CM 4

32.8K 1.1K 13
                                    

Langit hitam gelap dan hujan gerimis turut mengantarkan kepergian Adit, tak ada yang menyangka pria tampan itu akan pergi secepat itu tepat di hari bahagianya.

Tangisan Sarah tak terbendung lagi, ia menumpahkan rasa kehilangan yang mendalam, menatap gundukan tanah merah yang telah mengubur jasad kekasih tercintanya.

"Kenapa kamu pergi secepat ini yank... kamu jahat banget sama aku, di saat pernikahan sudah didepan mata kamu malah pergi seperti ini" ucap batin Sarah, ia mengusap nisan yang bertuliskan nama Adit.

Sementara itu Adrian tertunduk dalam, pria paruh baya itu menatap nisan putranya, matanya memerah dibalik kacamata hitam yang ia kenakan.

"Papi gak menyangka kamu pergi secepat ini, papi bingung nak... apa yang harus papi lakukan esok hari, sangat gak mungkin untuk membatalkan pernikahan kalian" ucap batin Adrian.
"Papi ikhlas dengan kepergianmu nak... papi maafkan semua kesalahan yang kamu perbuat" Adrian mengecup nisan putranya.

Adrian kemudian menghampiri kerabatnya.

"Ya sudah kita pulang sekarang" ucap Adrian menatap kedua orangtua Adrian yang juga hadir dipemakaman itu.
"Ayo nak kita pulang" ucap Talita pada Sarah.
"Sarah masih mau di sini mah nemenin Adit" ucap Sarah terisak dengan hidungnya yang sudah memerah.
"Kita pulang Sar... relakan Adit, dia sudah tenang dan ini adalah yang terbaik buat dia" ucap Wijaya -papanya Sarah-.
"Gak mau pah... Sarah mau di sini nemenin Adit" ucap Sarah bersikeras, ia memeluk erat nisan Adit.

Adrian mendekati Sarah dan memeluknya.

"Relakan dia nak... ikhlaskan kepergiannya, kita yang masih hidup ini harusnya kirim doa untuk Adit bukan larut dalam kesedihan seperti ini" ucap Adrian mengingatkan.
"Kenapa Adit pergi secepat ini pi" isak Sarah, ia bingung dengan keadaan ini.
"Ini sudah jalan dan takdir dari Tuhan sayang" ucap Adrian.
"Kita pulang ya" ucap Adrian lagi, ia merangkul Sarah dan membawanya kembali pulang.

---

Malam hari usai acara tahlilan untuk Adit yang dihadiri kedua keluarga Adit dan Sarah.
Dan kini keluarga inti calon pengantin itu berkumpul di ruang tengah kediaman Adrian membicarakan rencana pernikahan Adit dan Sarah yang seharusnya dilaksanakan esok hari.

"Jadi bagaimana pak Adrian untuk acara besok, yang harusnya dilaksanakan akad nikah?" ucap Wijaya.
"Mau bagaimana lagi pak mempelai pria sudah tak ada" ucap Adrian tertunduk sedih mengingat putranya.
"Kita ganti acaranya dengan tahlilan hari kedua saja di malam hari" ucap Adrian lagi.
"Ya saya pikir juga begitu baiknya. Kalau begitu kami permisi pulang pak Adrian" ucap Wijaya.

Satu persatu keluarga Sarah berpamitan dengan Adrian dan keluarganya termasuk juga Sarah yang kini sudah berdiri didepan Adrian.

"Sarah pulang dulu pi" ucap Sarah yang kembali menitikkan air matanya.
"Ya hati-hati Sar. Jangan sedih terus, kirimkan doa untuk Adit itu yang terbaik, jangan kamu terus menangisinya, itu justru membuat dia gak tenang di sana" ucap Adrian mengingatkan.
"Iya pi, Sarah pulang ya" ucap Sarah lagi, ia mencium punggung tangan Adrian  sebagai tanda hormatnya.

Keluarga besar Sarah sudah meninggalkan kediaman Adrian dan kini pria itu tengah menyendiri di kamarnya.

---

Sarah duduk di ranjang dengan laptop berada dipangkuannya, ia tengah menonton video saat acara lamarannya dengan Adit yang dilakukan beberapa bulan yang lalu.
Ia kembali menitikkan air mata mengingat kenangan-kenangan manisnya bersama Adit.

"Kenapa yank... kenapa kebersamaan kita begitu terasa singkat? kenapa kamu pergi secepat ini? kita bahkan belum mengecap manisnya bersama" ucap Sarah terisak.
"Sar..." Talita masuk ke kamar putrinya.

Dengan cepat Sarah menghapus air matanya.

"Ngapain sayang?" tanya Talita, ia pun duduk disamping putrinya mengusap sayang rambut panjang Sarah.
"Ikhlaskan kepergiannya sayang..." ucap Talita begitu melihat laptop Sarah yang menampilkan video lamaran putrinya itu.
"Kenapa mah? kenapa Adit tega meninggalkan Sarah?" tangis Sarah pun kembali pecah dipelukan mamanya.
"Sabar... ini sudah jalanNya, sudah kehendakNya dan sudah menjadi takdir Adit hanya sampai segitu umurnya. Sudah ya sayang jangan sedih lagi, belajar ikhlas dan lebih baik sekarang kamu berdoa untuk Adit" ucap Talita lagi.
"Ya mah" ucap Sarah mengangguk.
"Ya sudah mama tinggal keluar ya sayang, selamat malam" Talita mengecup kening putrinya.
"Malam mah" sahut Sarah.

---

Hampir setiap hari Sarah tak pernah absen mengunjungi makam Adit, penjual bunga yang ada didekat makam pun sudah sangat hafal dengan wajah gadis berparas ayu itu.

"Ke makam lagi neng?" tanya penjual bunga.
"Iya... itu bunga sama air mawarnya ya bu" ucap Adrian.
"Oh iya... ini neng, makam pacarnya ya neng" tanya si penjual bunga.
"Iya" ucap Sarah sembari tersenyum.
"Oh ya neng tadi ada juga bapak-bapak yang beli bunga di ibu, dan sepertinya bapak itu juga mengunjungi makam yang sama yang biasa neng kunjungi" ucap si penjual bunga lagi.
"Oh ya, orangnya seperti apa bu" tanya Sarah.
"Putih, tinggi dan sepertinya bule neng, bicaranya juga gak fasih berbahasa Indonesia" ucap si penjual bunga.
"Mungkin itu papi Adrian" gumam Sarah.
"Ya sudah saya permisi, terima kasih bu" ucap Sarah.

Sarah melangkah menuju lokasi makam Adit, ia mengenakan kedurung pasmina hitam yang sekedar menempel dikepalanya juga kacamata hitam yang menempel di hidung mancungnya.
Dari jauh Sarah dapat melihat seorang lelaki tengah berjongkok disamping pusara kekasihnya itu.

"Papi..." panggil Sarah pelan.
"Oh Sarah" ucap Adrian berdiri.
"Ayo silahkan" ucap Adrian, ia paham Sarah yang juga ingin mengunjungi makam putranya dan mendoakannya.

Setelah menaburkan bunga dan menyirami air bunga mawar Sarah pun memanjatkan doa untuk kekasihnya yang telah berpulang itu.
Tak lama berada di sana Sarah pun berdiri dan melangkah pergi dari makam Adit bersama Adrian.

"Papi apa kabar?" tanya Sarah karena sudah lama tak bertemu mantan calon mertuanya itu, keduanya berbincang sambil menyusuri jalan keluar area pemakaman.
"Papi baik, kamu sendiri bagaimana Sar sehatkan?" tanya Adrian.
"Sehat pi" sahut Sarah.
"Papi dengar kamu hampir setiap hari datang ke makam" ucap Adrian.
"Begitulah pi sekedar melepas rindu dengan Adit" ucap Sarah.
"Oh begitu, oh ya... setelah ini mau ke mana?" tanya Adrian pada mantan calon menantunya itu.
"Gak ke mana-mana, langsung pulang sepertinya pi" ucap Sarah.
"Mau menemani papi makan siang?" tanya Adrian.
"Emm... boleh pi, nanti aku ikutin dari belakang aja mobil papi" ucap Sarah.
"Ya sudah, kita ke restoran dekat kantor papi ya" ucap Adrian menyebutkan nama restoran tujuannya.

Tiba di restoran keduanya pun masuk dan makan siang bersama.

Bersambung
Maaf typo, no edit.

CALON MERTUAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang