidak.

Dia tidak pernah benar-benar menyesal sudah mengenal Aska, mengetahui banyak tentangnya, menjadi dekat dengannya, berbagi kenyamanan, bertukar pikiran, bersaing bersama, saling menguatkan, dan memberikan cintanya kepada laki-laki itu. Dia tidak benar-benar menyesal.

Because she suddenly realized it,

The way to get over him wasn’t by hooking up with some random guy,

Or pretending they didn’t happen.

They love each other, but he broke her heart.

She’d been doing everything possible not to face the fact.

It’s hard now but she’s gonna love somebody someday.

Lupakan sejenak Aska, tentang dokter Daniel, akhirnya Fani bisa memutuskan pilihannya. Setelah terombang-ambing dalam perasaan tak menentu, tersesat di zona abu, dan terjebak dalam keadaan semu, akhirnya Fani memutuskan untuk melepaskannya.

Fani tidak mungkin untuk mempertahankannya, sedangkan dia masih sibuk berduka dengan perasaannya sendiri.

He deserves to feel happy too. Itulah yang Fani doktrin di kepalanya.

Hubungannya bagaikan garis yang tak berujung, yang tak memiliki titik temu ataupun titik potong, begitupun mereka. Dokter Daniel sangat–teramat–terlalu baik untuknya. Fani takut akan menyakiti laki-laki itu nanti. Laki-laki itu berhak bahagia dengan orang yang mencintainya juga.

Bukan orang seperti Fani yang masih bimbang dengan perasaannya sendiri.
Fani yakin kalau orang sebaik dokter Daniel akan menemukan wanita yang dapat menerimanya sepenuh hati, dan menjaga hatinya. Bukan seperti Fani yang hanya bisa memberinya luka, memupuk harapan lalu pergi berselang-seling.

“Aku tidak pernah menyesal pernah mencintaimu,” dokter Daniel menghela nafas, “hanya saja terkadang aku menyesal tidak cukup hebat untuk menggantikannya, tidak cukup baik untuk kau pilih sebagai seseorang yang mampu menemanimu memperbaiki hidup, seseorang yang dapat kau jadikan tempat berbagi seluruh cerita,” kata dokter Daniel setelah keheningan lama semenjak Fani memberitahunya keputusan yang akan dipilih Fani.

Fani menggeleng–tidak setuju dengan perkataan dokter Daniel, air matanya sudah tumpah daritadi, “you too good to me,” Fani menatap dokter Daniel, “you found parts of me that I didn’t know existed and in you, I found a love that I no longer believed was real,” Fani menghela nafas–mencoba tenang, “but maybe you will find somebody that much better than me, a girl that will love you with all of her heart, a good girl that sure to decide to marry you,” Fani mengelus tangan dokter Daniel yang mengenggam tangannya.

Sedangkan dokter Daniel hanya menatap tautan tangan mereka, mencoba merasakan kehangatan serta kenyamanan dari tangan yang sebentar lagi tidak bisa dia sentuh sepuasnya, tidak bisa dia genggam kapanpun ia butuh, dan di manapun ia mau.

Dokter Daniel memasukan jarinya kesela-sela tangan Fani sambil menghela nafas pasrah lalu berujar, “yah...mau bagaimana lagi,” dokter Daniel menatap mata Fani, “keputusanmu sudah bulat dan aku tidak bisa memaksamu untuk mengubah keputusannya, kan?” lalu ia terkekeh pelan sambil mengusap air mata Fani yang masih mengalir, “kalau boleh tidak sopan, aku ingin memelukmu sekali saja, untuk pertama dan terakhir kalinya,” kata dokter Daniel yang langsung membuat Fani memeluk tubuh laki-laki itu tanpa aba-aba.

ASKA | Jung Jaehyun - JoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang