Ivan POV
Aku tertawa mendengar perkataannya, benar kan kataku, Vani itu sangat frontal, apa yang ada di benaknya bisa langsung di utarakan.
"Kamu butuh panty liners? Emang basah ya?" Tanyaku di sela-sela kekehanku.
Vani mendelik ke arahku sambil mencibirkan bibirnya.
"Mau periksa?" Tanyanya dengan mata menyipit.
"Emang boleh?" Aku balik bertanya, wah nantangin.
"Boleh, tapi nanti kalo udah ada buku nikah" Vani menjulurkan lidahnya ke arahku dan langsung masuk ke dalam lift begitu pintunya terbuka.
Aku mengikutinya dari belakang, tersenyum ke arahnya dan mengacak rambutnya gemas.
°°°
Aku memutuskan untuk mampir dulu membeli makanan dan di bawa pulang ke apartment Vani.
Bisa kulihat Vani yang mempersilahkan ku masuk ke dalam apartment studionya dengan gugup. Aku rasa dirinya jarang menerima tamu lawan jenis.
Good girl.
Kami makan dalam diam dan sesekali berpandangan.
Vani mencuci peralatan makan yang kami pakai setelah kami selesai makan.
Aku duduk di sofa ukuran 2 orang setelah mencuci tangan.
"Sini" Kataku sambil menepuk menyuruhnya duduk di sampingku. Vani langsung menggeleng.
"Kenapa?" Tanyaku bingung.
"Gak mau, ntar ada siaran ulang ciuman" Jawabnya sambil duduk di tepian ranjang tak jauh dari sofa.
Aku tertawa.
"Tadi itu spontan, kecelakaan, ga ada unsur kesengajaan atau direncanakan, saya langsung nyosor aja" Vani menutup wajahnya.
"Spontan aja nyiumnya gitu ya, bikin nagih loh, gimana kalo di rencanakan, jadi mau tahu" Kataku sengaja menggodanya.
"Ishhh apaan sih" Vani mengibas-ngibaskan tangan ke wajahnya.
"Udah, ke sini, saya mau ngomong serius, janji gak ada siaran ulang deh, tapi gak tau juga kalo nanti kamunya yang nyosor duluan lagi" Aku semakin menggodanya.
Vani meringis.
"Lagian ini kan apartment kamu, udah pasti ada persediaan panty liners kan?" Lanjutku lagi.
Vani yang tadi ingin berdiri kembali duduk setelah mendengar perkataanku.
"Ishh, kita ngobrol di luar aja deh" Katanya dengan wajah bersemburat merah.
Aku terkekeh.
Lucu.
"Nggak, nggak, sini, beneran kita harus ngomong serius, gak enak kalo ngobrol jauh-jauhan gini" Kataku dengan wajah serius.
Vani melangkah dan berjalan ke arah sofa. Lesakan sofa bergerak begitu dirinya menghempaskan bokongnya.
Aku menatapnya lembut.
"Tadi itu apa?" Tanyaku.
"Tadi apa?" Vani balik bertanya dengan wajah bingung.
"Ciuman tadi, terus pake bilang kalau saya jangan hindarin kamu" Jawabku.
Vani terdiam.
"Lagian, sejak kejadian yang saya ngejar Dino, mas Ivan hindarin saya" Katanya setelah mengambil nafas panjang.
"Nahh, itu masalah Dinosaurus itu gimana?" Tanyaku dengan nada sedikit kesal.
"Dinosaurus?" Alis Vani bertaut.

KAMU SEDANG MEMBACA
perfumed
RomanceBEBERAPA PART SAYA HAPUS UTK KEPENTINGAN PENERBITAN Warning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 17/8/17 - 17/9/17