27 | 'Kamu Yakin?'

509 60 7
                                    

Continue Cezha's pov

"Maaf, Kej.." Calum menjeda.

"Satu yang perlu lo tau. Gue sayang sama lo."

Aku menatap matanya. Bukan maksud untuk menyelidik, karena aku tahu kali ini ia sedang tidak main-main. Aku terdiam menunggu perkataan Calum selanjutnya.

"Gue selama ini bingung, rasa sayang gue ke lo ini sebagai sahabat, atau lebih." terang Calum.

Aku terbelalak sedikit mendengar ucapannya, sedangkan Calum masih menunduk.

"Kej, lo masih inget ga pas smp, waktu lo dikerjain sama Bill sampe lo pingsan?"

Aku tidak merespon pertanyaannya.

"Dan lo masih penasaran kan sama penyelamat lo waktu itu?.."

Spontan aku mengernyitkan dahiku. Apa mungkin..?

"Itu gue." Lanjutnya.

"H-ha?"

"Iya, gue yang nyelamatin lo waktu itu. Dan sejak itu, entah kenapa gue selalu pengen buat ngejagain lo.. Ya walaupun gue cuma bisa ngelakuin itu dari jauh. Dan gue cari tau tentang lo, termasuk sma yang lo pilih. Sampai akhirnya kita satu sma, bahkan gue kaget banget.. Pas ternyata kita sekelas," Calum mengusap halus keringat di dahinya. Seperti mencoba mati-matian untuk mengakui ini.

"Mulai saat itu.. Tanpa sadar muncul perasaan kalo gue ga mau ngejagain lo dari jauh lagi, gue pengen bener-bener ngelindungin lo. Atau seengganya, gue pengen jadi orang pertama yang selalu ada buat lo. Sampai saat ini akhirnya gue sadar.."

"Kalo lo adalah orang yang harusnya gue perjuangin." aku Calum dengan tegas.

Calum mengangkat wajahnya, lalu mencium genggaman tangan kami dengan lembut.

Aku masih tidak berkutik apapun, aku takut salah mengartikan, lagi.

"Gue pilih lo. Gue pilih lo, Kej." ucapnya tegas. Sekali lagi. Kali ini aku menyelidiki matanya, aku merasakan kejujurannya disana. Kemudian Calum meraih pipiku.

"Kej, gue mau ini terakhir kalinya gue ngusap air mata lo. Gue ngga bakal biarin lo sedih lagi, apalagi nangis. Rasanya, gue ga bisa maafin diri gue sendiri kalo itu terjadi,"

Kemudian Calum duduk di sampingku. Di bangku taman di ujung gedung sekolah ini. Tempat pertama kali kami mengobrol agak panjang. Tempat pertama kalinya aku tidak marah dengan ledekan konyolnya.

Dan di tempat ini juga aku menangis dan dibuat bahagia dengan orang yang sama. Calum Hood.

Setelah mendengar pengakuannya tadi, aku masih ingin memastikan. Tetapi ini benar, matanya tulus, bahkan sedikit berkaca-kaca. Sepertinya ia sangat senang bisa mengutarakannya padaku secara jelas.

Aku langsung memeluknya erat. Ini benar-benar sudah jelas 'kan?..

Ini benar, aku mencintainya. Rasanya sangat menyenangkan bila bisa selalu dengannya.

Calum tersenyum tipis, lalu mengusap kepalaku lembut. Aku nyaman berada dipelukannya, aku semakin hafal dengan rasanya.

Apa ini sudah ia atur? Calum sudah diam-diam menjagaku sejak menyelamatkanku saat smp. Padahal saat itu aku tidak mengenalnya.

"Kej.." Calum perlahan menangkup pipiku, lalu membetulkan rambut yang menutupi wajahku dengan jarinya.

"Entah kenapa, gue selalu ngerasa klop sama lo, ya walaupun mungkin cuma gue yang ngerasain ini. Gue rasanya selalu paham sama apapun yang lo rasain. Gue sedih ketika lo nangis, bahkan mungkin gue yang lebih semrawut dibanding lo ketika lo disakitin orang lain. Begitu juga pas lo seneng.. Gue bahkan lebih bahagia dari lo ketika bisa liat lo ceria, ketawa lepas tanpa ada rasa kuatir diluar sana ada orang yang akan nyakitin lo. Hidup lo itu terlalu indah buat dimiliki orang lain, so that let them destroy you." Calum tersenyum menatapku yang menahan air mata di pelupuk. Calum selalu bisa merangkai kata yang membuatku terenyuh. Karena matanya yang tulus, membuatku memahami itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unexpected Classmate [cth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang