Sembilan tahun kemudian.
Kanya POV
Aku meraih tas ransel coklatku serta jaket seadanya. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Seharusnya belum terlambat.
Setelah semua siap, aku langsung berlari buru-buru keluar dari kamar dan turun ke ruang makan. Aku cukup merasa terkejut melihat kehadiran Papa yang ternyata malam ini ikut makan malam bersama mereka. Biasanya dia sangat sibuk.
"Mau kemana, Kanya?" tanya Papa yang ternyata sudah lebih dulu menyadari kehadiranku
"Mau pergi sama Tere, Pa. Ada konser panggung mini di sekolah dan aku salah satu panitianya," jelasku lancar. Lancar bohong.
Semua yang ada di ruang makan menatapku.
Papa terlihat seperti mencari-cari kebohongan di mataku. Oh tidak. Ini untung-untungan saja kalau nasibku malam ini sedang bagus, Papa tidak akan curiga dengan jawabanku tadi karena siapa yang tidak tahu aku. Aku Kanya. Well, tapi maksudku adalah sejak kapan aku suka dengan acara sosial seperti itu? Tidak ada menyenangkannya sama sekali. Melelahkan dan buang-buang waktu.
"Oke." jawab Leo akhirnya.
Aku tersenyum girang dan langsung permisi untuk segera berlari ke arah gerbang rumah yang bisa dibilang cukup jauh itu.
***
"Dateng juga lo," kata Tere yang ternyata sedaritadi sudah memarkirkan mobilnya di ujung blok.
"Oddy mana?" tanyaku
"New date, hon," jawab Tere sambil mulai menstarter sedan putihnya.
"So? Kemana kita?"
Tere menatapku sambil menyeringai nakal. Aku langsung terbahak. Dasar gila!
Mobil segera meluncur ke tempat yang mungkin kalian sendiri akan merasa aneh.
Suasana D'Jackies malam ini cukup ramai karena ternyata penyanyi kesukaan Tere akan mencover lagu slow rock Kansas yang Carry on The Wayward Son.
"Bagaimana mungkin ada pria setampan dia, Nya." lirih Tere sambil menahan rasa gemasnya pada Roby, Ruby, Bobby, Fluffy, Puffy entah siapa nama pria yang katanya tampan itu aku tak peduli. Sama sekali tidak menarik perhatianku.
"Gue di rak buku bagian ujung kalo lo mau nyari," kataku dibalas hanya dengan deheman dari Tere.
Sambil menuju ke arah rak buku, serasa seperti aku menabrak tiang listrik. Sungguh keras! Aku langsung menatapnya kesal.
"Lo gapapa?" tanya cowok itu.
Tampan.
"Gapapa," jawabku pelan.
Sangat tampan.
"Yakin?" tanyanya lagi.
Sungguh tampan.
"Yakin," kataku lagi.
Pria itu kemudian tersenyum sambil menyerahkan iPhone keluaran terbaruku. Aduh, kasihan kamu, nak. Baru juga dibeli sudah main terjun aja.
Sebelum aku meraih ponselku, pria tampan itu melirik ke layar ponselku kemudian mengernyitkan alisnya.
"Bob Dylan?" tanyanya.
Aku langsung menatap ke arah ponselku. Ternyata playlist yang tadi kumainkan di mobil Tere belum sempat kukeluarkan.
"Ada yang salah dengan itu?" tanyaku.
"Nggak. Hanya... aneh."
"Aneh?"
"Aneh."
Kali ini gantian aku yang mengernyit bingung. Dia yang aneh! Pria itu kemudian tersenyum sambil mengembalikan ponselku ke tanganku. Sejurus kemudian tanpa sempat aku mengucapkan terima kasih, dia langsung pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Somebody's Me
RomanceKehilangan seseorang yang berarti membuat kita sadar kalau memang hidup itu datang dan pergi. Hari-hari yang dijalani dengan tawa dan senyum ternyata tidak menjamin bahwa memang seseorang itu bahagia. Seorang Anya yang suka dengan lagu Elvis Presle...