9. gercep

7.9K 1.1K 162
                                    

Vani POV

"Dinnnn, jawab dong telpon gue" Aku memutuskan hubungan telepon karena panggilan teleponku yang kesekian kali tidak dijawab Dino.

Aku menggigit bibir bawahku. Jariku memijat pangkal hidungku, tetibanya pusing.

"Lagi sibuk kali ya?" Aku bergumam sendiri. Langkahku terhenti ketika memasuki cafe di gedung perkantoran karena seseorang menjajari langkahku.

Aku menoleh ke arahnya sambil nyengir, wangi parfumenya sudah ku hafal walaupun dirinya mengganti parfumenya hari ini.

"Makan di sini juga?" Tanya Ivan dengan senyuman ramah yang menghiasi wajahnya. Kacamatanya tidak bertenger di hidung mancungnya.

Berasa dapat angin dingin yang segar menerpa wajahku, pusingku mendadak hilang melihat senyumannya.

Aku mengangguk.

"Makan bareng yu"

Aku mengangguk lagi. Mayanlah ada yang nemenin makan, daripada bete karena mikirin Dino yang gak jawab-jawab telponku.

Kami memilih duduk di dekat jendela dengan view gedung-gedung pencakar langit Jakarta dan langsung memesan makan.

Memulai makan dalam diam, sesekali Ivan melirikku.

"Mau ngomong apa?" Tanyaku langsung sambil menyuapkan wagyu fried rice.

"Ko tau saya mau ngomong?" Tanyanya.

"Idungnya kembang kempis gitu, kliatan mau ngomong" Jawabku asal.

Ivan terkekeh.

"Patchinya makasih ya, enak, tau aja saya suka coklat" Kataku berusaha menghilangkan kecanggungan yang mendadak kurasakan karena teringat perkataan Dino soal PDKT.

Ivan mengesap minumannya.

"Lebih enakan Godiva lah, patchi mah gak ada rasanya" Ivan tersenyum, tapi kulihat matanya muram.

"Tapi saya gak terlalu suka sama dark chocolate, jadi lebih milih patchi yessss" Kataku jujur.

"Ohh, tapi tadi kliatan seneng banget makan coklat Godiva nya, apa karena yang ngasih pacarnya ya" Ivan kembali meneguk minumannya.

Sendok yang hampir masuk ke mulutku menggantung di udara, aku mengerutkan keningku dan memicingkan mataku.

Kuletakkan lagi sendok ke atas piring dan melipat tanganku.

"Bentar deh, pacarnya itu siapa ya?" Tanyaku sambil mencondongkan wajahku ke depan.

Ivan terdiam, lalu mengusap tengkuknya.

"Pria yang tadi kasih coklat Godiva itu, pacar kamu kan?" Tanyanya.

Aku kembali mengerutkan keningku.

"Maksudnya Dino? Hahahaha dia bukan pacar saya" Kataku setelah beberapa saat mencerna perkataannya.

Kulihat Ivan yang menyenderkan punggungnya dan seperti bernafas lega sambil mengaitkan kedua tangannya dibelakang kepalanya.

"Syukurlah, kirain pacarnya" Suara Ivan terdengar samar tapi aku masih bisa mendengarnya jelas.

"Dia teman saya dari SMP, best friend for life" Kataku sambil menyuapkan kembali nasi goreng yang masih tersisa.

"Pantes aja kliatan akrab, saya pikir pacarnya, abis kliatan serasi" Ivan tersenyum.

"Gaklah, tau gak, kemarin itu saya juga hampir ngalamin kejadian yang sama kaya kejadian kamu sama mantan tunangan mas itu"

perfumedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang