Bagian 13: Terulang Kembali

68 9 0
                                    

"If something is destined for you, never in a million years will it be for somebody else."
.
.
.
.
.

'There are hearts that won't ever hate you, no matter how much you hurt them.'

Kata-kata yang tertulis di sebuah buku-semacam reminder yang Fani buat semenjak SMA.

Dia memang memiliki kebiasaan menulis beberapa puisi yang menurutnya dapat dia gunakan untuk menyemangati dirinya sendiri saat melewati masa sulit-tapi itu sepertinya kurang cocok untuk dirinya, itu lebih cocok untuk diperuntukkan kepada dokter Daniel.

Fani benar-benar tidak mengerti bagaimana dokter Daniel bisa mengontrol dirinya sebaik itu, lelaki itu tetap bertingkah seperti biasa, masih memperlakukan Fani seperti sebelumnya-masih menyapa Fani saat berpapasan, masih suka menghampiri ruangan kerja Fani hanya untuk memberi makanan ringan, masih mengirimkan pesan ucapan selamat malam, selamat pagi, atau memberi ucapan semangat kalau Fani memiliki jadwal dadakan-dia masih terlihat mengesankan, masih tersenyum lebar kepada rekan kerjanya atau pasien-pasien yang lewat, dan orang pasti akan berpikir kalau dokter Daniel seperti orang yang benar-benar bahagia, tapi jikalau mereka tau yang sebenarnya bahwa dia sebenarnya adalah eccedentesiast, Fani jamin kalau mereka akan membalas senyumnya dengan senyum miris tidak dengan senyum yang sangat lebar seperti yang mereka perlihatkan.

Fani masih menerima semua perlakuan dokter Daniel, awalnya ia menolaknya karena takut kalau itu malah akan menyiksa dokter Daniel. Tapi dokter Daniel bilang dia baik-baik saja, dengan seperti itu dia tidak terlalu merasa kehilangan dan mungkin pelan-pelan akan melupakan Fani.

Masih berhakkah kalau Fani katakan dia sedikit...sedih? Tenang dulu, Fani hanya sedih bukan menyesal.

Broke up is hard, letting go is harder, being forgotten is hardest, but being replaced is the worst.

Tapi Fani sadar kalau hidup dokter Daniel bukan tentang Fani lagi, jadi Fani belajar mengikhlaskan. Karena papa pernah berkata, "What is destined will reach you, even if it be underneath two mountains. What is not destined will not reach you, even if it be between your two lips."

Ya, Fani percaya apa yang ditakdirkan untuknya pasti akan menghampirinya, mungkin bisa saja bukan sekarang tapi suatu saat.

Berbicara soal takdir, Fani sudah percaya hal itu. Setelah dipikir-pikir itu bukanlah sama sekali omong kosong. Karena takdir yang sudah membawanya sejauh ini dalam mewujudkan cita-citanya, takdir yang sudah membawanya kepada kehidupannya yang sekarang, takdir yang mempertemukannya dengan seseorang sebaik dokter Daniel, dan takdir juga yang mempertemukannya lagi dengan Aska.

Walaupun bukan akhir yang bahagia dalam kisah percintaannya, tapi ini bukan benar-benar akhir untuknya. Jalannya masih panjang.

Mungkin suatu hari nanti dia akan mengerti, mengapa sebuah ingin tetap saja tidak mampu terjadi atau tidak bisa dia miliki, meski tahun demi tahun berganti.

Tuhan berjanji, bahwa segala hal yang memang untuknya, hanya soal waktu. Namun yang tidak, hanya soal pasrahnya.

-----

"It's hard to move on," kata dokter Daniel yang menengok ke arah bangku penumpang depan di sampingnya, "but once you moved on, you'll realize it was the best decision you've ever made," lanjutnya sambil tersenyum.

Wanita itu otomatis menengok ke sampingnya dengan terkejut, matanya membulat, "eh?" dia masih tidak mengerti dengan ucapan tiba-tiba dokter Daniel.

Sedangkan dokter Daniel hanya terkekeh melihat ekspresi wanita itu-Fani.

ASKA | Jung Jaehyun - JoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang