14. agresif

9.2K 1.1K 414
                                    

Ivan POV

Aku menghubungi front desk dan menanyakan apa Vani masih menungguku atau sudah pulang. Front desk bilang Vani sudah pergi 30 menit yang lalu.

Ok, masih ada waktu 1 jam lagi membereskan pekerjaan ku, karena besok aku mulai cuti.

Aku menyibukkan diri sampai ku lirik jam tanganku. Sudah pukul 17.30, waktunya pulang.

Seperti biasa aku pulang 30 menit lebih lama dari karyawan-karyawan yang lain. Aku melewati kubikel-kubikel yang sudah kosong.

Melewati lobby kantor dan melangkah ke arah lift, ku sadari gerakan tubuh seseorang yang mendekat ke arahku.

Aku menoleh dan mendapati Vani yang nyengir.

Mataku membulat, dirinya menunggu ku 30 menit lamanya.

"Hehehe" Kekehnya dengan wajah yang masih terlihat segar.

Aku kembali menatap pintu lift.

Mau apa dirinya menungguku, kalau Diana mana mau, aku telat datang 5 menit saja, dirinya sudah mencak-mencak dan akhirnya kami batal pergi karena waktu habis terbuang untuk merayu dirinya.

Ck, jadi bandingin Vani dan Diana lagi.

Vani berdiri di sampingku sambil mendongak menatapku.

"Kayanya mas Ivan hindarin saya ya?" Tanyanya dengan suara pelan.

Aku diam tidak menanggapi dirinya.

Vani bergerak berdiri di hadapanku.

Mata kami bertemu.

"Jangan diemin saya dong mas Ivan, saya udah terlanjur kena pikat parfumenya mas Ivan nih" Katanya lagi.

Aku melengos melewati dirinya masuk ke dalam lift yang sudah terbuka.

Vani mengikuti ku.

Dirinya berdiri memepet tubuhku.

"Mas I....vannnn" Panggilnya pelan, tangannya meraih pergelangan tanganku.

Aku menarik tanganku.

Perempuan ini sebenernya membuatku gemas. Perlakuan seperti ini tidak pernah aku dapatkan dari mantan-mantanku sebelumnya.

Tapi...

Vani itu menyukai Dino, dan sekarang dirinya malah merayuku.

Aku melipat kedua tanganku di depan dada.

"Curang, kemarin gandeng tangan saya, sampe ga mau lepasin, sekarang ga mau di gandeng" Katanya sambil mencibirkan bibir bawahnya.

Dirinya masih mengikuti ku sampai parkiran basement.

Aku hanya menggelengkan kepalaku pelan.

Gigih juga perempuan satu ini.

Aku membuka pintu mobil dan kulihat Vani masuk ke dalam kursi penumpang.

"Kamu ngapain?" Akhirnya aku membuka suara.

Dirinya duduk menghadap diriku sambil kembali memperlihatkan cengirannya.

"Ikut mas Ivan" Jawabnya.

"Saya mau ketemu Evan" Kataku dan kulihat reaksinya seketika.

Dirinya berjengit dan meringis.

Tanpa ku sangka-sangka tangannya menarik tengkukku dan langsung melumat bibirku. Lidahnya membelai bibirku dengan memaksa mulutku untuk terbuka.

Ku dengar desahan Vani ketika mulutku sedikit terbuka, lidahnya dengan lihai langsung menyeruak masuk.

Hisapan bibirnya melumat penuh bibirku, mataku terpejam, menikmati serangan dadakannya.

Vani menghentikan ciumannya setelah menjilati keseluruhan bibirku.

Gilakkkk, seksi banget.

Matanya menggelap menatapku.

"Mudah-mudahan ciuman ini bisa bikin mas Ivan gak hindarin saya"

Dirinya mengendus leherku dan menciumi rahangku, bibirnya kembali melumat bibirku.

Vani kembali menghentikan ciumannya.

"Jangan hindarin saya ya mas" Suaranya terdengar serak, lalu tangannya membuka pintu dan keluar dari sedanku dengan cepat sebelum tanganku meraih pergelangan tangannya.

Aku mengusap wajahku.

"Darn! Bisa batal nih cuti gue besok"

°°°

Vani POV

Aku berlari keluar dari sedan Ivan dengan wajah merah.

Terlalu agresif.

Uhuhuhu.

Demi kebahagiaan sih demi kebahagiaan, tapi nekat bener sampai nyosor bibir cowok duluan.

Aku menutup wajahku untuk menetralkan debaran jantungku lalu memencet tombol lift ke atas berkali-kali.

Musti ke toilet cepat-cepat nih, nyium cowok pake perasaan itu bikin celana dalam ku seketika basah.

°°°

Aku membasuh wajahku lalu menatap pantulan wajahku di cermin, debaran jantungku sudah kembali normal, aku juga sudah membersihkan diriku dan mengganti panty liners yang huftttt sukses basah dengan yang baru.

Setelah merapikan kunciran rambutku aku menepuk-nepuk wajahku pelan, ku lirik jam tanganku. Sudah telat banget, seharusnya saat ini aku sudah berada di apartment ku, sudah mandi dan sedang menikmati makan malam.

Aku membuka pintu toilet dan berjengit kaget melihat Ivan yang berdiri menyender melihat ke arahku.

"Lama bener sih di dalam, ngapain? Tidur ya?"

Aku meringis.

Abis bersihin diri dari cairan gara-gara nyosor elu mas, kaget kali ya Ivan kalau aku ngomong gitu.

"Mau langsung pulang apa mau makan dulu?" Tanyanya lagi.

Aku reflek mengelus perutku yang mendadak kurasakan lapar.

Ivan menarik tanganku.

"Kayanya makan dulu ya, emang bener lapar itu bikin orang mendadak oon" Katanya lalu menarikku untuk berjalan ke arah lift.

Aku terdiam mencerna perkataannya, lalu memukul lengan Ivan.

"Tuh kan bener, mikirnya telat hahaha" Ivan tertawa.

Aku hanya mencibirkan bibirku.

Wajah ini berasa panas lagi, mengingat kembali diriku yang mencium dirinya.

Ivan menunduk ke arahku ketika kami berdiri menunggu lift untuk turun ke basement.

"Jadi pendiam lagi, ini efek karena lapar apa karena abis nyium saya?" Suaranya terdengar menggodaku.

Aku mendongak menatapnya.

"Mau saya lanjutin lagi ciuman saya biar mas Ivan yang balik jadi pendiam?" Tanyaku.

Ivan celingak-celinguk. Lalu kembali menunduk.

"Tawarannya menggiurkan, tapi di sini banyak CCTV, saya sih lebih nyaranin kamu lanjutin nyium sayanya di dalam mobil atau apartment aja" Bisiknya di telingaku.

Bless, wajahku kembali memanas.

Reflek aku merogoh tasku.

"Kenapa?" Tanya Ivan bingung.

"Saya ga bawa panty liners lagi" Jawabku cepat.

Tbc

Tenang Van, aku punya banyak panty liners 😆😂

Mau ngasih unjuk photonya Ivan, tapi gimana ya? Wkwkwkw saruuuu, gak saru sih, aku liatnya ketawa2 ga jelas juga tapi ngeces hahahaaha

perfumedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang