Strumming my pain with his fingers,
singing my life with his words,
killing me softly with his song,
killing me softly with his song,
telling my whole life with his words,
Author POV
Malam itu Kenzo pulang ke apartemennya tepat saat jarum jam berpindah ke angka dua. Bukan pukul dua siang melainkan dua pagi. Hal ini telah menjadi kebiasaannya sejak setahun yang lalu. Kebiasaan yang telah menjadi rutinitas malamnya jika sedang tidak sibuk dengan pekerjaan. Semuanya berawal sejak dua orang yang begitu dicintainya pergi. Bagaimana rasanya? Hampa. Seperti tak bernyawa. Mengingat bagaimana takdir mempermainkannya rasanya begitu lucu ketika takdir sialan itu merenggut nyawa ibunya dua tahun yang lalu dalam sebuah kecelakaan pesawat terbang kemudian takdir sialan itu seakan-akan tidak puas dengan apa yang telah ia lakukan pada Kenzo. Kali itu dia yang direnggut dari Kenzo. Dia yang bagi Kenzo adalah dunianya. Dia yang bagi Kenzo adalah segalanya. Semua sekarang telah sirna.
Kenzo melakukan pekerjaan sampingan sebagai seorang DJ di salah satu pub terkenal di ibukota. Sejujurnya, Kenzo yang dulu juga sering berkunjung ke tempat semacam itu tapi Kenzo tidak pernah menyentuh minuman beralkohol. Bukannya takut tapi lebih kepada tidak berminat. Dia bukan tipe orang yang akan melampiaskan masalahnya pada barang-barang haram itu. Bukan gaya Kenzo sama sekali. Tapi, siapa sangka ternyata dua kali takdir mempermainkannya telah merubah sosok Kenzo yang dulu menjadi Kenzo yang bahkan tidak bisa lepas dari alkohol dan rokok.
Dengan rasa pening yang menjalar di kepalanya, Kenzo duduk di sofa kondominiumnya yang bisa dibilang sangat besar hanya untuk ditinggali dirinya seorang.
Dia pun mulai mencoba memejamkan matanya."Cepetan nikah deh, kak. Capek gue liat lo kayak gini terus tiap malem! Kalo lo nikah, istri lo pasti bisa ngurusin lo," ujar Kenneth kesal melihat kelakuan abangnya itu yang tambah hari tambah parah saja.
Kenzo tak bergeming sama sekali.
"Udah setahun tapi lo masih aja belum bisa ngerelain dia. Mau sampe kapan lo jadi mayat hidup begini, kak?!" Kenneth tahu bahwa kakaknya itu masih dapat mencerna dengan sangat baik segala perkataannya tapi memilih untuk tidak membalas.
"Daddy nanyain lo terus. Mama juga. Bella juga. Sekali-kali lo pulang ke rumah jengukkin mereka seenggaknya lo masih punya keluarga yang akan selalu nungguin lo, kak."
"..."
Kenneth hanya bisa menghela nafas pasrah toh setidaknya dia sudah menyampaikan pesan Daddy pada kakak tertuanya ini. "Gue balik. Take care, kak. Gue selalu ada kalo lo butuh gue. Oke?" kata Kenneth menepuk pundak Kenzo.
"Berisik lo!" ujar Kenzo kesal.
"Berisik gini juga adek lo yang paling cakep, boy."
"Banci, pulang deh lo!"
"Elah, apartemen beda lantai doang sok iye lo, kak."
"..."
"Iya deh gue balik. Besok jadi 'kan? Ke rumah Daddy?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Somebody's Me
RomanceKehilangan seseorang yang berarti membuat kita sadar kalau memang hidup itu datang dan pergi. Hari-hari yang dijalani dengan tawa dan senyum ternyata tidak menjamin bahwa memang seseorang itu bahagia. Seorang Anya yang suka dengan lagu Elvis Presle...