2. perempuan pengendus

12.8K 1.2K 337
                                        

Ivan POV

Aku membuka mataku perlahan, ku lirik jam di dinding, ternyata sudah pukul 10 pagi. Dengan gerakan pelan aku meregangkan tubuhku di atas ranjang.

Rasanya malas juga untuk bangun dan pergi ke bioskop. Semalam aku keluar dari coffee shop sekitar jam 11 malam, ngobrol dengan Evan dan Bima yang menceramahi aku soal pernikahan.

Bikin baper sih, tapi untungnya istri-istri mereka menelpon menyuruh mereka untuk pulang, kalau tidak bisa sampai pagi mereka bercerita soal indahnya sesuatu hal yang sudah halal.

Aku mengambil handphoneku dari atas nakas mengecek film apa yang enak aku tonton, pilihanku jatuh pada Annabelle: Creation. Ok, not bad lah nonton film bergenre thriller.

Aku kembali meregangkan tubuhku dan duduk di tepian ranjang.

Handphoneku bergetar, kulihat layar handphone, panggilan masuk dari Evan.

"Ya?" Sapaku.

"Dah bangun lu?" Tanyanya.

"Belom, nih yang jawab voicemail, yang udah bangun burung gue, lu mau ngomong ma burung gue?" Jawabku asal.

"Hahaha, nonton yuk Iv"

Aku terkekeh, emang dasar kembaran ya, tahu aja kalau aku mau nonton.

"Maya emang hari ini kerja?" Tanyaku.

"Yep, bete nih, pagi-pagi dia udah berangkat, ngomong-ngomong soal burung, padahal burung gue juga udah bangun, mau masuk ke dalam sangkarnya gagal deh"

"Ga usah lu infoin juga kali nyettt" Kataku kesal.

"Hahaahaahaa, biar bikin lu baper"

"Asli sialan! Udah cepetan, lu jemput gue, kita nonton Annabelle" Kataku langsung mematikan hubungan telepon.

Aku terkekeh, ternyata menemukan jodoh dan menikah itu bisa merubah seseorang secara drastis ya, seorang Evan yang dingin bisa berubah konyol.

Aku melangkah menuju kamar mandi, siap-siap.

°°°

"Nonton premiere apa biasa?" Tanyaku begitu kami tiba di bioskop.

"Di mana ajalah, kan lu yang bayarin" Jawab Evan.

Aku mendelik ke arahnya.

"Heh, udah berkeluarga terus tinggal di rumah orang tua, masih aja ngirit, bayarin yang masih bujanglah Ev" Kataku sambil menepuk pundaknya.

"Ok, tapi lu yang bayarin beli makanan sama minuman ya, gue mau mini pangsit goreng, real caramel popcorn, minumnya ice mochaccino sama air mineral" Evan mendorong tubuhku ke arah cafe bioskop.

"Gak sekalian sama mbak yang jualan Ev? Banyak bener pesanan lu" Aku menggelengkan kepalaku, gak mau rugi bener nih manusia satu.

"Hanya ada Maya seorang di hatikuuu" Jawabnya dramatis sambil memegang dadanya.

Kulihat beberapa pasang mata melihat ke arah kami dengan terkekeh.

Ya ampun, kembaran gue! Uhuk banget kan lihatnya.

°°°

Tanganku penuh menenteng pesanan Evan ketika menghampiri dirinya yang masih mengantri.

Aku menyolek pundaknya.

Evan meringis.

"Lupa bawa movie card lu ya?" Tanyaku.

Evan mengangguk.

perfumedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang