Ivan POV
"Kamu cape beib? Kita pulang yu" Kulihat Evan memijit kaki Maya di atas sofa.
Dan ku lirik Vani yang sedang di pantry mencuci bekas piring-piring kotor dan peralatan masak yang aku pakai memasak tadi, dirinya berserikeras untuk mencuci piring karena sedari tadi hanya diam tidak melakukan apa-apa.
"Ayolah pulang, apa kamu masih mau di sini dulu? Eh mendingan pulanglah, ga enak gangguin mas Ivan, mereka kan baru baikan" Maya mengerling ke arahku.
"Barusan kan aku ngajakin kamu pulang beibbb" Evan menowel ujung hidung Maya gemas, lalu menoleh ke arahku dengan tatapan menusuk.
"Inget Iv, jangan bikin Vani jengah ya, gunain tuh mulut buat memuja, jangan ngelecehin anak orang"Aku terkekeh.
Mereka bangkit berdiri dari sofa. Vani menghampiri kami pada saat yang bersamaan.
"Van, kita pulang dulu ya" Maya menarik tangan Vani dan menempelkan pipi kanan dan pipi kiri mereka.
Kulihat Maya berbisik diikuti kekehan Vani yang membalas berbisik, mereka berdua lalu terkekeh.
Memang ajaib ya dunia perempuan itu. Perempuan bisa dengan mudahnya akrab kalau merasa cocok.
"Pulang dulu bro, besok kalo gak ada acara, call gue lah, Maya besok kerja lagi"
Aku melirik Vani.
"Kita ada acara dong, lu jangan gangguin kita kaya 2 minggu yang lalu ya" Jawabku mengingatkan Evan yang ikutan menonton bersama kami.
Vani tertunduk.
"Jadi besok kalian mau nonton lagi?Gue ikutan ya, gak apa-apa beda kursi, asal di bayarin lagi tiketnya" Evan menepuk pundakku sambil menaik turunkan alisnya.
"Ck May, kelakuan laki kamu tuh, sukanya yang gratisan" Decakku ke arah Maya.
"Gratisan itu pangkal kaya dan makmur, aku mah selalu dukung kalo yang gratisan, lanjutkan mas Eviii" Maya cengengesan ke arah Evan yang lalu mendapati kecupan mesra dari Evan.
Cocok kan mereka berdua.
Kami mengantarkan mereka sampai pintu apartment.
Ku lirik Vani yang berdiri kikuk di sampingku setelah aku menutup pintu.
"Mau pulang juga?" Tanyaku ketika dirinya berjalan ke arah sofa.
"Iya, udah malam" Jawabnya pelan sambil duduk dan menarik tas kerjanya dari atas karpet.
Aku ikutan duduk di sampingnya, melipat satu kakiku di atas sofa dan menghadap dirinya.
Vani mendongak.
"Kenapa?" Tanyanya.
"Aku ko selalu tau ya kalo aku mau ngomong" Jawabku.
Vani nyengir.
"Ya taulah, kalo gak mau ngomong gak mungkin duduk dekat-dekat gini"
Aku mengusap wajahnya sambil tersenyum.
Vani terdiam.
"Ucapanku tadi di basement, aku serius Van, maafin aku ya" Kataku pelan. Tanganku menarik kedua tangannya.
"Kita mulai lagi dari awal, kamu iri kan ngeliat kembaranku itu sama istrinya mesra banget"
Vani tersenyum tipis.
"Gak iri sih, kalo udah ketemu jodoh memang kaya gitu, aku sih liatnya senang, gak iri" Jawabnya.
"Yah intinya kaya yang tadi aku bilang, kita jangan sampe kalah sama mereka, kalo bisa ya lebih mesra" Aku mengangkat sebelah alisku.
Tanganku mengusap dagunya. Wajahku perlahan mendekati wajahnya, mataku terpaku melihat ke arah bibirnya.
"Aku boleh nyium kamu kan?" Tanyaku meminta ijin, mataku bertemu matanya yang membulat.
Vani terdiam, tangannya mengerat memegang kedua tanganku.
"Boleh ya?" Tanyaku lagi untuk memastikan.
Jangan geleng Van, jangan geleng, bathin ku.
Mata Vani terpejam, aku menarik tengkuknya, bibir kami bertemu, secara perlahan bibirku bergerak untuk membuka bibir Vani yang kurasakan hangat.
Lidahku menyeruak masuk, bibirku melumat dan menghisap dengan pelan, sangat ku nikmati ciuman pertama kami yang melibatkan kedua bibir.
Ku dengar desahan Vani, tangannya memegang rahangku dan mengusapnya pelan. Vani menggigit pelan bibir bawahku dan menjilati keseluruhan bibirku.
Ciuman yang tadinya pelan berangsur menjadi cepat dengan diiringi desahan yang keluar dari mulut Vani dan erangan dari mulutku.
Kurasakan intiku berdenyut. Aku mengangkat tubuh Vani ke atas pangkuanku.
Tubuhnya berjengit kaget ketika merasakan tonjolan bukti hasrat ku yang sudah mengeras.
Vani terdiam menghentikan ciuman kami dengan mata membulat.
"Mas, i...itu ipinnya keras banget"
Aku menempelkan keningku ke keningnya sambil terkekeh.
"Ipin ya"
°°°
Aku mengantarkan Vani ke apartmentnya hanya sampai pintu lobby basement mengikuti permintaannya.
"Yakin sampe di sini aja?" Tanyaku sambil membuka seat beltku.
Vani langsung mengangguk cepat sambil nyengir ke arahku.
"Yakin, daripada nanti ke atas, terus si Ipin bikin aku kaget lagi"
Aku terkekeh mendengar perkataannya.
"Maaf, namanya berhasrat ciuman sama kekasihnya ya..."
"Iya, iya, wajar, aku aja kemarin sampe ganti panty liners, ehhh" Vani menutup mulutnya cepat.
"Udah ya mas Ivan, sampe ketemu besok, malam, mimpi indah, makasih makan malamnya" Vani dengan tergesa membuka seat belt dan membuka pintu mobil.
Aku kembali terkekeh melihat dirinya yang berlari kecil meninggalkan mobilku dan menoleh sekilas dengan wajah yang bersemburat merah.
Tbc
Hulaaaaaaa, mungkin kalian di sana masih ada yg blom sampe rumah, masih nongki2 cantik, TGIF uh?
Buat yg udah sampe rumah, mungkin lagi makan malam, sebut2 namaku ya, biar ikutan kenyang hehehe
😘💋
KAMU SEDANG MEMBACA
perfumed
RomanceBEBERAPA PART SAYA HAPUS UTK KEPENTINGAN PENERBITAN Warning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 17/8/17 - 17/9/17