12. dino (game over)

8.1K 1K 391
                                        

Papan gilesan, roti sobek, apalah apalah, tapi aku fokus ke v linesnya aja yg sukses bikin aku nelen ludah b'kali2 😍😍

Ivan POV

Aku masih menautkan jari kami menuruni tangga dan keluar dari pintu theater.

Evan sudah keluar duluan dan menunggu kami berdiri di lorong. Kulihat pandangan perempuan-perempuan yang melihat ke arah Evan ketika melewati dirinya.

Tapi Evan fokus menunduk menekuri handphone di tangannya.

Evan mendongak ke arah kami ketika tanganku menepuk pundaknya.

"Dah resmi jadian lu mblo? Dari tadi gandengan mulu" Tanya Evan melihat tautan jari kami.

"Brisik lu, udah sana pulang, beli test pack, susul Maya" Kataku.

Kulirik Vani yang bergerak tak nyaman lalu berjalan mundur 2 langkah ke belakang tubuhku.

"Iya, nanti beli test pack nya di sini aja biar langsung ke tempat di mana Maya lagi ngurusin acara nikahan" Jawabnya dengan wajah berseri.

"Jadi hot daddy, keren kan?" Lanjutnya lagi dengan menaik turunkan alisnya.

"Hot daddy nyinyir" Sahutku.

Kami berdua tertawa.

"Gak ngucapin selamat ke gue Ev?" Tanyanya.

Kami berjalan beriringan keluar dari bioskop.

"Ngucapin selamat apaan?" Aku balik bertanya dengan nada bingung.

"Kan bakal jadi daddy" Jawabnya.

"Ck, beli dulu test packnya biar yakin sana, baru ntar gue ucapin selamat kalo bener" Kataku.

"Istrinya hamil ya mas Evan? Selamat ya" Kepala Vani menyembul dari balik lenganku.

"Belum tau juga" Jawab Evan singkat, wajahnya yang datar bikin Vani kembali bergeser kebalik tubuhku.

Aku menepuk pundak Evan.

"Yang ramah dikit kek Ev jadi orang" Kataku pelan.

Evan meringis menatapku.

"Belum terbiasa. Nantilah kalo dia udah resmi jadi kakak ipar gue, baru gue bisa ramah"

Jawaban Evan membuatku menggelengkan kepalaku.

"Gue cabut duluan ya, mau kasih surprise Maya kalo gue datang jemput dia bawa test pack haha" Katanya, Evan tersenyum ke arahku lalu berjalan cepat menyenggol pundak orang-orang yang dilewatinya.

Kembaranku itu ya.

°°°

"Kita makan dulu ya" Kataku ketika kami menuruni eskalator.

Vani mengangguk.

"Kamu dari tadi diam aja, kenapa sih?" Tanyaku.

Vani meringis.

"Gak nyaman sama kembarannya mas Ivan, serem" Jawabnya pelan.

Jari kami masih bertaut. Telapak tangannya dingin kurasakan.

Aku terkekeh mendengar perkataannya.

"Maaf ya, Evan sebenarnya baik ko, dulu aja sebelum nikah sama Maya, istrinya itu habis dinyinyirin tiap kali ketemu, untungnya Maya orangnya tahan banting hehehe"

"Kayanya musti punya nyali banteng buat hadapin kembarannya mas Ivan itu, ehhh, bentar mas kayanya ada panggilan masuk" Vani melepaskan tautan jari kami, lalu merogoh handphone dari dalam tas nya.

perfumedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang