8. coklat

8K 1K 338
                                    

Ivan POV

Seorang ibu melewati kontrakan, dilihatnya seorang pria gemulai yang sedang sibuk bercermin sambil membersihkan giginya dengan tusuk gigi.

Ibu: "wahhh Yanto sarapannya semur daging ya, pagi-pagi ngebersihin gigi dari sisa-sisa daging"

Pria itu menoleh ke arah si ibu dengan gerakan gemulai sambil mengedikkan bahunya centil.

Yanto: "aihhh ibuuu, nama eike Yanti yessss ahhh, sapose juga legong bersihin sisa-sisa daging ya keles sisaan bulu-bulu burung yang eike emut tadi malam, rumpi deh buuu"

Pagi mblooo, jangan lupa sarapan sehat yaaa, jangan kaya Yanti 😂

Aku terkekeh membaca share joke Evan, bingung mau balas apa. Aku menutup wajahku dengan satu telapak tangan karena kekehanku menarik perhatian karyawan-karyawan yang berjalan melewati lounge tempatku duduk.

Kembaran ku ini mulai gilakkkk!!!

Kekehanku terhenti begitu mataku menangkap sosok Vani yang memasuki lobby gedung perkantoran. Aku memang sengaja datang lebih pagi untuk menunggu dirinya datang.

Dengan singap aku berdiri sambil menenteng tas kertas yang sudah aku siapkan dari semalam.

"Hi" Aku menyolek pundaknya ketika langkahku menjajari langkahnya.

Vani terjengit kaget dan menoleh ke arahku.

"Pagi" Sapaku sambil tersenyum ke arahnya.

"Hehehe pagi" Vani nyengir membalas senyumanku.

"Hmmm wanginya beda, lebih segar, ganti parfume ya?" Tanyanya sambil memejamkan matanya.

Aku terkekeh.

Penciumannya sangat tajam.

Aku menjetikkan keningnya dengan jariku dan menyodorkan tas kertas yang ku bawa.

Mata Vani terbuka.

"Apaan nih?" Tanyanya bingung tapi tangannya menerima tas kertas yang kuberikan.

"Patchiiiiiii!!!" Matanya berbinar melihat sekotak coklat dari dalam tas kertas.

"Asekkk asekkk makasih ya, eh tapi ini buat apaan? Kan Valentine udah lewat lama hehehe" Vani sibuk membuka bungkusan coklat dan melahap coklatnya dengan sekali gigitan.

"Ucapan tanda terima kasih yang kemarin, udah nolongin saya" Jawabku.

Tanganku menarik dirinya berjalan ke arah sudut ruangan dekat lift.

Alisnya bertaut.

"Kemarin kan ucapan tanda terima kasih nya udah nganterin saya ke lantai kantor saya mas, ga usah repot-repot" Katanya sambil mengunyah coklat di mulutnya.

"Nolak rejeki? Udah di makan tiga tuh" Kataku sambil melirik bungkusan coklat di tangannya.

"Hehehe, enakk" Cengirannya membuatku tersenyum.

"Van, ada yang ketinggalan nih"

Suara seorang pria membuat kami menoleh ke arah suara.

"Ketinggalan?" Vani memutar tubuhnya ke arah pria yang langsung melirikku tajam.

Kulihat dirinya membawa kantung kertas dan menunjukkan kantung kertas itu ke arah Vani.

"Eh, bentar ya mas Ivan, mau barengan ke atas? Apa mau ke atas duluan?" Tanya Vani sambil nyengir.

perfumedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang