[3] Lesung Pipi.

199K 3.7K 26
                                    


"Salah ga kalo gue baper? "

Keesokan harinya Rindu berangkat lebih pagi dari hari kemarin. Pukul enam lebih lima menit lebih tepatnya. Entah setan apa yang masuk tubuh gadis itu sampai berangkat sepagi ini. Masih dengan pakaian biru putih dengan rambut yang dikuncir kuda serta topi dari ceting ( Alat buat naroh nasi bentuknya bulat ) dan tak lupa kaos kaki warna warni yang berbeda sebelah membuat tampilannya seperti orang gila yang kabur dari rumah sakit jiwa.

"Kalo bukan karena Ibuk ngancem potong uang saku, gabakal deh gue ikutan Mos kaya gini. "keluhnya sembari berjalan di koridor.

Suasana koridor nampak sepi lantaran belum ada berangkat. Beberapa ruang kelas yang sedari tadi Rindu lewati juga masih terkunci rapat pintunya.

Tukk.. Tukk.. Tapp... Tukk.. Tukk

Rindu mendengarkan langkah kakinya sendiri. Keadaan yang begitu hening membuat darahnya tiba-tiba berdesir. Entah mengapa ia merinding sendiri saat mengingat cerita Tiya, teman sekelasnya yang baru ia kenal kemarin saat istirahat.

"Rindu ya? " tanya seseorang membuat Rindu yang tengah makan bakso bersama Siti kompak menoleh ke arah sumber suara. Di depannya ada 2 orang cewek dengan seragam putih biru sambil memegang bakso juga.

"Iya, ada apa? " balas Rindu kikuk. Salah satu dari cewek di depannya itu yang mengenakan jilbab syar'i tersenyum.

"Kenalin nama gue Tiyani. Panggil aja Tiya, sebelah gue namanya Deva. Kita sekelas bareng. Gue boleh gabung duduk disini sama kalian? "

Belum sempat Rindu menjawab, Siti sudah ngomong duluan. "Boleh kok. Sini gabung aja. Oh pantesan ya kaya tadi liat ga asing ternyata kita sekelas. Lo berdua yang duduk di depan gue kan? "

Tiya dan Deva duduk. "Iya, nama lo Titi kan? "tanya Tiya lagi. Deva teman sebelahnya hanya bisa tersenyum sekilas. Siti melotot mendengarnya.

"Titi? Sejak kapan nama gue jadi sama kaya label pensil warna? "ketus Siti sedikit kesal. Tiya kembali menyahut "Lohh kata si Parjo yang duduk Di sebelah lo, katanya anak-anak suruh manggil nama lo Titi. Jadi gue ikut aja. "

Wajah Siti memerah, "Dasarr Parjoo geblek. Jangan diurus nama gue Siti, bukan Titi. Tapi kalo lo mau manggil gue Lalisa juga boleh. Kan muka gue 11/12 lah sama Lalisa BLACKPINK. Namanya juga saudara kembarnya. "

Seketika mendengar itu Rindu, Tiya, dan Deva merasa butuh plastik kresek hitam untuk muntah.

"Udah-udah Siti jangan ribut mulu. Habisin itu baksonya bentar lagi kan jam masuk."ucap Rindu.

"Eh kalian tau ga? "celetuk Tiya lagi membuat Rindu, Deva dan Siti menatapnya lagi.

"Tau apaan?"sahut Rindu.

"Cerita tentang sekolah ini."ucap Tiya

"Oh yang Si mamank Abdul suka sama mbak Jaenab yang punya warung nasi kuning? "sahut Siti

"Bukan. Kalo itu mah udah lama. Mang Abdul malah kabarnya udah putus noh dari mpok Jaenab. "

"Seriusan? Kok gue baru tau? Ah ini pasti mang Abdul nya belokk nih. Padahal kata kakak gue yang alumni SMA ini katanya dulu kisah cinta mereka ngalahin mas Dilan sama mbak Milea loh. "

SENJA[SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang